KAIRO (Arrahmah.com) – Ikhwah fiillah, tahukah antum mengapa orang kafir begitu membenci Sultan Sulaiman Al-Qanuni, sehingga ia digambarkan begitu rusak pada film yang ditayangkan di AnTV saat ini? Dr. Raghib Al-Sirjani, seorang ahli sejarah Islam asal Mesir, sekaligus asisten profesor uro-surgery di Cairo University School of Medicine mengemukakan penjelasan mengenai hal tersebut pada Islam Story, sebagaimana disampaikan kembali Ustadz Abu Zubair pada Sabtu (27/12/2014).
Penaklukan Pulau Rodos
(13 shafar 929 H/1 Januari 1523 M)
Pulau Rodos bagaikan duri penghalang di kerongkongan Daulah Utsmaniyyah. Pulau Rodos terkenal dengan benteng-bentengnya yang kokoh hingga para Sultan kaum Muslimin pun tidak mudah menaklukannya, bahkan Sultan Muhamad Al-Fatih sekalipun.
Pulau Rodos dihuni oleh kaum Nasrani Roma yang digelari Knight of St. John yang terusir dari negeri Syam. Mereka di bawah kendali Paus di Roma. Dan mereka sangat membenci kaum Muslimin. Selama tinggal di sana mereka sering menyamun kapal-kapal kaum Muslimin yang menuju Hijaz. Mereka membunuhi kaum laki-laki, memperkosa para wanita dan menawan anak-anak kecil serta merampas harta dan membunuh jamaah haji dan membakar kapal-kapal kaum Muslimin. Mereka memanfaatkan pulau dan benteng mereka yang kokoh sehingga mereka yakin bahwa kaum Muslimin tidak akan bisa mencapai mereka.
Suatu ketika kaum Salibis di Rodos merompak salah satu kapal Islamiyah yang penuh muatan Jamaah Haji dan pedagang kaum Muslimin. Mereka membunuh seisi kapal dan membakar kapal tersebut.
Sultan Sulaiman Al-Qonuni mendengar berita ini. Maka bangkitlah amarah beliau karena Allah. Dan ia bersumpah tidak akan beristirahat sampai berhasil menaklukan Pulau Rodos dan mengusir orang-orang kafir darinya.
Tanpa menunda-nunda Sultan Sulaiman segera menyiapkan pasukan untuk merebut pulau Rodos di darat dan di laut. Ia memanfaatkan raja-raja Eropa yang sedang berperang sesama mereka. Di samping itu Paus di Vatikan sibuk menghadapi dakwah Martin Luther dan bangkitnya Kristen Protestan.
Sultan Sulaiman mengirimkan pasukan besar yang dipimpin Musthofa Baasya dengan kekuatan 200 ribu prajurit didukung dengan meriam-meriam yang sangat banyak serta 700 kapal perang.
Dimulailah penyerangan terhadap dinding-dinding benteng Rodos. Hanya saja itu tidak menimbulkan dampak yang berarti dikarenakan kokohnya pertahanan Pulau Rodos.
Maka Sultan Sulaiman murka. Beliau pun berangkat membawa pasukan-pasukan Mujahidin. Beliau memimpin langsung penyerangan ke Pulau Rodos. Sultan mengepungnya selama 6 bulan penuh dan terus mempersempit pengepungan. Selama pengepungan itu kaum Muslimin terus menghujani Benteng Rodos dengan meriam bak hujan turun. Sehingga tumpah tembakan meriam sampai 220 ribu tembakan.
Sumber-sumber sejarah menyebutkan kondisi cuaca saat pengepungan benteng Pulau Rodos bahwasanya cuaca sangat buruk, hujan terus-menerus mengguyur kaum Muslimin, kilat menyambar dan petir memekakkan telinga. Namun itu semua tidak membuat Mujahidin surut ke belakang.
Akhirnya para Knight of St. John menyerah
Sultan Sulaiman memberi mereka waktu 12 hari untuk keluar dari pulau itu. Dan beliau memberi jaminan keamanan untuk mereka dan untuk gereja serta agama mereka. Memang seperti itulah sikap Sultan Sulaiman setiap kali menaklukan negeri Nasrani di Eropa.
Kemudian Sultan Sulaiman Al-Qonuni memasuki Pulau Rodos pada 13 Shafar 929 Hijriyah atau 1 januari 1523 Masehi.
Maka gemparlah singgasana Nasraniyah di Roma dan seluruh dunia. Dan keluarlah Knight of St John dari pulau tersebut dengan kepala tertunduk merasa hina dan kalah mereka pergi ke Pulau Malta dan kemudian di gelari Knight of Malta.
Sejarawan Abdurrahim Al-Abbasi salah seorang saksi mata peristiwa ini menceritakan di dalam kitabnya Minahu Robbil Bariyyah Fi Fathi Rudas Al-Abiyya. Bahwa kaum Muslimin mendapati dipulau ini 3000 orang yang ditawan Knight of St John dalam keadaan mengenaskan karena azab dan siksaan yang mereka alami.
Ia menceritakan para Mujahidin menangis saat melihat kondisi para tawanan tersebut.
Sultan Sulaiman memerintahkan prajuritnya membersihkan gereja dari gambar dan berhala lalu dibuatkanlah mimbar sederhana dari kayu dan ditegakkanlah Shalat Jum’at dengan Sultan sebagai Khatib Walillahi Al Hamdu Wal Minnah. (adibahasan/banan/arrahmah.com)