Oleh: Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
(Arrahmah.com) – Yang saya maksud dengan istilah “jarimatika” dalam tulisan ini bukanlah bermakna jarimatika dalam makna istilah yang sesungguhnya, yakni teknik berhitung dengan menggunakan jari. Istilah “jarimatika” yang saya maksud dalam tulisan ini adalah “finger counting” atau “teknik MENYATAKAN BILANGAN dengan jari”.
Saya terpaksa menggunakan istilah “jarimatika” karena masih belum menemukan padanan kata yang pas dalam bahasa Indonesia yang baku.
Lalu, ketika saya menyandarkan jarimatika pada Arab sehingga frasenya berbunyi “jarimatika Arab”, maka saya tidak memaksudkan bahwa teknik menyatakan bilangan yang dibahas dalam tulisan ini ditemukan orang Arab dan menjadi salah satu kebudayaan asli Arab. Sebab, fakta sejarah menunjukkan bahwa teknik ini justru ditemukan oleh Romawi kuno, yang kemudian menyebar di berbagai negeri termasuk di negeri Arab. Jadi, ketika saya menyebut “jarimatika Arab” di zaman Nabi, maka saya memaksudkan bahwa teknik ini dikenal orang Arab di zaman Nabi, dipraktekkan dalam kehidupan dan dipakai dalam percakapan sehari-hari.
Pembahasan “jarimatika Arab” adalah pembahasan yang penting dalam kajian dalil. Alasannya, dalam sejumlah hadis ada “bahasa-bahasa matematika Arab” yang akan sulit dipahami jika hanya mengandalkan kemampuan bahasa Arab saja.
Ambil contoh hadis yang menerangkan tentang tatacara Rasulullah ﷺ mengangkat telunjuknya saat tasyahud. Dalam riwayat tersebut, Shahabat mengatakan bahwa cara Rasulullah ﷺ menggenggam tangan dan mengangkat telunjuknya adalah membuat bilangan 53 dengan jari-jari tangan kanan beliau. Informasi membuat bilangan 53 memakai jari-jari tangan kanan akan sangat susah dibayangkan dan dipahami jika tidak mengetahui konsepsi “jarimatika Arab”.
Demikian pula hadis Nabi ﷺ yang menceritakan bocornya tembok Dzul Qornain. Waktu itu Rasulullah ﷺ menggambarkan bocornya tembok itu dengan lubang kecil yang dibuat oleh jari jempol beliau dengan mengkombinasikan memakai jari telunjuk. Lalu perawi hadis mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ saat memperagakan itu membuat bilangan 90 memakai jari-jari tangan kanan. Ungkapan seperti ini juga akan susah dipahami dan dibayangkan tanpa mengerti konsepsi “jarimatika Arab”.
Kalau begitu, bagaimana gambaran konsepsi “jarimatika Arab” yang dipraktekkan di zaman Nabi ﷺ itu?
Begini ringkasnya.
Pada dasarnya, bilangan-bilangan dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu satuan, puluhan, ratusan dan ribuan. Tangan kanan digunakan untuk menyatakan bilangan satuan dan puluhan sementara tangan kiri digunakan untuk menyatakan bilangan ratusan dan ribuan.
Jadi, untuk menyatakan bilangan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan bilangan 10,20,30,40,50,60,70,80,90 orang Arab menggunakan jari-jari tangan kanan, sementara untuk menyatakan bilangan 100,200,300,400,500,600,700,800,900 dan bilangan 1000,2000,3000,4000,5000,6000,7000,8000,9000 orang Arab menggunakan jari-jari tangan kiri.
Bagaimana cara menggunakannya?
Untuk menyatakan bilangan satuan, orang Arab hanya mempermainkan tiga jari saja, yaitu kelingking, jari manis dan jari tengah. Telunjuk dan jempol sama sekali tidak dipakai.
Untuk menyatakan bilangan satu, mereka menekuk jari kelingking hingga melengkung kecil dan ujung jarinya menempel pada telapak tangan. Kuku kelingking dalam kondisi ini tidak terlihat akibat tekukan itu.
Untuk menyatakan bilangan dua, mereka menekuk jari manis bersama dengan jari kelingking dengan cara yang sama.
Untuk menyatakan bilangan tiga, mereka menekuk jari manis bersama dengan jari kelingking dan jari tengah dengan cara yang sama.
Untuk menyatakan bilangan empat, caranya seperti menyatakan angka tiga, hanya saja tekukan jari kelingking dilepas dan ditegakkan. Dengan cara ini, jari yang tertekuk berarti hanya jari manis dan jadi tengah. Jari kelingking tegak berdiri. Telunjuk dan jempol silakan saja ditegakkan atau ditidurkan, karena dalam pembahasan bilangan satuan, jempol dan telunjuk tidak pernah diperhatikan.
Untuk menyatakan bilangan lima, caranya seperti menyatakan angka empat, hanya saja tekukan jari manis juga dilepas dan ditegakkan bersama jari kelingking. Dengan cara ini, jari yang tertekuk berarti hanya satu, yakni jari tengah. Dengan kata lain, boleh dikatatan, cara menyatakan angka lima adalah dengan menekuk lengkung jari tengah saja.
Untuk menyatakan bilangan enam, caranya adalah dengan menekuk lengkung jari manis saja. Yang lainnya biarkan berdiri.
Untuk menyatakan bilangan tujuh, caranya mirip dengan cara menyatakan bilangan satu, hanya saja kelingking tidak ditekuk melingkar/melengkung, tetapi ditekuk lurus saja sampai menempel pada telapak tangan saja. Posisi kelingking adalah mirip orang yang tidur “tengkurap” di atas “lantai” telapak tangan.
Untuk menyatakan bilangan delapan, caranya adalah seperti menyatakan bilangan tujuh lalu ditambah menekuk jari manis dengan cara seperti menekuk kelingking. Jadi, bentuknya mirip dengan cara menyatakan bilangan dua, hanya saja kelingking dan jari manis tidak ditekuk melingkar, akan tetapi ditekuk lurus menempel pada telapak tangan.
Untuk menyatakan bilangan sembilan, caranya adalah seperti menyatakan bilangan delapan dengan menambah menekuk jari tengah. Jadi, bentuknya mirip dengan cara menyatakan bilangan tiga, hanya saja kelingking, jari manis dan jari tengah tidak ditekuk melingkar, akan tetapi ditekuk lurus menempel pada telapak tangan.
Sampai di sini bisa disimpulkan bahwa bilangan 1,2,3,4,5, dan 6 semuanya dinyatakan dengan tekukan jari yang membuat kukunya tidak terlihat (karena ditekuk melingkar). Adapun biangan 7,8, dan 9 semuanya dinyatakan dengan tekukan jari lurus yang membuat kukunya terlihat.
Ini adalah cara menyatakan bilangan satuan.
Adapun untuk menyatakan bilangan puluhan, sebagaimana disinggung di atas, orang Arab hanya mempermainkan jempol dengan telunjuk saja. Jadi, kombinasi posisi dua jari inilah yang menentukan makna bilangan apa yang dimaksud. Dengan kata lain, saat ingin mamahami cara menyatakan bilangan puluhan, tidak usah diperhatikan posisi jari kelingking, jari manis dan jari tengah.
Selanjutnya, penjelasannya lebih detail bagaimana orang Arab menyatakan bilangan puluhan, uraiannya adalah sebagai berikut.
Untuk menyatakan bilangan sepuluh, caranya adalah dengan meletakkan kuku telunjuk di bawah jempol bagian dalam. Dengan kata lain, jika Anda ingin menyatakan bilangan sepuluh, maka sentuhkanlah ujung telunjuk pada ruas jempol paling atas, lalu “peluklah” kuku telunjuk dengan menekukkan jempol Anda untuk menutupi kuku telunjuk tersebut. Cara ini secara alami akan membentuk lingkaran yang dibuat oleh jempol dengan telunjuk, mirip orang zaman sekarang saat memberi simbol ketika ingin mengatakan “ok”.
Untuk menyatakan bilangan duapuluh, caranya adalah dengan meletakkan ujung jempol di antara pangkal jari tengah dan pangkal jari telunjuk. Posisi ini secara alami akan membuat posisi kuku jempol berada di antara ruas telunjuk bagian tengah dengan ruas telunjuk paling bawah. Posisi ini juga seolah-olah menunjuk ruas jari tengah menggunakan ujung jempol.
Untuk menyatakan bilangan tigapuluh, caranya adalah dengan mempertemukan antara ujung kuku jempol dengan ujung kuku telunjuk. Jadi, bentuknya memang agak mirip dengan cara menyatakan bilangan sepuluh. Bedanya, pada bilangan sepuluh kuku telunjuk disembunyikan dibawah jempol dalam, sementara pada bilangan tigapuluh, kuku jempol maupun terlunjuk sama-sama terbuka karena yang bertemu hanya ujung kuku, tanpa ada kuku yang tertutupi.
Untuk menyatakan bilangan empatpuluh, caranya adalah dengan menyentuhkan ujung jempol pada ruas telunjuk bagian tengah. Persentuhan ini bisa megambil sisi telunjuk atau bisa juga bagian belakangnya. Pada posisi ini, situasi jempol dengan telunjuk bagaikan seorang anak yang menempel, memeluk dan mencium pinggang ibunya.
Untuk menyatakan bilangan limapuluh, caranya adalah dengan menekuk jempol untuk ditempelkan pada pangkal telunjuk. Dengan kata lain, posisi jempol adalah seolah-olah rukuk dan ditempelkan pada ruas telunjuk yang paling bawah yang merupakan pangkal telunjuk.
Untuk menyatakan bilangan enampuluh, caranya adalah sama dengan cara menyatakan bilangan limapuluh, hanya saja setelah itu telunjuk ditekuk dan dilingkarkan memeluk jempol.
Untuk menyatakan bilangan tujuhpuluh, caranya adalah sama dengan cara menyatakan bilangan enampuluh, hanya saja setelah itu jempol dilepas dari pelukan telunjuk lalu jempol digunakan untuk menutupi rongga kecil yang dibuat oleh lingkaran telunjuk.
Untuk menyatakan bilangan delapanpuluh, caranya adalah sama dengan cara menyatakan bilangan tujuhpuluh, hanya saja setelah itu jempol dimasukkan dalam rongga kecil yang dibuat oleh lingkaran telunjuk.
Untuk menyatakan bilangan sembilanpuluh, caranya adalah menyentuhkan ujung telunjuk pada pangkal jempol, setelah itu jempol dibuat memeluk telunjuk tersebut. Dengan cara ini, menyatakan bilangan sembilanpuluh berarti mirip dengan cara menyatakan bilangan sepuluh. Bedanya, pada bilangan sepuluh, ujung telunjuk menyentuh ruas jempol paling atas semnetara pada bilangan sembilanpuluh ujung telunjuk menyentuh ruas jempol paling bawah yang merupakan pangkal jempol. Dengan demikian, lubang yang dibuat oleh jempol dan telunjuk pada bilangan sembilanpuluh lebih kecil daripada lubang yang dibuat oleh jempol dan telunjuk pada bilangan sepuluh.
Inilah penjelasan cara menyatakan bilangan satuan dan puluhan.
Untuk menyatakan bilangan ratusan dan ribuan, caranya persis dengan cara menyatakan bilangan satuan dan puluhan, hanya saja menggunakan tangan kiri. Dengan kata lain, menyatakan bilangan satuan jika memakai tangan kiri maka itu bermakna ratusan dan jika menyatakan bilangan puluhan dengan tangan kiri maka itu bermakna ribuan.
Ash-Shon’ani berkata,
وَاعْلَمْ أَنَّ قَوْلَهُ فِي حَدِيثِ ” ابْنِ عُمَرَ “: [وَعَقَدَ ثَلَاثًا وَخَمْسِينَ] إشَارَةٌ إلَى طَرِيقَةٍ مَعْرُوفَةٍ تَوَاطَأَتْ عَلَيْهَا الْعَرَبُ فِي عُقُودِ الْحِسَابِ، وَهِيَ أَنْوَاعٌ مِنْ الْآحَادِ، وَالْعَشْرَاتِ، وَالْمَئِينِ، وَالْأُلُوفِ. أَمَّا الْآحَادُ: فَلِلْوَاحِدِ عَقْدُ الْخِنْصَرِ إلَى أَقْرَبِ مَا يَلِيهِ مِنْ بَاطِنِ الْكَفِّ، وَلِلِاثْنَيْنِ عَقْدُ الْبِنْصِرِ مَعَهَا كَذَلِكَ، وَلِلثَّلَاثَةِ عَقْدُ الْوُسْطَى مَعَهَا كَذَلِكَ، وَلِلْأَرْبَعَةِ حَلُّ الْخِنْصَرِ، وَلِلْخَمْسَةِ حَلُّ الْبِنْصِرِ مَعَهَا دُونَ الْوُسْطَى، وَلِلسِّتَّةِ عَقْدُ الْبِنْصِرِ وَحَلُّ جَمِيعِ الْأَنَامِلِ، وَلِلسَّبْعَةِ بَسْطُ الْبِنْصِرِ إلَى أَصْلِ الْإِبْهَامِ مِمَّا يَلِي الْكَفَّ، وَلِلثَّمَانِيَةِ بَسْطُ الْبِنْصِرِ فَوْقَهَا كَذَلِكَ، وَلِلتِّسْعَةِ بَسْطُ الْوُسْطَى فَوْقَهَا كَذَلِكَ. وَأَمَّا الْعَشَرَاتُ: فَلَهَا الْإِبْهَامُ وَالسَّبَّابَةُ، فَلِلْعَشَرَةِ الْأُولَى عَقْدُ رَأْسِ الْإِبْهَامِ عَلَى طَرَفِ السَّبَّابَةِ، وَلِلْعِشْرِينَ إدْخَالُ الْإِبْهَامِ بَيْنَ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى، وَلِلثَّلَاثِينَ عَقْدُ رَأْسِ السَّبَّابَةِ عَلَى رَأْسِ الْإِبْهَامِ عَكْسَ الْعَشَرَةِ، وَلِلْأَرْبَعِينَ تَرْكِيبُ الْإِبْهَامِ عَلَى الْعَقْدِ الْأَوْسَطِ مِنْ السَّبَّابَةِ، عَلَى ظَهْرِ الْإِبْهَامِ إلَى أَصْلِهَا، وَلِلْخَمْسِينَ عَطْفُ الْإِبْهَامِ إلَى أَصْلِهَا، وَلِلسِّتِّينَ تَرْكِيبُ السَّبَّابَةِ عَلَى ظَهْرِ الْإِبْهَامِ عَكْسَ الْأَرْبَعِينَ، وَلِلسَّبْعِينَ إلْقَاءُ رَأْسِ الْإِبْهَامِ عَلَى الْعَقْدِ الْأَوْسَطِ مِنْ السَّبَّابَةِ وَرَدُّ طَرَفِ السَّبَّابَةِ إلَى الْإِبْهَامِ، وَلِلثَّمَانِينَ رَدُّ طَرَفِ السَّبَّابَةِ إلَى أَصْلِهَا، وَبَسْطُ الْإِبْهَامِ عَلَى جَنْبِ السَّبَّابَةِ مِنْ نَاحِيَةِ الْإِبْهَامِ. وَلِلتِّسْعِينَ عَطْفُ السَّبَّابَةِ إلَى أَصْلِ الْإِبْهَامِ، وَضَمِّهَا بِالْإِبْهَامِ. وَأَمَّا الْمَئِينِ فَكَالْآحَادِ إلَى تِسْعِمِائَةٍ فِي الْيَدِ الْيُسْرَى، وَالْأُلُوفُ كَالْعَشْرَاتِ فِي الْيُسْرَى. (سبل السلام (1/ 282-283)
“Ketahuilah bahwasanya ucapan perawi dalam hadits Ibnu Umar (yang berbunyi), ‘Beliau (Rasulullah ﷺ) membuat bilangan 53’ adalah isyarat terhadap metode yang telah dikenal yang disepakati oleh bangsa Arab terkait dengan penghitungan matematika. Perhitungan ini terdiri dari beberapa cluster, yakni satuan, puluhan, ratusan dan ribuan.
Adapun untuk satuan, maka bilangan 1 adalah dengan menekuk kelingking pada bagian telapak tangan yang paling dekat. Untuk 2 adalah menekuk jari manis bersamanya seperti itu. Untuk 3 adalah dengan menekuk jari tengah bersamanya seperti itu. Untuk 4 adalah dengan melepas kelingking. Untuk 5 adalah dengan melepas jari manis bersamanya tanpa jari tengah. Untuk 6 adalah dengan menekuk jari manis dan melepas semua jari jari yang lainnya. Untuk 7 adalah membentangkan jari manis ke arah pangkal jempol yang dekat dengan telapak tangan. Untuk 8 adalah dengan membentangkan jari manis di atasnya seperti itu. Untuk 9 adalah dengan membentangkan jari tengah di atasnya seperti itu.
Adapun untuk puluhan maka (intinya hanya) memakai jempol dan telunjuk (saja). Untuk 10 (caranya) adalah dengan menekuk ujung jempol pada ujung telunjuk. Untuk 20 adalah memasukkan jempol di antara telunjuk dengan jari tengah. Untuk 30 adalah menekuk ujung telunjuk (untuk dipertemukan) pada ujung jempol sebagai kebalikan 10. Untuk 40 adalah dengan menumpuk jempol pada ruas tengah jari telunjuk pada bagian luar jempol ke arah pangkalnya. Untuk 50 adalah dengan menekuk jempol ke arah pangkal telunjuk. Untuk 60 adalah dengan menumpuk telunjuk pada punggung jempol sebagai kebalikan dari 40. Untuk 70 adalah melemparkan ujung jempol pada ruas tengah jari telunjuk dan mengembalikan ujung telunjuk pada jempol. Untuk 80 adalah mengembalikan ujung telunjuk pada pangkalnya sendiri dan membentangkan jempol pada sisi telunjuk dari sisi jempol. Untuk 90 adalah menekuk telunjuk pada pangkal jempol dan menggabungkannya dengan jempol.
Adapun untuk ratusan, maka seperti satuan sampai 900 pada tangan kiri dan untuk ribuan, maka caranya seperti puluhan pada tangan kiri” (Subulu As-Salam, juz 1 hlm 282-283)
Agar lebih mudah dibayangkan, tulisan ini kami lengkapi dengan gambar peraga berupa foto tangan untuk tiap angka yang dideskripsikan secara naratif di atas.
اللهم زدنا هدى
واجعل كل جديد من العلم نتعلمه سببا لقربنا منك
Sumber: http://irtaqi.net/…/02/26/mengenal-jarimatika-arab-zaman-n…/
***
21 Jumada Ats-Tsaniyah 1440 H