JAKARTA (Arrahmah.com) – Banyak masalah yang dihadapi oleh perusahaan TI lokal dalam mengembangkan perusahaan di pasar software. Mulai dari sistem pembayaran hingga pusat penyebaran teknologi itu sendiri.
Dipaparkan oleh Ketua Asosiasi Peranti Lunak Telematika Indonesia (Aspiluki), Djarot Subiantoro, saat ini banyak perusahaan startup yang gagal berkembang karena masalah pembayaran sistem software yang dibeli oleh pihak tertentu.
“Dulu sistem pembelian dilakukan dengan ‘sistem putus’, dengan komposisi pembagian yang telah diatur. Namun saat ini sistem pembayaran berubah dan dilakukan secara per bulan. Ini yang membuat perusahaan startup software gagal berkembang,” terang Djarot, usai menghadiri pembukaan IMULAI 3.0, di Hotel Mulia, Selasa (25/1/2011).
Sementara itu penyebaran teknologi yang cukup terjadi jurang perbedaan antara pengguna di daerah Jawa dan di luar Jawa yang terlalu besar. Sehingga perusahaan tidak bisa mengembangkan ide bisnisnya lebih jauh lagi.
Djarot pun mempunyai beberapa solusi bagi perkembangan industri software di tanah air, di antaranya adalah fokus belajar pada negara tertentu yang sudah berkembang industri peranti lunaknya. Seperti diketahui, India kuat di bidang pengembangan software, Taiwan maju dalam industri semikonduktur dan Malaysia pun.
“Kita tidak bisa memilih ketiganya menjadi kiblat perusahaan TI. Perlu ada fokus satu negara saja yang harus dipilih,” sebutnya.
Solusi yang terakhir adalah masih diperlukannya pusat semacam inkubasi bagi ide-ide perusahaan TI untuk mulai mengembangkan aplikasi. Untuk hal ini maka diperlukan kerja sama antara pihak universitas, pemerintah dan perusahaan itu sendiri, meski ketiganya saat ini memiliki ego dan kepentingan masing-masing.
“Univeritas kebanyak teori, pemerintah terlalu ribet dengan aturan-aturan sedangkan perusahaan mengejar keuntungan. Ketiganya tentu harus disatukan untuk menciptakan semacam pusat inkubasi,” tandasnya. (okz/arrahmah.com)