JAKARTA (Arrahmah.com) – Di bulan April 2009, sebuah buku diterbitkan oleh Sabili Publishing, berjudul Menggugat Al Qaidah ; Rasionalisasi Jihad di Mesir dan Dunia. Di sampul depan tercantum nama penulisnya, Dr Fadl, Pendiri Al Qaidah dan Mantan Penasihat Ayman al-Zawahiri.
Tidak ketinggalan sebuah label bertuliskan “Buku Paling Kontroversial Di Timur Tengah” terpampang di sampul depan, melengkapi buku berilustrasi gagang pedang warna keemasan dengan latar belakang warna hitam.
Semalam (4/7), dalam perayaan Pesta Buku Jakarta yang diadakan di Senayan, Jakarta Selatan, Sabili Publishing mengadakan bedah buku kontroversial tersebut dengan mengundang dua pembicara, Ust. Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman dan Ust. Umar Abduh. Acara yang berlangsung kurang lebih dua jam tersebut, walau tidak dihadiri oleh ratusan orang, namun sangat terasa “panas”, karena di sana terdapat dua kubu, pendukung dan penghardik.
Buku ini telah disebarkan Sabili untuk 600 pesantren di seluruh Indonesia, termasuk Ust. Abu Bakar Baasyir yang mendapatkan dua eksemplar.
Dalam penjelasannya, pembicara pertama, yaitu Ust. Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman menyangsikan buku yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Sabili Publishing ini merupakan tulisan utuh Dr. Fadl atau Sayyid Imam atau Syekh Abdul Qadir bin Abdul Aziz, mengingat Dr. Fadl termasuk ulama mujahid yang hasil karyanya (buku-bukunya) memberikan inspirasi jihad. Di dalam buku hanya ada 35 kutipan dari pemikiran Dr. Fadl.
Sebelum berada di penjara Mesir, Dr. Fadl pernah membuat buku-buku yang isinya saling bertentangan, jauh berbeda dengan buku yang akhirnya diterjemahkan oleh Sabili dan diberi judul Menggugat Al-Qaidah ; Rasionalisasi Jihad di Mesir dan Dunia ini.
“Jika benar yang menulis buku ini adalah beliau, maka saya berhusnu dzan, beliau tengah berada dalam tekanan yang hebat dipenjara Mesir, hingga terpaksa melakukannya,” ujar Ust. Abu Jibriel.
“Sungguh, buku ini tak layak dijadikan bacaan oleh kaum Muslim, karena isinya adalah penggembosan terhadap jihad dan pembunuhan karakter Dr. Fadl,” lanjut Ust. Abu Jibriel.
Ust. Abu Jibriel mengingatkan penerbit, jika ingin mempublikasikan buku ini, sebaiknya pihak penerbit melakukan revisi terlebih dahulu.
Berbeda dengan Ust. Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman, pembicara kedua, yakni Ust. Umar Abduh merasa tidak ada masalah dengan terbitnya buku ini. Tidak ada yang perlu diperdebatkan dalam isi buku. Bahkan ia membenarkan apa yang ada di buku tersebut dengan menyimpulkan bahwa di dalam buku tersebut “ada upaya penyadaran”.
“Selama ini, akibat adanya fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh Syeikh Usamah bin Ladin atau Mullah Umar berdampak adanya jihad yang melebar ke seluruh dunia. Sebelumnya, Dr. Abdullah Azzam tidak pernah mengeluarkan fatwa-fatwa seperti itu,” ujarnya.
Menurut Umar Abduh, kesalahan Sabili Publishing hanyalah karena mereka menulis, “Menggugat Al-Qaidah” sebagai judul buku, padahal isinya tidak ada yang mengkhawatirkan. Ia berpendapat ini hanyalah strategi penerbit agar bukunya mendapat tempat dipasaran.
Namun ia juga berpendapat sah-sah saja menggugat Al-Qaidah, “toh Al-Qaidah bukan Islam, bukan Al-Qur’an, jadi tidak haram menggugatnya.”
“Jika benar ini ditulis oleh Dr. Fadl, saya tidak sependapat dengan Ust. Abu Jibriel, bahwa ia menulis di bawah tekanan. Tidak ada Muslim yang tertekan di dalam penjara, apalagi Muslim sekaliber Dr. Fadl. Ini ditulis berdasarkan pemikirannya yang sehat,” lanjut Umar Abduh.
Pihak Sabili mengeluarkan statemen terkait diterbitkannya buku ini yang diwakili oleh Luthfi A. Tamimi, ia mengatakan bahwa Sabili sebagai media Islam di Indonesia, tidak pernah dipesan untuk menerbitkan buku ini. Sabili berani menerbitkannya karena memang terdapat naskah yang asli, selain itu Sabili (melalui pendapat Luthfi A. Tamimi-red) mengetahui benar kebobrokan Al-Qaidah.
Luthfi A. Tamimi (Direktur Sabili)
“Al-Qaidah itu lahir dari adanya rasa sakit hati, saya tahu benar yang dialami Usamah bin Ladin atau Az-Zawahiri, apa yang dilakukan negara terhadap mereka, saya 18 tahun di sana,” ujar Luthfi A. Tamimi (Direktur Sabili) menilai Al-Qaidah. (Nauzubillah Min Zalik)
Segera saja statemen ini mendapat bantahan dari salah seorang peserta yang hadir dan maju sebagai penanya.
“Al-Qaidah tidak berangkat dari sakit hati, jika sakit hati terhadap negara, mengapa mereka (Usamah dan Az-Zawahiri-red) tidak menyerang negara mereka saja? Melainkan mereka menyerang Amerika Serikat, musuh utama ummat Islam. Tidak benar itu jika mereka sakit hati, mereka ikhlas mengeluarkan seluruh harta yang dimiliki untuk kemuliaan Islam!” ujar Abu Jundu Rahman.
“Saya ingin menyanggah pernyataan Umar Abduh, Dr. Abdullah Azzam, Syeikh Usamah bin Ladin maupun Mullah Umar merupakan para mujahid yang memiliki referensi yang sama, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Jadi salah jika dikatakan bahwa Dr. Abdullah Azzam tidak pernah menyerukan jihad global. Melalui beliaulah Usamah bin Ladin akhirnya menjadi seperti sekarang, karena Usamah notabene adalah murid kepercayaan Abdullah Azzam,” lanjut Abu Jundu menanggapi pernyataan Umar Abduh dengan nada keras.
Menutup acara, Ust. Abu Jibriel mengatakan, jihad akan terus berlangsung hingga hari kiamat, tidak ada yang bisa menghalanginya. Walau manusia sejagat raya bergabung untuk menghalanginya, namun jihad akan terus berlangsung. (haninmazaya/arrahmah.com)