Sebuah generasi baru umat ini tengah muncul dari Suriah. Generasi yang beriman, taat, dan berani. Generasi yang tak dapat dikalahkan oleh kelaparan dan bom. Anda akan dibuat sesak oleh kesabaran dan keberanian gadis kecil ini, padahal ia tengah menghadapi kelaparan dan kekurangan.
Dalam sebuah video berdurasi 2 menit 52 detik berikut ini, kita akan dibuat kagum sekaligus malu menyaksikan tingkat keimanan seorang gadis kecil dari bumi Syam yang begitu luar biasa. Gadis kecil yang memegang teguh pendiriannya. Ia membenci rezim Nushairiyah. Ia menyatakan lebih baik menahan lapar dari pada menerima roti dari Bashar si Yahudi yang telah membunuh banyak orang. Tak ada sedikitpun keraguan dalam hatinya akan dekatnya pertolongan Allah.
Berikut arrahmah.com sajikan terjemahan wawancara seseorang yang tampaknya adalah seorang mujahid dengan gadis kecil Suriah yang cerdas, berpendirian teguh, dan begitu mengagumkan tersebut.
Mujahid (M): Apa kau mau roti?
Gadis Suriah (G): Tidak, aku tidak mau roti dari rezim [Nushairiyah].
M: Kenapa tidak mau [roti] dari rezim?
G: Karena tangan-tangan mereka kotor.
M: Kau tidak mau roti yang dibawakan untukmu dari luar?
G: Tidak.
M: Mengapa?
G: Saat kita meraih kemenangan, baru aku akan makan.
M: Sampai kau meraih kemenangan?
G: Kita semua meraih kemenangan, seluruh dunia [meraih kemenangan].
M: Kita semua meraih kemenangan dulu, baru kita semua akan makan roti. Jadi kau akan tetap seperti ini, tanpa makan roti?
G: Aku tidak akan makan sampai seluruh dunia makan.
M: Tapi seluruh dunia sedang makan, tapi tak ada yang memberimu makan.
G: Dan lalu?
M: Ya?
G: Lalu?
M: Ada beberapa dari mereka yang sedang makan, tapi tak ada [satu pun dari mereka] yang memberimu makan… Tak ada yang menanyakanmu.
G: Aku tidak bingung, karena mereka juga lapar.
M: Jadi mereka juga sedang lapar?
[Gadis manis itu mengangguk]
M: Bagaimana jika sekarang kita melakukan genjatan senjata dengan rezim, jadi dia [rezim] akan membawakan kita roti. Bagaimana menurutmu?
G: Demi Allah, aku tak kan mengizinkan siapa pun melakukan itu.
M: Kau tak kan mengizinkan siapa pun melakukan itu? Tapi orang-orang kelaparan dan [mereka] hampir mati kelaparan.
G: Mereka hampir mati kelaparan? Biarkan mereka bersabar sedikit karena Allah telah memberikan kita ujian ini.
M: Tapi kita sudah tak punya kesabaran lagi?
G: Kita tak punya kesabaran? Tapi Allah pada Hari Pembalasan akan mengadakan perhitungan yang berat pada Bashar.
M: Dan orang-orang yang hampir mati [kelaparan], apa yang harus mereka lakukan dengan diri mereka?
G: Ini adalah apa yang Allah tetapkan pada mereka.
M: Tidak, mereka mati kelaparan.
G: Terkadang dari kelaparan, dan terkadang dari ini…
M: Tapi mengapa kita tak pergi ke Bashar dan memintanya memaafkan kita, dan kita katakan padanya, ‘Inilah senjata kami, kami tak kan memerangimu lagi’. Kita akan kembali seperti sebelumnya, seperti teman dan kekasih.
G: Kami tidak ingin ini terjadi.
M: Mengapa?
G: Kami benci rezim [Nushairiyah].
M: Kita akan memberitahunya untuk memaafkan kita.
G: Setelah semua orang-orang ini dia bunuh dan kita ingin memaafkan dia?
M: Ya, kita akan memaaafkan dia, apa salahnya? Memaafkan seseorang itu baik.
G: Ya, memaafkan orang itu baik, tapi kita tak kan memaafkan dia karena dia seorang Yahudi.
M: Dan ulama-ulama ini, yang mengatakan tidak kita harus memaafkannya, dan mereka mendatangkan sebuah fitnah.
G: Dia menyangka dia berdiri bersama Allah, padahal dia berdiri bersama rezim.
M: Maksudmu mereka semua yang mengatakan perdamaian dengan Bashar itu tengah berdiri bersama rezim?
G: Ya.
M: Dia tidak berdiri bersama Allah?
G: Tidak.
M: Tapi dia bilang dia ingin rakyat makan, membawakan susu untuk orang-orang yang hampir mati ini.
G: In Syaa Allah, Allah akan membawakan kita makanan.
M: Allah akan membawakan kita makanan?
G: [Mengangguk] Siapa yang lebih dekat dengan kita dari pada Allah?
M: Allah Maha Pemurah.
G: Ya [Allah Maha Pemurah].
(banan/arrahmah.com)