(Arrahmah.com) – Umat Islam Palestina pada khususnya dan umat Islam seluruh dunia pada umumnya berduka atas kesyahidan syaikh Abul Walid Al-Maqdisi di Jalur Gaza pada Sabtu sore (13/10/2012).
Syaikh Hisyam bin Ali As-Su’aidani, atau lebih dikenal dengan nama panggilan Abul Walid Al-Maqdisi gugur pada Sabu sore oleh serangan rudal pesawat penjajah zionis Yahudi di Jalur Gaza. Syaikh Abul Walid Al-Maqdisi adalah ulama, mujahid dan amir Jama’ah Tauhid wal Jihad wilayah Jalur Gaza.
Ulama Jalur Gaza kelahiran Mesir
Syaikh Abul Walid Al-Maqdisi, dilahirkan di Mesir pada tahun 1969 M. Beliau tumbuh dan dewasa di bumi Kinanah, Mesir. Beliau mulai menuntut ilmu syar’i secara tekun pada usia 15 tahun (1984 M) dalam beberapa cabang ilmu syar’i, seperti fiqih, tauhid, ulumul qur’an dan tafsir.
Secara khusus beliau menekuni spesialisasi ilmu hadits sehingga beliau ahli di bidang itu dan menguasai sebagian cabang ilmu hadits, seperti tahqiq hadits, mengkaji sanad-sanad hadits dan mengkaji ilmu tentang kecacatan-kecatatan hadits (‘ilal al-hadits). Guru beliau di bidang ilmu hadits adalah sejumlah ulama hadits Mesir, yaitu syaikh Abu Ishaq Al-Huwaini hafizhahullah dan syaikh Muhammad Amru bin Abdul Lathif rahimahullah.
Syaikh Abul Walid Al-Maqdisi menyelesaikan hafalan Al-Qur’an dan mendapatkan sanad hafalannya dari seorang ulama qira’at Mesir yang berguru langsung kepada guru seluruh ulama qira’at Mesir, syaikh Abdul Halim Badr rahimahullah.
Syaikh Abul Walid Al-Maqdisi lulus dari Fakultas Adab jurusan Bahasa Arab, kemudian melanjutkan kuliah pada Fakultas Syariah, Universitas Al-Azhar Kairo, dan menimba ilmu dari para ulama Al-Azhar yang menonjol. Setelah lulus dari Fakultas Syariah, beliau melanjutkan kulah pasca sarjana pada Universitas Al-Azhar untuk mengambil spesialisasi Ushul Fiqih. Namun kuliah beliau putus di tengah jalan satu tahun kemudian disebabkan beliau pulang ke Jalur Gaza.
Di antara karya terpenting syaikh Abul Walid Al-Maqdisi
-
Al-Wajiz fi Alfazh Al-Kitab Al-Aziz.
-
Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhus Shalihin.
-
Mentahqiq banyak buku, di antaranya tahqiq atas hadits-hadits kitab Al-Muwatha’ karya imam Malik.
-
Terlibat dalam penulisan buku ‘Tuhfatul Muwahhidin fi Ahammi Masaili Ushuliddin’, sebuah buku yang menguraikan pokok-pokok akidah dan manhaj perjuangan Jama’ah Tauhid wal Jihad wilayah Jalur Gaza.
Mujahid di jalan Allah Ta’ala
Setelah serangan 11 September 2001 yang penuh berkah terhadap WTC dan Pentagon, disusul invasi militer aliansi salibis AS-NATO terhadap Afghanistan pada akhir 2001 dan terhadap Irak pada 2003; syaikh Abul Walid Al-Maqdisi memutuskan untuk bergabung dengan mujahidin di medan jihad.
Pada awalnya beliau hendak berangkat ke Irak, namun beliau gagal menembus perbatasan Irak karena ketatnya penjagaan tentara salibis AS-NATO. Terpaksa beliau kembali ke Jalur Gaza. Beliau berusaha masuk Jalur Gaza lewat terowongan perbatasan Mesir-Rafah. Namun tentara Mesir berhasil menangkap beliau dan menjebloskan beliau ke penjara selama beberapa waktu. Akhirnya beliau dibebaskan karena tidak terbukti melakukan tindakan kriminal atau tindakan yang mengancam keamanan Mesir dan Israel.
Setelah keluar dari penjara Mesir, beliau mencoba kembali untuk masuk Jalur Gaza lewat terowongan perbatasan Mesir-Rafah. Dengan karunia dan pertolongan Allah semata, kali ini beliau berhasil masuk Jalur Gaza dan kembali kepada keluarganya.
Mendirikan Jama’ah Tauhid wal Jihad di Jalur Gaza
Syaikh Abul Walid Al-Maqdisi kembali ke rumah keluarganya di kamp pengungsian Buraij, di tengah wilayah Jalur Gaza. Beliau menolak bergabung dengan kelompok Hamas yang merupakan kelompok Islam terbesar di wilayah Jalur Gaza. Alasan beliau sangat jelas, kelompok Hamas telah memasuki “lubang politik” yang gelap.
Penolakan syaikh Abul Walid Al-Maqdisi untuk bergabung dengan kelompok Hamas cukup mengejutkan para pemimpin Hamas. Hal itu dikarenakan syaikh Abul Walid Al-Maqdisi adalah orang yang selama ini dikenal luas sebagai salah seorang simpatisan utama Hamas. Semasa masih kuliah di Mesir, syaikh Abul Walid Al-Maqdisilah yang menghimpun dana di Mesir dan mengirimkannya kepada kelompok Hamas semasa awal pecahnya Intifadhah kedua di Jalur Gaza.
Syaikh Abul Walid Al-Maqdisi prihatin dengan kelompok Hamas yang tidak juga menerapkan syariat Islam di Jalur Gaza, padahal Hamas telah memenangkan pemilu dan memegang otoritas pemerintahan di Jalur Gaza. Syaikh Abul Walid Al-Maqdisi menjalin silaturahmi dengan orang-orang yang beliau kenal dari kalangan muhajirin dan anshar, utamanya kalangan ulama, penuntut ilmu dan mujahidin. Bersama mereka, syaikh Abul Walid Al-Maqdisi mendirikan jama’ah baru yang mengangkat dakwah tauhid dan jihad di atas manhaj salaf yang terang. Jama’ah baru tersebut dinamakan Jama’ah Tauhid wal Jihad, dan mereka sepakat mengangkat syaikh Abul Walid Al-Maqdisi sebagai amirnya.
Jama’ah Tauhid wal Jihad di bawah kepemimpinan syaikh Abul Walid Al-Maqdisi telah melakukan sejumlah serangan jihad terhadap penjajah zionis Yahudi. Di antaranya meledakkan jip tentara zionis Yahudi di dekat wilayah Kosofim yang dijajah oleh Yahudi pada Januari 2009. Serangan itu menewaskan dua tentara zionis Yahudi. Jama’ah Tauhid wal Jihad juga telah menembakkan sejumlah roket terhadap wilayah pemukiman penjajah zionis Yahudi, dan sebagiannya telah didokumentasikan dalam video yang dirilis oleh Jama’ah.
Anggota Komisi Fatwa Mimbar Tauhid wal Jihad
Syaikh Abul Walid Al-Maqdisi berhasil menjalin komunikasi dengan as-syaikh al-‘allamah Abu Muhammad Al-Maqdisi, syaikh kelompok salafi di Yordania. Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi telah menelaah manhaj syaikh Abul Walid Al-Maqdisi, maka syaikh Abu Muhammad al-Maqdisi memberikan rekomendasi kepada syaikh Abul Walid Al-Maqdisi atas ilmu, jihad dan jama’ahnya. Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi telah meminta para pemuda di Jalur Gaza untuk mendukung dan bergabung dengan syaikh Abul Walid Al-Maqdisi.
Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi juga meminta syaikh Abul Walid Al-Maqdisi untuk menjadi salah satu anggota Komisi Fatwa dalam situs yang beliau asuh, mimbar tauhid wal jihad (www.tawhed.ws). Maka syaikh Abul Walid Al-Maqdisi pun menjadi anggota Komisi Fatwa Mimbar Tauhid wal Jihad, bersama sejumlah ulama dan penuntut ilmu dari berbagai negara.
Kelompok Hamas berusaha memadamkan dakwah syaikh
Syaikh Abul Walid Al-Maqdisi menyuarakan kebenaran dengan lantang tanpa takut celaan orang-orang yang mencela. Beliau mulai menyanmpaikan pengajian di seluruh penjuru Jalur Gaza, menuntut penerapan syariat Islam dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang mulai menimpa perjalanan kelompok Hamas. Beliau mengkritik masuknya kelompok Hamas dalam Dewan Legislatif, pengakuan kelompok Hamas terhadap undang-undang positif dan penerapan undang-undang tersebut terhadap kaum muslimin di Gaza. Melalui situs mimbar tauhid wal jihad, beliau mengajak kepada tauhid dan penerapan syariat Islam. Hal itu tidak membuat kelompok Hamas senang, justru Hamas mulai melancarkan “perang buta” terhadap beliau, manhaj beliau dan jama’ah beliau.
Pemerintahan otoritas Hamas di Jalur Gaza mulai memburu dan menangkap syaikh Abul Walid Al-Maqdisi. Untuk tujuan itu, pemerintah otoritas Hamas tidak segan-segan menggeledahan rumah-rumah penduduk, menangkap para pemuda dan merampas senjata mereka yang dipersiapkan untuk menyerang penjajah zionis Yahudi. Syaikh Abul Walid Al-Maqdisi ditangkap pada tanggal 24 Desember 2009, tiga hari sebelum penjajah zionis Yahudi menginvasi Jalur Gaza. Saat pasukan penjajah Yahudi telah memasuki Gaza dan menyerbu penjara Saraya, tempat di mana syaikh Abul Walid Al-Maqdisi berada, beliau kabur dari penjara dan melanjutkan jihadnya bersama jama’ahnya.
Setelah pasukan penjajah zionis Yahudi dipukul mundur dari Jalur Gaza pada 18 Januari 2010, pemerintah otoritas Hamas kembali memburu syaikh Abul Walid Al-Maqdisi. Foto syaikh Abul Walid Al-Maqdisi disebar ke seluruh penjuru Jalur Gaza, namanya masuk dalam DPO, sehingga syaikh Abul Walid Al-Maqdisi dan sepuluh anggota keluarnya menjadi buronan. Beliau sendiri tetap berdakwah, berjihad dan memimpin jama’ahnya secara sembunyi-sembunyi, dengan berpindah-pindah tempat di gang-gang Jalur Gaza.
Kembali dijebloskan dalam penjara Hamas
Pemerintah otoritas Hamas berhasil menangkap syaikh Abul Walid Al-Maqdisi pada tanggal 2 Maret 2011. Aparat keamanan dalam pemerintahan otoritas Hamas mulai menginterogasi beliau dengan mempergunakan beragam bentuk penghinaan dan siksaan keji. Dalam sebagian keadaan, beliau tetap disiksa selama bulan Ramadhan. Beliau bahkan diikat dan digantung dengan posisi kepala di bawah dan kedua kaki terikat di atas dalam waktu yang lama, bahkan pernah selama enam hari berturut-turut!
Interogasi dan siksaan demi siksaan dialami beliau. Para penyidik aparat keamanan Hamas ingin mengorek informasi tentang letak senjata dan sumber keuangan jama’ah beliau. Mereka berusaha keras melunakkan beliau dan memaksa beliau agar meninggalkan dakwah tauhid dan jihad melawan penjajah zionis Yahudi. Namun Allah Ta’ala meneguhkan prinsip dan tekad beliau dalam menyuarakan kebenaran. Beliau menuntut mereka untuk mengadakan debat ilmiah di depan publik, agar masyarakat muslim Gaza mengetahui siapa yang berada di pihak yang benar dan siapa yang berada di pihak yang salah. Berkali-kali beliau menuntut hal itu, dan berkali-kali pula mereka menolaknya.
Penangkapan, interogasi, penyiksaan keji dan perlakuan tidak manusiawi selama di penjara otoritas Hamas telah menyebabkan kesehatan syaikh Abul Walid Al-Maqdisi menurun drastis. Kelompok salafi dan salafi jihadi di Jalur Gaza telah berkali-kali mendesak pemerintah otoritas Hamas agar membebaskan ulama dan komandan jihad yang tidak melakukan tindakan criminal apapun tersebut. Bagaimana mungkin ulama yang mengajak kepada tauhid dan penerapan syariat serta memimpin jihad melawan penjajah zionis Yahudi ditangkap dan dipenjarakan?
Di media massa dan di depan public Jalur Gaza, Hamas menuding syaikh Abul Walid Al-Maqdisi dan jama’ahnya sebagai kelompok Khawarij dan takfiriyun yang mengkafir-kafirkan penduduk muslim Jalur Gaza dan memberontak kepada pemerintah otoritas Hamas. Anehnya, di dalam penjara interogasi terhadap syaikh Abul Walid Al-Maqdisi selalu berkaitan dengan masalah tempat menyimpan senjata dan sumber pendanaan. Sejak kapan memiliki senjata dan berinfak di jalan Allah guna memerangi penjajah zionis Yahudi dianggap sebagai tindakan kriminal? Tuduhan-tuduhan buta pemerintah Hamas sangat nampak dibuat-buat tanpa secuil bukti pun.
Ketika pemerintah Hamas tidak juga mau membebaskan syaikh Abul Walid Al-Maqdisi, maka gelombang tuntutan pembebasan beliau pun segera mengalir dari seluruh dunia. Yayasan media Ibnu Taimiyah, Yayasan Media Fursanul Balagh, Kantor Berita Al-Haq, dan situs-situs jihad internasional paling terkemuka (Asy-Syumukh, Al-Fida’, Anshar Al-Mujahidin dan Al-Jihad Al—Alami) mengangkat kasus beliau kepada kaum muslimin seluruh dunia.
Gayung pun bersambut. Media massa di kawasan Timur Tengah mulai memblow up kasus syaikh Abul Walid Al-Maqdisi. Para ulama salafi Mesir secara khusus dan ulama Al-Azhar secara umum mulai memfasilitasi pendekatan dengan pemerintah otoritas Hamas. “Tekanan” media massa Islam dalam skala luas dan para ulama Mesir akhirnya memberikan dampak positif. Mempertimbangkan kondisi kesehatan syaikh Abul Walid Al-Maqdisi yang sangat kritis dan khawatir bila beliau meninggal di dalam penjara, pemerintah otoritas Hamas akhirnya membebaskan beliau pada tanggal Kamis sore tanggal 2 Agustus 2012, beberapa saat sebelum waktu buka puasa.
Syahid oleh rudal pesawat Yahudi
Walau kesehatannya telah menurun drastis dan badan tinggal kurus kering, semangat syaikh Abul Walid Al-Maqdisi untuk mendakwahkan tauhid, mengajak kepada penerapan syariat Islam sebagai satu-satunya hukum yang berlaku di jalur Gaza dan berjihad melawan penjajah zionis Yahudi tetaplah menggelora.
Sampai akhirnya bombardir pesawat militer penjajah zionis Yahudi menghantam Jalur Gaza pada Sabtu sore (13/10/2012). Selain menghancurkan pemukiman warga muslim dan melukai sejumlah warga muslim, serangan biadab itu juga mengantarkan syaikh Abul Walid Al-Maqdisi kepada cita-cita tertinggi yang didambakan setiap mujahid di jalan Allah; mati syahid fi sabilillah.
Semoga Allah Ta’ala menerima amal shalih beliau, mengampuni kesalahan beliau dan menempatkan beliau pada surga Firdaus yang tertinggi. Kita semua milik Allah dan hanya kepada-Nya kita akan kembali. Innaa lillahi wa innaa ilaihi raji’un. Allahumma’jurna fi mushibatina wakhluf lanaa khairan minha. Ya Allah, berilah kami pahala atas musibah yang menimpa kami ini dan gantikanlah untuk kami yang lebih baik darinya. Amien.
(muhib almajdi/arrahmah.com)