BAGHDAD (Arrahmah.id) — Para pendukung kelompok milisi Syiah Iran di Irak menggeledah kantor program televisi yang berafiliasi dengan saluran TV Saudi di Baghdad, Sabtu (19/10/2024) dini hari.
Penggeledahan ini terjadi setelah program televisi itu menayangkan laporan yang menyebut komandan kelompok milisi Syiah yang didukung Iran sebagai “teroris”.
Setelah tengah malam, sekitar 400 atau 500 orang menyerang studio-studio sebuah perusahaan produksi di Baghdad yang bekerja untuk televisi Saudi MBC.
“Mereka merusak peralatan elektronik, komputer, dan membakar sebagian gedung,” kata seorang sumber kementerian dalam negeri Irak, seperti dikutip dari AFP (19/10).
Ia mengatakan kini api telah dipadamkan dan massa dibubarkan oleh polisi, dengan tidak ada yang ditangkap.
“Pasukan keamanan masih dikerahkan di dekat gedung itu,” tambahnya.
Pada Sabtu pagi, sejumlah besar polisi masih berada di daerah itu sehingga akses ke lokasi terhalang, termasuk untuk media.
“Para demonstran tiba di kantor sebelum bala bantuan polisi antihuru-hara datang,” kata seorang sumber polisi kepada AFP, yang juga berbicara dengan syarat anonim.
Sumber kedua AFP mengonfirmasi bahwa kantor-kantor tersebut telah “dibakar” dan “digeledah habis-habisan”.
Penggeledahan ini berawal dari kutipan dari sebuah program MBC telah beredar di media sosial Irak.
Laporan program MBC tersebut berfokus pada “terorisme” di wilayah tersebut, dan menyebut beberapa kelompok dan tokoh terkenal, termasuk Osama bin Laden.
Laporan itu juga menyebut kelompok-kelompok yang tergabung dalam Poros Perlawanan yang didukung oleh Iran, yang beranggotakan Hamas, Hizbullah, dan faksi-faksi bersenjata Irak.
Yang disebutkan dalam laporan tersebut adalah mantan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, yang dibunuh oleh Israel di Beirut bulan lalu, dan mantan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh, yang dibunuh di Teheran pada bulan Juli.
Laporan itu juga menyebut pemimpin Hamas Yahya Sinwar sebagai “wajah baru terorisme”. Yahya Sinwar juga tewas terbunuh pada Rabu (16/10).
Laporan itu muncul saat kelompok-kelompok yang didukung Iran telah berperang dengan Israel selama lebih dari setahun.
Saluran Sabreen News, yang dekat dengan faksi-faksi pro-Iran di Irak, mendistribusikan video di Telegram tentang pengunjuk rasa di Baghdad yang mengibarkan bendera berbagai kelompok bersenjata.
Pemerintah Irak sendiri dipimpin oleh mayoritas pro-Iran. Mereka terus melakukan upaya diplomatik untuk keluar dari konflik regional.
Iran dan Arab Saudi telah lama menjadi musuh di regional, tetapi mulai menjalin hubungan baik pada 2023. Sementara itu, perang di Gaza telah menutup kemungkinan Arab Saudi mengakui Israel.
Anggota parlemen Irak Mustafa Sanad, anggota mayoritas pro-Iran, menuduh MBC menghina para pemimpin perlawanan di semua negara. Sanad juga mengatakan bahwa laporan itu akan lebih cocok untuk TV Israel.
“Tidak cukup hanya dengan menggeledah atau membakar kantor penyiaran,” kata Sanad di X. Ia juga berjanji akan berupaya untuk membatalkan izin saluran tersebut di Irak. (hanoum/arrahmah.id)