(Arrahmah.com) – Dewan redaksi Muqawamah Media pada Senin (15/9/2014) menyuguhkan kepada pembaca yang budiman, sebuah biografi singkat nan padat dari sejarah hidup seorang Syaikh yang alim lagi mulia, Abu Abdul Malik yang telah syahid -insyaAllah- bersama para sahabatnya, petinggi Harakah Ahrar As-Syam, sebuah jama’ah mujahidin paling berpengaruh di bumi Syam. Mereka telah gugur akibat ledakan bom kimia di dalam markas Ahrar As-Syam di Provinsi Idlib beberapa waktu yang lalu.
Kami melihat betapa pentingnya umat Islam mengenal sosok Syaikh Abu Abdul Malik -rahimahullahu- dan kapasitas beliau dari segi keilmuan syari’ah, pengorbanan beliau dalam dakwah dan jihad serta peran penting beliau dalam revolusi dan jihad di bumi Syam.
Sehingga para pembaca bisa membuat sebuah perbandingan pribadi yang ilmiah tentang kelancangan mulut para syar’iy Jama’ah Daulah (ISIS) yang dengan semena-mena mengkafirkan beliau karena beliau adalah ketua Dewan Syari’ah Ahrar As-Syam yang secara resmi telah dikafirkan oleh jama’ah daulah dengan tuduhan bahwa Ahrar As-Syam adalah pendukung “demokrasi”.
Dan terkhusus kami serukan kepada para fansclub ISIS, hendaknya mereka melihat ke arah diri mereka sendiri, dan kemudian bertanya apa yang telah mereka korbankan untuk Islam dan umat ini? Mengapa lidah mereka begitu ringan ikut-ikutan mengkafirkan para mujahidin yang mulia semisal Syaikh Abu Abdul Malik -rahimahullahu-.
Mirisnya, para mujahidin yang mereka kafirkan ini adalah sosok-sosok mulia yang telah menghabiskan sebagian besar umur mereka dalam menuntut ilmu, berdakwah, penjara, dan jihad di jalan Allah sehingga akhirnya Allah anugerahkan mereka kesyahidan yang merupakan puncak dari kemulian tertinggi di jalan panjang ini.
Semoga Allah berikan hidayah kepada saudara-saudara kami yang telah terkena fitnah propaganda ISIS, semoga mereka bertaubat dari mengkafirkan para mujahidin yang seharusnya kita bela dan doakan selalu. Semoga Allah satukan hati kita agar kembali bersatu padu menghadapi musuh yang nyata.
Selamat membaca…
Adalah Syaikh Abu Abdul Malik telah tumbuh dan besar di sebuah ma’had yang mengajarkan ilmu dan din di atas aqidah salimah dan manhaj salaf yang lurus, bahkan beliau juga mengirim dua dari anaknya untuk mengikuti jejak beliau belajar di ma’had ini yang bertempat di Iraq.
Beliau mulai belajar ilmu syar’i semenjak umur yang dini, Syaikh Abu Abdul Malik telah memulai pendidikannya dengan kitab-kitab aqidah dan segala kajian yang berhubungan dengan topik aqidah dan beliau sangat bersemangat mendakwahi kaum muslimin di sekitarnya agar kembali kepada aqidah salafus shalih.
Setelah beliau menyelesaikan pendidikannya dengan cara bertalaqqi (belajar di majlis tradisional) di ma’had syar’i di Iraq, beliau melanjutkan belajar talaqqi di Masjid Nabawi dan sekaligus belajar formal di Universitas Islam Madinah Al-Munawarah. Ketika belajar di Madinah, Abu Abdul Malik adalah seorang pemuda yang sangat bersemangat dalam dakwah, bahkan beliau menulis dan menyebarkan risalah-risalah pemikiran jihad di dalam Universitas Islam Madinah.
Karena dakwahnya ini, mulailah para mahasiswa Universitas Islam Madinah berpergian untuk berjihad di Iraq, dan pemikiran jihad menyebar dengan massif dan besar di kalangan mahasiswa sampai akhirnya pihak intelijen Saudi melakukan investigasi siapa dalang dari penyebaran fikrah jihadi di kalangan mahasiswa Universitas Islam Madinah.
Akhirnya, Syaikh Abu Abdul Malik memutuskan untuk segera kembali ke Iraq dan berjihad disana. Sambil menunggu waktu liburan musim panas, beliau menyadari bahwa investigasi akan dirinya semakin kuat dan akhirnya beliau memutuskan untuk segera melakukan safar ke Suriah, dan kemudian masuk ke Iraq darisana.
Ternyata rencana beliau telah tercium oleh intelijen Saudi. Sehingga ketika beliau sampai di Suriah, maka pihak rezim Asad memenjarakan beliau atas permintaan Saudi selama 7 tahun di Sednayah, pinggiran Damaskus. Beliau didakwa atas peran bahaya yang beliau lakukan di Universitas Islam Madinah, yaitu menjadi mentor fikrah jihadi bagi mahasiswa disana.
Setelah keluar dari penjara, diawal kegiatan beliau dalam perjuangan dakwah di Suriah, beliau mendapat sokongan dan bantuan dari para pemuda yang menyertai beliau. Karena uang yang terbatas yang mereka miliki, mereka membeli kaset-kaset lagu yang bekas dan kemudian merekam ulang diatasnya dengan kajian-kajian keislaman yang beliau berikan serta rekaman khutbah-khutbah beliau, kemudian para pemuda ini membagikannya secara gratis kepada kaum muslimin.
Maka mulailah para pemuda Suriah di berbagai masjid mendengar dan terpengaruh dengan dakwah beliau, mereka sering berkumpul untuk mendengarkan kajian dari kaset-kaset yang dibagikan. Dalam waktu singkat, para pemuda ini telah menjelma menjadi sekelompok da’i-da’i baru yang bersemangat menyebarkan dakwah aqidah salaf dan mereka mulai menampakkan penampilan Sunnah dan memelihara jenggot, masyaAllah.
Maka datanglah saat-saat sulit dalam hidup beliau, dimana rezim kembali ingin mengincar beliau,sehingga dikisahkan beliau tidak bisa tidur di rumahnya, dan beliau tidak mendapati seorangpun yang bisa menampungnya saat itu, akhirnya beliau terpaksa tidur di jalanan beralaskan kardus.
Syaikh Abu Abdul Malik dalam proses belajarnya, tidak pernah mencukupkan diri dengan pendidikan formal di Universitas. Oleh karena itu beliau lebih banyak bertalaqqi (belajar di majlis tradisional) pada para Masyayikh Madinah diluar Universitas. Dan beliau sering menasehati teman-temanya agar tidak sibuk berdebat tentang masalah “takfir” atau “waliyul amri” sehingga lalai dari kewajiban utama untuk menuntut ilmu. Beliau pernah berkata: “Mereka (lawan debatmu) berhasil melalaikanmu dari menuntut ilmu.”
Beliau senantiasa membawa kitab-kitab kajian aqidah dan duduk paling belakang di aula, kemudian beliau menghabiskan waktunya dengan membaca semua kitab-kitab itu sendirian. Dalam hidupnya beliau telah menunjukkan pada kami tentang arti dari kemuliaan, budi pekerti yang mulia, dan kesabaran yang kokoh, serta akhlak dan pergaulan yang baik dengan teman.
Beginilah kami mengenalnya, semoga Allah menempatkan beliau dalam barisan para syuhada’ dan memberikan syurga sebagai tempat kembalinya. Allahumma Aamiin.
Inilah sosok ulama yang dituduh telah murtad oleh Jama’ah Daulah, dan malulah mereka yang lancang dengan lisannya atas daging para ulama. Syaikh Abu Abdul Malik -rahimahullah– telah menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam menuntut ilmu syar’i, dakwah, penjara, dan jihad.
Maka lihatlah perjalanan hidup para pendusta itu? Dimana mereka habiskan selama ini? Sebelum mereka mengenal istilah takfir, riddah dan shahawat!
(banan/arrahmah.com)