(Arrahmah.com) – Yahya bin Ma’in adalah seorang ulama besar dalam bidang hadits. Semasa hidupnya, beliau diberi gelar Malik al-Huffazh (rajanya para penghafal hadis) dan Syaikh al-Muhadditsin (gurunya para ahli hadis).
Beliau lahir pada tahun 158 Hijriah dan tumbuh besar di Baghdad. Yahya bin Ma’in telah serius menuntut dan mencatat hadis sejak masih berusia 20 tahun. Beliau mendapat seribu dirham dari ayah beliau, namun seluruhnya beliau habiskan dalam usaha pencarian hadis bahkan sampai sandal saja beliau tidak punya.
Yahya bin Ma’in pernah mendengar hadits dari beberapa nama besar seperti ibn al-mubarak, Sufyan bin ‘Uyainah, Waki’ bin al-Jarrah, Abdurrahman bin Mahdi dan lain-lain. Adapun beberapa nama besar yang pernah mendengar hadits dari beliau adalah Ahmad Ibn hanbal, Imam Bukhari, Imam Muslim, Abu Dawud, Abu hatim al-Razi, Utsman bin Sa’id al-Darimy, Abu ya’la al-Mushily dan lain-lain.
Ali bin al-Madini pernah berkata bahwa ilmu hadis pada masa itu seluruhnya berporos pada seorang Yahya bin Ma’in. Muhammad Ibn Nashir al-Marwazi menyebutkan bahwa Yahya bin Ma’in mengakui selama hidup beliau pernah menulis ribuan hadits dengan tangannya.
Menurut al-Dzahaby ini menunjukkan bahwa Yahya bin ma’in seringkali menulis satu hadis yang sama berulang-ulang. Dalam tempat yang lain Yahya bin Ma’in mengajarkan bahwa syarat agar sebuah hadits terhafal kuat dalam ingatan adalah dengan menulisnya sebanyak 50 kali.
Kedalaman pengatahun hadits seorang Yahya bin Ma’in telah diakui oleh banyak ulama. Imam Ahmad bin hanbal bahkan menggambarkan seandainya sebuah hadits tidak dikenal oleh seorang Yahya bin Ma’in maka patut diragukan apakah ia benar hadits atau bukan.
Yahya bin Ma’in adalah sosok yang sangat teliti, sesuai dengan dunia keilmuan hadits yang memang sangat menuntut ketelitian. Beliau memiliki prinsip:
إذا كتبت فقمّش, وإذا حدّثت ففتّش
Artinya: Apabila menulis, maka rujuklah pada banyak sumber, dan apabila kamu menyampaikan hadits, maka telitilah.
Karena sangat gemar dan giat mencatat hadits, Yahya bin Ma’in ketika meninggal memilki 114 Qimathr (keranjang dari anyaman rotan) yang penuh dengan kitab. Yahya bin Ma’in meninggal pada tahun 233 H di kota Madinah dalam perjalanan pulang dari ibadah haji. Saat beliau meninggal, jenazah beliau dimandikan langsung oleh orang-orang Bani Hasyim, karena beliau dianggap berjasa besar menyelamatkan hadits-hadits nabi dari pemalsuan dan kedustaan.
Sumber: Bincangsyariah.com
(*/Arrahmah.com)