Mungkin era kini jarang kita temukan seorang ulama yang multi talenta. Disamping umumnya bergelut dalam dunia keilmuan, juga maju ke medan perang serta mempunyai andil dalam dunia kesehatan. Ya, dalam dunia kesehatan tepatnya dalam penemuan obat HIV pada tahun 2008.
Ulama asal Yaman ini memiliki sebuah universitas dengan dana sendiri. Ia juga aktif menulis kitab yang telah dikenal di berbagai belahan bumi. Langkah kakinya dipenuhi “debu-debu” jihad dan perjuangan di Afghanistan. Bahkan selama di negara kelahirannya dia aktif dalam kegiatan amar ma’ruf nahi munkar dengan mendirikan sebuah organisasi yang bernama Front Amar Ma’ruf Nahi Mungkar di Sana’a, Yaman.
Ulama yang pernah belajar pada Syaikh Abdul Aziz Bin Baz dan Syaikh Utsaimin ini pernah berada di bawah tahanan rumah rezim Saudi. Ia dilarang bepergian ke negara lain dan bertemu orang-orang Saudi atau mengadakan pertemuan media. Selain itu ia juga menjadi buronan Amerika Serikat karena keikutsertaannya dalam jihad Afghan.
Ulama kharismatik dan multi talenta ini adalah Syaikh Abdul Majid Al-Zindaniy rahimahullah.
Mengenal Syaikh Abdul Majid Al-Zindaniy
Terlahir dari keluarga yang terpelajar di kota Bad’an, provinsi Ibb, Yaman pada tahun 1942. Sejak kecil Zindaniy mendapat bimbingan langsung dari ayahnya, Syaikh Abdul Aziz bin Hamud al-Zindaniy. Jadi bisa dibilang sejak awal kehidupannya lekat dengan Islam.
Ayahnya, Syaikh Abdul Aziz berambisi besar dalam membesarkan dan mendidik anaknya. Pendidikan pertama Zindaniy ia dapatkan di Kuttab -Ibanul Hukmi Al-Imami fil Yaman. Kemudian meneruskan pendidikan formal di Aden dan menyelesaikannya. Setelah itu Zindaniy melanjutkan studi di di Fakultas Farmasi di Universitas ‘Ain Syams Mesir hanya selama dua tahun.
Zindaniy memutuskan berhenti belajar di fakultas farmasi bukan karena tidak mampu secara intelektual. Namun, karena nalurinya lebih terdorong untuk mempelajari ‘ulumuddiin yang sudah ia geluti sejak kecil. Sejak itu pun ia mulai mendalami ilmu syar’i dan bertemu dengan para ulama terkemuka Al-Azhar. Selain itu, putra Syaikh Abdul Aziz ini juga bertemu dengan para mahasiswa Yaman di Mesir yang dikepalai oleh Profesor Az-Zubairi. Ke depannya Profesor Az-Zubairi banyak membantu Zindaniy mempelajari ‘ulumuddiin, terutama dalam membuka cakrawala pemahaman tentang nash syar’i. Selama di negeri Nabi Musa inilah, Zindaniy mulai mengenal Ikhwanul Muslimin dan berkecimpung di dalamnya.
Di Kairo, Zindaniy kerap kali mendatangi Masjid Al-Azhar untuk menuntut ilmu. Ia bermulazamah dengan banyak ulama dan menimba ilmu sebanyak mungkin. Ulama Yaman ini juga mulai tertarik mencocokkan makna ayat Allah dengan penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern di berbagai bidang. Selain sibuk dalam penelitiannya dalam ilmu syar’i, ia juga intens di dalam gerakan Ikhwanul Muslimin. Karena aktivitasnya di IM inilah ia dicekal oleh rezim Mesir, dikeluarkan dari Al-Azhar dan dipulangkan ke negara asalnya, Yaman pada 1962.
Kembali Ke Yaman
Zindaniy kembali ke Sana’a, Yaman bersama Prof Az-Zubairi bertepatan dengan terjadinya revolusi Yaman. Kedua ulama ini akhirnya hidup bersama sepanjang hidupnya. Pada masa itu terjadi kudeta militer terhadap kerajaan Yaman bagian utara. Yaman bagian Utara memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1918 setelah lama di bawah kekuasaan Khilafah Turki Utsmani. Setelah lepas dari Khilafah, Yaman Utara berdiri dengan nama: Kerajaan Yaman, dengan Raja pertama Yahya Muhammad Hamid ed-Din.Kerajaan ini berakhir karena kudeta militer, kemudian lahirlah Republik Arab Yaman. Presiden Republik Arab Yaman pertama adalah Abdullah as-Sallal.
Rekan Zindaniy, Prof Az-zubairi gugur dalam revolusi ini. Ia menghembuskan nafas terakhir tepat di samping Zindaniy di sebuah tempat yang bernama Bart. Sepeninggal sahabatnya, Zindaniy pergi ke kota Aden dan mendapat amanah mengelola Ma’had An-Nuur Al’Ilmi. Namun, tidak berselang lama Zindaniy kembali ke kota Shan’a setelah revolusi berakhir pada tahun 1967.
Setiba di Sana’a, Zindaniy diberi amanah mengurus bagian pendidikan ilmiah di Kementerian Pendidikan dan Pengajaran. Ia pun juga diangkat sebagai kepala maktab taujih dan irsyad pada tahun 1975. Selama kepemimpinannya, Zindaniy bekerja untuk membuat interaksi intelektual yang luas dengan cara menghadirkan sejumlah pemikir Arab dan Muslim terkemuka di Kementerian Pendidikan. Kesibukan Zindaniy lainnya adalah memimpin harakah IM di Yaman.
Pengangkatan Syaikh Zindaniy menjadi bagian penting di Kementerian Pendidikan dan membuat dirinya mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan Islam. Zindaniy menulis dan menyusun sebuah kitab tauhid bersama para ulama dan dijadikan buku ajar tingkat dasar dan menengah. Ia juga membuat kaset-kaset dakwah dan diskusi untuk mendakwahi orang-orang diluar Islam. Buku dan kaset yang ia buat sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa dan diambil manfaatnya oleh banyak orang.
Hijrah ke Arab Saudi
Seakan masih haus akan ilmu, Syaikh Zindaniy melangkahkan kakinya ke Haramain pada tahun 1967. Ia bertemu dan menuntut ilmu dari para ulama kibar Saudi seperti Syaikh Ibn Baz, Syaikh Al-Utsaimin dan lainnya. Selain memperdalam ilmu syar’i, Zindaniy juga mempelajari ilmu kedokteran, biologi, bahari, penciptaan manusia, falak, meteorologi dan ilmu tentang koordinat. Konstribusinya besar dalam pembentukan lembaga “I’jaz Al-‘Ilmi fi Qur’an wa Sunnah” dan ia diangkat sebagai pimpinannya. Dalam dunia pengobatan, Syaikh Zindaniy membentuk sebuah tim untuk membahas Thibbun Nabawi dan keistimewaannya.
Zindaniy juga ikut serta dalam muktamar ulama internasional yang diadakan di Rusia, Malaysia, Indonesia, Pakistan, Mesir, Saudi dan tanah kelahirannya, Yaman. Ia pun ditunjuk sebagai pengajar dalam seminar-seminar, di sekolah dan universitas-universitas di Saudi. Namun, karena ada masalah antara Zindaniy dan rezim Saudi, ia pun memutuskan untuk kembali ke Yaman pada tahun 1970.
Kembali ke Yaman Lagi
Setibanya di Yaman, Zindaniy langsung disibukkan dengan rencananya untuk mendirikan sebuah universitas. Setelah melalui proses yang panjang akhirnya universitas ini berdiri tahun 1414 H/1993 M di kota Sana’a dan bernama Universitas Al-Iman. Zindaniy bekerja sama dengan para ulama terkemuka di Yaman. Berdirinya universitas ini menjadi mercusuar yang bersinar di dunia Arab dan Muslim sedunia. Universitas Al-Iman termasuk salah satu universitas yang menjadi anggota Ittihad Jami’at Al-‘Arabiyyah (Persatuan Universitas-universitas Arab) sehingga menjadi pilihan mahasiswa maupun mahasiswi dari seluruh dunia. Tercatat ada lebih dari 50 negara di dunia yang mahasiswanya belajar di universitas ini. Di antaranya adalah Tajikistan, Cina, Turkistan, Rusia, Kamerun, Inggris, Amerika, Australia, Palestina, Irak, Arab Saudi, Malaysia, Indonesia dan sebagian negara-negara di Afrika.
Sejak awal Zindaniy sudah mencanangkan bahwa tujuan dari universitas ini adalah melahirkan ulama-ulama yang ‘alim bi diinihi (alim terhadap Din-nya), ‘arif bi ashrihi (mengetahui perkembangan zaman) Almujtahid bi takhshishihi (Mujtahid pada bidangnya) , ‘amil bi ‘ilmihi (Mengamalkan ilmunya) Waro’ dan Taqwa.
Universitas ini memberikan fasilitas yang maksimal kepada para mahasiswanya, khususnya mahasiswa asing. Fasilitas yang diberikan pihak universitas dibagi menjadi 2 jenis, yakni mahasiswa yang berstatus bujang dan mahasiswa yang berstatus berkeluarga.
Bagi mahasiswa yang berstatus bujang pihak Universitas memberikan:
Gratis biaya Kuliah
Gratis biaya Asrama
Gratis Makan (3 kali/hari)
Sesekali mendapat uang saku.
Bagi mahasiswa yang berstatus berkeluarga pihak Universitas memberikan:
Rumah tinggal (gratis),
gratis biaya Kuliah (suami dan istri),
menyediakan kebutuhan pangan dan
tunjangan uang saku keluarga setiap bulannya.
Kesibukan Syaikh Zindaniy selalu berkutat dengan ilmu. Ia ingin mencurahkan segala apa yang pernah ia pelajari dan ditularkan kepada kaum Muslimin. Selain dengan penerjemahan berbagai karya dan ceramah-ceramahnya, akhirnya ia berhasil membangun sebuah universitas sebagai bukti keinginan kuatnya untuk memajukan umat Islam.
Syaikh Zindaniy juga mengembangkan ilmu ‘Ijaz melalui lembaga bernama Pusat Kajian Ilmu Sains al-Qur’an dan Sunnah (1986/1406). Ia kembali mengkaji semua ilmu yang ia dapatkan ketika di tanah Haramain. Atas hasil penelitian yang dilakukan terutama dalam bidang sains, Syaikh Al-Zindaniy mendapat perhatian dan dianugerahi gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Oum Darman, Sudan.
Di Yaman, ia juga mendirikan sebuah organisasi kelaskaran mirip Front Pembela Islam (FPI) di Indonesia. Organisasi kelaskaran itu bernama Front Amar Ma’ruf Nahi Mungkar di Sana’a, Yaman. Berada di bawah pimpinan Syaikh Zindaniy, Front Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Yaman sering melakukan aksi untuk merazia tempat-tempat pelacuran dan mencegah bertambahnya kegiatan pemurtadan.
Ormas itu juga eksis dan mampu memberikan perubahan-perubahan yang cukup baik terhadap pemberantasan kemaksiatan di Yaman.
“Tujuan razia tersebut adalah untuk membendung bertambahnya kegiatan kristenisasi di Yaman dan menyebarnya tempat-tempat pelacuran. Padahal, sejumlah para peneliti telah mengingatkan akan bahayanya pelacuran.”
Menurut Syaikh Zindaniy, mencegah pelacuran dan maksiat merupakan tuntutan syar’i untuk menegakkan hukuman bagi para pelakunya. Terlebih, setelah berkembangnya isu penculikan para gadis dan dibawa ke tempat-tempat pelacuran.
Aksi yang dilakukan oleh Front Amar Ma’ruf Nahi Mungkar telah menuai hasil. Setelah adanya aksi tersebut, ada beberapa hotel yang tidak menerima pelanggan wanita tanpa mahram. Selain itu, ada beberapa perusahan swasta di bidang transportasi mengkhususkan kendaraan bagi wanita.
Syaikh Zindaniy juga aktif dalam bidang politik dan menjadi anggota terkemuka partai Al-Islah (Partain Reformasi). Tidak banyak informasi yang menyebutkan aktivitasnya di partai Al-Islah.
Jihad ke Afghanistan
Salah satu mahfudzot (kata mutiara bahasa Arab) yang cukup masyhur adalah:
الْعِلْمُ بِلَا عَمَلٍ كَالشَّجَرِ بِلَا ثَمَرٍ
“Ilmu tanpa diamalkan bagaikan pohon yang tak berbuah”.
Kehidupan Syaikh Zindaniy yang selalu bergumul dengan ilmu tidak menyurutkan semangatnya untuk mengamalkan ilmunya dengan berjihad. Selain dengan ceramah yang selalu ia sampaikan, Syaikh Zindaniy ingin langsung memberikan contoh kepada para pemuda Yaman untuk memenuhi panggilan jihad. Syaikh Zindaniy ikut serta dalam jihad Afghan mengusir Soviet di atas bumi Khurasan. Ada kabar yang menyatakan ia bertemu dengan para petinggi Al-Qaeda di sana, termasuk amir Al-Qaeda saat itu Syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah.
Karena sebab inilah Amerika Serikat menyematkan tuduhan pendukung terorisme kepada Syaikh Zindaniy. Sebuah tuduhan serampangan yang tidak berdasar sebenarnya. Ia disebut-sebut sebagai “bapak spiritual” amir Al-Qaeda. Syaikh Zindaniy membantah hal ini dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang dosen dan pengajar, jadi setiap mahasiswa atau siapapun yang mendengarkan ceramahnya pasti menganggap bahwa dia adalah gurunya. Dan secara tegas dalam wawancara itu mengatakan tidak punya hubungan khusus dengan Syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah.
Penemuan obat HIV
Sekitar tahun 2008, Syaikh Zindaniy menyampaikan pengumuman perihal keberhasilan penelitiannya dalam hal pengobatan terhadap penderita HIV-AIDS. Pengobatan ini menggunakan obat herbal alami. Ia menekankan bahwa penelitian ini membutuhkan waktu 20 tahun bersama timnya.
Syaikh Zindaniy menambahkan, efektivitas obat tersebut juga telah diuji oleh tim medis khusus di Universitas King Abdul Aziz, Arab Saudi dan di laboratorium Marinir AS. Demikian laporan Yemen Post, medio 2008.
Dalam sebuah laporan yang dipublikasikan stasiun tv satelit Al Jazeera, medio 2007, Syaikh Zindaniy telah melakukan uji coba terhadap 15 orang yang positif terkena virus HIV selama antara satu sampai tiga tahun, dan kini seluruhnya sembuh dari virus penyakit yang menghilangkan kekebalan tubuh itu
Hak paten obat HIV-AIDS Syaikh Abdul Majid Al-Zindaniy
Dalam sebuah wawancaranya dengan Al Jazeera, Syaikh Al-Zindaniy mengundang semua institusi obat dan kesehatan serta organisasi kesehatan PBB, WHO, untuk berkunjung ke Yaman dan menyaksikan langsung praktik pengobatan yang ia lakukan di sana. Ia juga mempersilakan para pakar untuk menguji coba hasil penemuan ilmiahnya. Meski tak mau membeberkan komponen obat alami itu secara detail, terkait nama tumbuhan dan lokasinya, tapi Syaikh Al-Zindaniy mengatakan apa yang dilakukannya bukan karena alasan ekonomis.
Obat yang ditemukan Syaikh Al-Zindaniy ini telah mendapatkan hak patennya di World Intellectual Property Organization (WIPO) dengan nama THE USE OF A HERBAL COMPOSITION FOR THE TREATMENT OF A PERSON INFECTED WITH HIV.
Selain itu, Syaikh Al-Zindaniy menyebutkan bahwa ia dan timnya juga melakukan penelitian lain di Pusat Kedokteran Nabi Universitas Al-Iman untuk menemukan obat penyakit yang belum tersembuhkan lainnya. Sejauh ini, mereka juga mendalami penelitian obat Hepatitis B dan C
Syaikh Abdul Majid Al-Zindaniy Saat Ini
Pada tahun 2014 ketika ibu kota Yaman, Sana’a dikuasai oleh Syiah Houtsi, Syaikh Zindaniy hijrah ke Arab Saudi. Ia menuju Saudi melalui kota Taiz di barat daya, sebelum menuju ke wilayah Saudi melalui pelabuhan Al-Wadia di timur dalam, sebuah perjalanan yang digambarkan sebagai “petualangan” setelah melewati pos pemeriksaan Houtsi.
Di Arab Saudi, Zindani mengalami marjinalisasi sejak kedatangannya dan tidak mendapatkan sambutan dan rasa hormat yang layak. Pada akhirnya saat ini ia dijatuhi hukuman tahanan rumah. Rezim Saudi membatasi gerakannya dan mengizinkannya untuk melakukan perjalanan hanya di dua kota, Mekkah dan Riyadh. Ia dicegah untuk memasuki kota lain, termasuk Jeddah dan Madinah.
“Zindaniy dilarang bepergian ke negara lain dan bertemu orang-orang Saudi atau mengadakan pertemuan media,” ujar sumber itu sembari mengungkapkan bahwa Syaikh Al-Zindaniy bermaksud pergi ke Turki untuk bergabung dengan anak-anaknya di sana.
Sumber itu juga menunjukkan bahwa Riyadh menolak untuk memperbarui tempat tinggal sejumlah ulama yang tinggal di sana, atau membiarkan anak-anak mereka belajar, tanpa mengungkapkan motif di balik tindakan yang diambil terhadap mereka.
Semoga Allah selalu menjaga Syaikh Abdul Majid Al-Zindaniy dan memberkahi setiap hembusan nafasnya.
Wallahu a’lam bis shawab.
Penulis: Dhani El_Ashim
Sumber:
Al jazeera.net, wikipedia