JAKARTA (Arrahmah.com) – Mengutip laporan Radio Free Asia Layanan Uighur pada Rabu (17/9/2014), Presiden Kongres Uighur Dunia (WUC) yang diasingkan, mengimbau agar Indonesia tidak mengirim kembali empat etnis minoritas Cina Muslim Uighur kepada pemerintah Cina.
Saat ini “mereka menjadi tersangka yang memiliki hubungan dengan kelompok teror ISIS yang mengamuk di Suriah dan Irak, dan pemerintah Indonesia mengatakan mereka bisa menghadapi hukuman berat,” klaim Rebiya Kadeer kepada RFA.
Pihak berwenang Indonesia telah mengatakan pekan ini bahwa mereka sedang menyelidiki apakah keempat orang yang ditangkap di provinsi Sulawesi Tengah pada Sabtu (13/9), memiliki hubungan dengan kelompok ISIS.
Menurut persepsi WUC berdasarkan pemberitaan media Cina, “Polisi di ibukota Indonesia, Jakarta, mengatakan, empat orang Uighur ini ditangkap dengan tiga rekan dari Abu Wardah Santoso, seorang pemimpin militan lokal buronan yang diduga berada di balik pembunuhan beberapa polisi dan tersangka ‘teroris’ yang paling dicari di negara itu (Indonesia).”
Presiden WUC, Rebiya Kadeer memperingatkan pemerintah Indonesia untuk tidak terpengaruh oleh tuduhan terhadap empat orang tersebut dari pihak berwenang Cina. Ia mengimbau pihak berwenang Indonesia untuk melakukan investigasi mereka sendiri pada tuduhan yang dilontarkan terhadap mereka, tanpa campur tangan pemerintah komunis Cina.
“Kami menyesalkan hubungan antara tersangka dan kelompok-kelompok yang dianggap radikal tanpa mengacu pada status politik Uighur, yang rakyatnya tertindas di tanah air mereka sendiri,” kata Kadeer kepada RFA Layanan Uighur.
“Kami menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk menjadi sensitif dan bertanggung jawab dalam penilaian mereka dan untuk melakukan penelitian mereka sendiri pada orang-orang Uighur dan tidak menyerah pada propaganda penipuan Cina,” katanya.
Beijing mencari informasi lebih lanjut
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei mengatakan Beijing sedang mencari informasi lebih lanjut tentang kasus ini. “Kita perlu tahu tentang hal itu lebih lanjut,” katanya kepada wartawan ketika ditanya tentang penangkapan awal pekan ini di Beijing, Bloomberg News melaporkan.
Uighur, yang menyebut wilayah Xinjiang barat laut Cina tanah air mereka, mengeluhkan represi dan pelanggaran HAM oleh otoritas Cina dan mengatakan masuknya mayoritas Han Cina ke wilayah tersebut mengancam budaya dan mata pencaharian mereka.
Praktek mereka dalam ber-Islam diatur secara ketat oleh Beijing, yang melarang anak-anak pergi ke masjid dan mengendalikan segala sesuatu tentang ibadah mereka. Bahkan kata-kata isi khotbah harus “disetujui” pemerintah Cina, agar interpretasi Qur’an sesuai keinginan rezim komunis.
Ratusan orang Uighur gugur dalam beberapa bulan terakhir setelah Beijing meluncurkan kampanye “anti-teror” yang mengandung kekerasan dan terus meningkat.
“Kita bisa memprediksi bahwa kasus empat tersangka Uighur yang ditahan akan digunakan oleh Cina untuk melayangkan permintaan kepada pejabat Indonesia agar ekstradisi mereka, [yang mengarah ke] hukuman berat akhirnya dan memaksakan rasa takut lebih lanjut kepada penduduk Uighur lokal,” kata Kadeer.
Dia mengatakan bahwa bahkan jika empat yang ditemukan terkait dengan kelompok ISIS, seluruh penduduk Uighur tidak boleh disalahkan.
“Jika link itu benar, itu hanya keputusan individu dan mereka tidak mewakili kelompok manapun.”
“Banyak orang asing telah bergabung dengan jajaran [kelompok ISIS] tetapi negara-negara asal mereka belum menyalahkan atau menghukum,” katanya, menambahkan bahwa beberapa orang Uighur terpaksa bertindak ekstrim karena putus asa untuk membebaskan diri dari “kerasnya” rezim komunis Cina.
Menurut media Cina, Indonesia adalah rumah bagi populasi Muslim terbesar di dunia dengan sekitar 225 juta dan pemerintahnya telah lama berjuang melawan apa yang disebut “terorisme”. (adibahasan/arrahmah.com)