“Aku melihat peta dan memutuskan untuk pergi ke sana,” ujar Ahmad Taleb, salah satu dari sejumlah pengungsi asal Suriah yang telah mencapai Eropa dengan bersepeda melintasi perbatasan ke Arkti Norwegia.
Polisi Norwegia mengatakan bahwa sejak awal tahun, lebih dari 200 pencari suaka telah menyeberangi perbatasan dari Rusia ke Norwegia. Sebagian besar dari mereka melarikan diri dari perang yang sedang berkecamuk di Suriah.
Perjalanan para pengungsi sering mengalami kendala, karena Eropa sering tidak ramah ketika “menyambut” mereka. Padahal, mereka harus menyeberangi Laut Tengah yang beresiko dan berbahaya. Ratusan ribu orang berada di atas kapal yang kelebihan beban.
Menurut data terbaru PBB, lebih dari 380,000 migran dan pengungsi telah tiba di Eropa sejak Januari 2015, dan 2,850 orang telah kehilangan nyawa atau menghilang.
“Melalui laut itu berbahaya,” kata Taleb, seorang warga Suriah berusia 25 tahun yang sedang berada di pusat transit pengungsi Refstad di Oslo, tempat para migran dikirim setelah mereka menyeberangi perbatasan.
“Tapi jika Anda membeli visa (untuk Rusia), Anda hanya perlu membayar dan bisa langsung pergi. Cara yang lebih cepat dan lebih aman,” tambahnya.
Tujuh hari sebelumnya ia meninggalkan Kobani, sebuah kota yang dilanda pertempuran sengit antara Kurdi dan Daulah Islam (ISIS).
Ide untuk pergi ke Eropa melalui Rusia muncul setelah dia berbicara dengan orang-orang di Facebook.
Karena rasa was-was menunggu untuk dipindahkan ke pusat suaka dengan beberapa barang-barangnya yang sudah pindah ke tempat sampah, ia menolak untuk mengungkapkan detil perjalanannya yang rumit.
Tampaknya, relatif mudah bagi rakyat Suriah mendapatkan visa untuk pergi ke Rusia semenjak kedua negara tersebut memiliki hubungan yang baik. Setelah terbang ke Moskow, rakyat Suriah biasanya melakukan perjalanan dengan kereta api menuju Murmansk di Barat Laut Rusia, dan kemudian ke Nikel, sekitar 20 kilometer (12 mil) dari Norwegia. Di sana, mereka membeli sepedadengan harga tinggi.
“Kami mengeluarkan uang banyak tetapi kami tidak terlalu banyak bertanya,” kata Bahzad Soliman, pengungsi Suriah yang lain, yang menghabiskan tiga tahun terakhir di Moskow. Dia hidup dari pekerjaan sambilan sebelum akhirnya merasa lelah karena tidak bisa memilih situasi hidup untuk dirinya sendiri.
Anehnya, bersepeda adalah hampir satu-satunya cara legal bagi para pengungsi untuk menyeberangi pos perbatasan Storskog antara Norwegia dan Rusia. Hanya kendaraan yang diizinkan untuk menyeberang perbatasan, dan sepeda dianggap sebagai kendaraan.
Di Rusia, pemerintah tidak membiarkan pejalan kaki menyeberang, sementara di Norwegia, polisi baru-baru ini mulai memberlakukan denda berat bagi siapa saja yang mengambil pengungsi di mobil mereka, dan mengatakan bahwa perbuatan tersebut termasuk sebagai perdagangan manusia.
Akibatnya, polisi di Kirkenes, salah satu kota di Norwegia yang paling dekat dengan perbatasan, sekarang memiliki stok sekitar 65 sepeda yang hampir semuanya baru.
Sebagian besar penyeberangan yang dilakukan dengan bersepeda telah terjadi dalam beberapa pekan terakhir, tetapi beberapa di antaranya juga ada yang melintasi perbatasan pada musim dingin lalu yang suhunya berada di bawah nol derajat dan melalui jalanan yang tertutup salju.
Di pusat transit pengungsi Refstad—bekas pusat bagi para petugas Nazi selama Perang Dunia II—rakyat Suriah yang diwawancara mengatakan bahwa biaya perjalanan mereka melalui Great North antara 3.000 dan 4.000 euro (antara $ 3.350 dan $ 4.500).
“Ini tidak mahal jika dibandingkan dengan apa yang harus mereka bayar bagi penyelundup yang ingin pergi dengan rute yang biasa,” jelas Solveig Skogstad di NOAS, sebuah organisasi Norwegia yang membantu bagi para pencari suaka.
“Beberapa orang membayar beberapa ribu dolar untuk datang secara ilegal, sedangkan ini adalah legal dan tidak berbahaya.”
Sejak awal tahun, sekitar 1.800 warga Suriah telah meminta suaka di Norwegia. Angka itu hanya sebagian kecil dari 15.000 warga Suriah yang telah meminta suaka di negara Swedia, negara tetangga yang memiliki kebijakan suaka lebih baik.
*Diambil dari AFP
(M1/arrahmah.com)