Selama berbulan-bulan, pasukan rezim Suriah bertahan di sebuah pangkalan udara terpencil di Aleppo, berusaha menangkis serangan pejuang Suriah, sampai suatu pagi, mesin perang bergemuruh dari pedesaan, mengumumkan bahwa pejuang Chechen telah datang.
Kendaraan itu terkenal karena bentuknya. Mujahidin telah mengelas puluhan pipa pengeboran di sisi kendaraan lapis baja yang membawa beberapa Mujahid, dan dikemas dengan empat ton bahan peledak tinggi, menurut video yang dirilis secara online oleh para Mujahid.
Mobil tersebut dikemudikan oleh supir yang siap meledakkan kendaraan di basis militer musuh, yang membuat tanah bergetar dan mengirimkan awan hitam ke langit dalam serangan yang menurut para pengamat akhirnya membuka jalan bagi para pejuang Suriah untuk menyerbu pangkalan udara itu.
Mujahid chechnya terlibat di Suriah
Beberapa etnis Chechnya dan pejuang Islam berbahasa Rusia untuk pertama kalinya bergabung dengan panggilan Jihad internasional dalam jumlah besar, memberikan potensi baru untuk kelompok oposisi yang berusaha menggulingkan presiden rezim Suriah, Bashar al-Assad.
Penangkapan terakhir sebuah pangkalan udara di Aleppo pada bulan Agustus, segera meningkatkan “prestise” Tarkhan Batirashvili, menurut para pengamat. Seorang etnis Chechnya yang memiliki keterampilan tempur ini, mendapatkannya di Amerika Serikat dengan didanai oleh militer Georgia, kini ia berada di kubu pejuang oposisi yang dibenci Barat.
Komandan Jihad baru-baru ini muncul dan dinyatakan sebagai komandan utara Suriah dalam kelompok Mujahidin Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS).
Lahir dari ayah Kristen dan ibu Muslim, ia bertugas di unit intelijen tentara Georgia sebelum berangkat berjihad di Suriah, ujar teman-teman dan mantan rekannya.
Upaya untuk menemui Batirashvili tidak berhasil. Dan website fisyria.com yang membanggakan prestasinya, tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Kedatangan Batirashvili yang dikenal dengan nama Arab, Emir Umar al-Shishani ke Suriah adalah untuk pertama kalinya untuk merespon seruan Jihad di mana etnis Chechen dalam jumlah besar membanjiri negara tersebut.
Tarkhan Batirashvili pada tahun 2008 masih menjadi tentara Georgia dan awal tahun ini, telah menjadi komandan Mujahidin di Suriah.
Orang-orang terdekat Batirashvili mengklaim bahwa ia memandang perang Suriah sebagai kesempatan untuk memberi pukulan pada salah satu sekutu Kremlin, ia juga telah berbicara mengenai kebenciannya kepada Amerika. Dalam sebuah wawancara dengan situs Jihad, ia menggambarkan Amerika sebagai musuh Allah dan musuh ummat Islam.
Seorang mantan rekannya mengatakan, seperti banyak orang Chechen, ia ingin melawan Kremlin di mana pun ia punya kesempatan. “Dia memiliki kebencian seperti itu untuknya (Kremlin).”
Intelijen AS memperkirakan sebanyak 17.000 pejuang asing telah bertempur di sisi Mujahidin Suriah. Sekitar setengahnya berada di dalam kelompok ISIS. Menurut pejabat Rusia, setidaknya seribu orang berasal dari Kaukasus Utara dan dari Eropa di mana banyak warga Chechen mencari suaka sejak runtuhnya Uni Soviet.
Meskipun pejuang asal Chechen mewakili sebagian kecil dari kelompok pejuang Suriah, banyak yang telah naik ke posisi tinggi karena sejarah tempur mereka melawan Rusia, menurut para pengamat.
Pejabat Kremlin mengatakan bahwa para pejuang ini memiliki banyak pengalaman militer serta kontak ke donatur Arab.
“Suatu hari, sangat mungkin banyak dari pejuang ini akan kembali ke rumah mereka di Kaukasus, yang jelas akan menghasilkan ancaman keamanan tinggi di wilayah itu,” klaim Charles Lister, seorang pengamat di Pusat Terorisme dan Pemberontakan IHS Jane.
Kemampuan Batirashvili untuk bekerja dengan para Mujahid asing tampaknya menjadi penting untuk kenaikannya di ISIS, yang telah menjadi payung utama bagi para pejuang asing di Suriah termasuk dari Saudi, Kuwait, Mesir dan bahkan Cina, menurut para pengamat.
ISIS awalnya berdiri di Irak sebagai organisasi yang memayungi banyak kelompok perlawanan Irak dan memandang perang di Suriah sebagai perang yang sangat berarti, tidak hanya untuk menggulingkan rezim Assad tetapi merupakan medan pertempuran bersejarah bagi perang suci yang sangat besar dan untuk pembentukan negara Islam, ujar Batirashvili dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan sebuah situs.
Beberapa pemuda Muslim merespon panggilan Jihad untuk memperjuangkan tegaknya negara Islam dan melaksanakan penerapan Syariah Islam di Suriah. Sebagian terbang ke Turki kemudian menyelinap melintasi perbatasan ke Suriah.
Setelah SMA, Batirashvili bergabung dengan militer Georgia dan membedakan dirinya dengan rekan lainnya sebagai master berbagai senjata dan peta, ujar Topuria, mantan komandannya yang merekrutnya ke dalam kelompok pengintai khusus.
Rusia telah lama menuduh AS mendanai pasukan Georgia yang pada gilirannya dikatakan telah mendukung Islamis, sebuah tuduhan yang disangkal oleh AS dan Georgia.
Batirashvili terkenal santai dan populer di kalangan tentara dan dia menjauhi diskusi agama, meskipun ia mengaku berasal dari keluarga Muslim, ujar Topuria.
Ia dengan cepat naik pangkat, dipromosikan menjadi sersan di unit intelijen baru di mana gaji bulanannya mencapai 700 USD, ujar mantan komandannya.
Seorang wakil untuk pasukan Georgia mengonfirmasikan fakta-fakta dasar selama ia berada dalam militer Georgia, namun menolak mengomentari kegiatan lainnya.
Ketika pasukan Georgia diperintahkan untuk menyerang Rusia, provinsi Ossetia Selatan pada tahun 2008, ia berada di dekat garis depan, memata-matai posisi tank Rusia dan menyampaikan koordinat mereka untuk unit artileri Georgia, ujar seorang mantan komandannya.
Dua tahun kemudian, kehidupan Batirashvili mulai berbeda. Dia didiagnosis mengidap tuberculosis pada tahun 2010 dan dirawat di rumah sakit militer selama beberapa bulan. Ia dipulangkan ke rumah. Tak lama kemudian ibunya meninggal setelah bertahun-tahun mengidap penyakit kanker.
“Dia sangat gugup dan khawatir mengenai uang,” ujar seorang mantan komandan pasukan Georgia. Dia juga mengatakan Batirashvili muncul untuk membantu Islamis Kaukasus dalam melawan Rusia dan meminta mantan komandannya untuk membantu menemukan beberapa peta kelas militer Chechnya.
Pada bulan September 2010, ia ditangkap karena menyimpan senjata ilegal, ujar menteri pertahanan dan dijatuhi hukuman tiga tahun penjara.
Kementerian itu menolak memberikan rincian lebih lanjut tentang kasus ini.
Sepupu Batirashvili, Jabrail mengatakan ia dibebaskan dari penjara skeitar 16 bulan kemudian, di awal tahun 2012 dan segera meninggalkan negara itu. “Dia punya banyak waktu berpikir di penjara tentang bagaimana ia telah diperlakukan,” ujarnya.
“Dia bertugas di tentara di tempat yang paling berbahaya dan kemudian ketika jatuh sakit, ia dipecat dan kemudian mereka memenjarakannya.”
Dalam sebuah situs, ia mengatakan penjara itu mengubah dirinya. “Saya berjanji kepada Allah, jika saya keluar dari penjara dalam keadaan hidup, saya akan pergi berperang di jalan Allah,” ujarnya.
Meskipun ia mengumumkan bahwa ia akan pergi ke Istanbul, ayahnya mengatakan jelas ia berencana untuk menawarkan jasanya kepada Islam. Anggota diaspora Chechnya di ibukota Turki siap untuk merekrut dia untuk memimpin pejuang di wilayah Suriah dan kakaknya telah berada di Suriah satu bulan sebelumnya, ujar ayahnya.
Mantan komandan Georgia juga kehilangan kontak dengannya dan hanya menerima kabar keberadaannya musim semi ini ketika pasukan intelijen Georgia menghubungi mereka.
Mereka ingin membantu mengidentifikasi seorang pemimpin Jihad yang akhir-akhir ini sering muncul di video dari Suriah. Pria itu berbicara dengan aksen Rusia Georgia, ujar mereka.
Ketika membuka video pertama, “Saya langsung mengenalinya,” ujar salah satu mantan komandan Batirashvili. Walau ia mengenakan pakaian tradisional Shalwar kameez dan memanjangkan jenggotnya, namun mantan komandannya itu sangat mengenalinya.
Dalam video pertamanya, Batirashvili diidentifikasi sebagai komandan kelompok yang menyebut dirinya Jaish al-Muhajirin wal-Ansar. Ia menyeru kaum Muslim untuk menyumbangkan hartanya di jalan Allah.
Musim panas ini, video yang diidentifikasi sebagai Batirashvili, menyatakan dia sebagai komandan baru kelompok ISIS. Pidato-pidatonya dalam bahasa Rusia, didistribusikan melalui situs fisyria.com.
Ayahnya mengatakan ia belum pernah mendengar kabar mengenai anaknya selama hampir dua tahun dan hanya mendapat berita tentangnya melalui kakaknya yang juga berjuang dengannya di Suriah.
*Diambil dari situs Wall Street Journal dengan sedikit perubahan
(haninmazaya/arrahmah.com)