TEL AVIV (Arrahmah.com) – Putra panglima perang Libya Khalifa Haftar, Saddam Haftar, telah mengunjungi “Israel” untuk mendapatkan bantuan militer dan diplomatik, TRT melansir pada Senin (8/11/2021).
Senin lalu, sebuah jet milik Haftar lepas landas dari Dubai dan mendarat di Bandara Ben Gurion selama 90 menit, sebelum terbang ke Libya, lapor surat kabar “Israel” Haaretz.
Sebagai imbalan atas bantuan “Israel”, Haftar berjanji untuk meluncurkan hubungan diplomatik dengan negara Zionis jika dia terpilih sebagai kepala pemerintahan Libya, setelah pemilihan presiden pada 24 Desember, surat kabar itu melaporkan.
Perusahaan PR dan penasihat strategis dari Prancis dan Uni Emirat Arab juga bergabung dengan Saddam selama 90 menit singgah di Tel Aviv, kata outlet berita tersebut.
Tidak jelas siapa yang ditemui Saddam Haftar selama kunjungannya ke Tel Aviv, tetapi dia dianggap sebagai tangan kanan ayahnya, yang kesehatan panglima perang yang rapuh, tulis surat kabar itu.
Libya memiliki sedikit perdamaian atau stabilitas sejak pemberontakan yang didukung NATO terhadap Muammar Gaddafi pada tahun 2011.
Libya terpecah pada tahun 2014 antara kubu timur dan barat yang bertikai dengan administrasi saingan yang berbasis di masing-masing wilayah.
Haftar secara luas diperkirakan akan mencalonkan diri sebagai kandidat presiden, tetapi dibenci oleh banyak orang di Libya barat karena serangan dahsyat yang dia luncurkan terhadap ibu kota pada 2019.
Haftar, yang didukung oleh Uni Emirat Arab, Mesir, Rusia, dan Prancis, antara lain, melakukan serangan militer untuk menggulingkan pemerintah yang diakui secara internasional yang berbasis di Tripoli untuk menguasai negara Afrika Utara itu.
Pada tanggal 5 Februari, kelompok politik saingan Libya sepakat dalam pembicaraan yang dimediasi PBB untuk membentuk pemerintah persatuan sementara untuk memimpin negara itu ke pemilihan Desember ini.
Kemudian pada awal Oktober, parlemen membagi tanggal pemungutan suara dengan menunda pemilihan legislatif hingga Januari.
Ketika pertengkaran mengenai jadwal pemilihan terus berlanjut, pertempuran tingkat rendah antara milisi yang bersaing telah merusak gencatan senjata. (Althaf/arrahmah.com)