Hari ini, Kamis (17/11) pemimpin perang salib baru, yang juga seorang presiden Amerika Serikat, Barack Obama dijadawalkan tiba di Indonesia. Kunjungan pemimpin negara agresor teroris nomer wahid tersebut diwarnai dengan aksi Gerakan Tolak Obama. Bahkan, beberapa hari sebelumnya, Oscar Ortega Hanandez (21) pada hari Jum’at malam (11/11) menembaki kantor Obama di Gedung Putih. Mengapa Obama (harus) ditembak ?
Bagi kaum Muslimin, tangan Obama berlumuran darah. Obama, sebagaimana presiden-presiden Amerika terdahulu telah memilih untuk memimpin perang salib baru yang artinya membunuhi kaum Muslimin, laki-laki, wanita, orang tua dan anak-anak di Afghanistan, Irak, dan negara-negara Muslim lainnya dengan dalih “Perang Melawan Terorisme”. Karena itu, nyawa Obama menjadi incaran dimanapun dia berada.
Muslim Against Crusades (MAC), sebuah komunitas Muslim di Inggris, pernah mengeluarkan pernyataan pers terkait aksi teror terakhir Obama kepada kaum Muslimin dengan judul “Bolehkah presiden Barack Obama dibunuh? Pernyataan ini dikeluarkan MAC setelah Obama – pimpinan perang salib ini -‘mengeksekusi’ dua pahlawan Muslim, Syekh Usamah bin Laden, dan terakhir Syekh Anwar Al Awlaki.
Membunuh, pilihan perang Obama
Salah satu alasan mengapa presiden Obama “layak” dihabisi, menurut MAC karena Obama dalam waktu kurang dari setengah tahun telah merencanakan dan melakukan proses pembunuhan kepada dua orang Muslim yang paling berpengaruh dalam sejarah modern dan merupakan pahlawan bagi kaum Muslimin, yakni Syekh Usamah bin Laden r.h. dan Syekh Anwar Al Awlaki r.h.
Serangan brutal dan pengecut pesawat tanpa awak, drone, telah menghancurkan segala harapan rekonsiliasi, karena ia telah membuat jelas sikap politik dan militer Amerika Serikat kepada kaum Muslimin, yakni hanya menembak dan membunuh, dan tidak ada maksud untuk menahan atau memeriksa. Tidak ada negoisasi, tidak ada aturan hukum, proses, atau apapun juga.
Hak asasi manusia dan keadilan (yang selama ini selalu digembar-gemborkan Amerika) telah kehilangan semua relevansinya dalam “perang” yang dipimpin Obama. Senjata favorit pilihanya, adalah operasi pembunuhan. Obama telah berhasil meyakinkan seluruh dunia bawa dia benar, bahwa pembunuhan, pemerkosaan, dan penyiksaan dapat dibenarkan sepanjang Anda (Islam dan kaum Muslimin) adalah musuhnya.
Jangan sambut Obama dengan karangan bunga dan tepuk tangan
Pendahulu Obama-juga pemimpin perang salib yang kejam-Bush, pernah mendapat ancaman jebakan dan bom dari seorang mujahid asal Amerika, Azzam Al Amriki. Dalam video yang dikeluarkan oleh Departemen Media As-Sahab, pria bernama asli Adam Gadahn ini menyerukan:
“Sambut dia (Bush) bukan dengan bunga dan tepuk tangan, tapi sambut dengan jebakan dan bom, ” ujarnya. “Saya sampaikan seruan mendesak ini pada saudara-saudaraku, para Mujahidin terutama di Palestina dan semenanjug Arabia, agar bersiap-siap menyambut pelaku Perang Salib, Bush si pembantai… Dengan bom-bom, ” sambungnya.
Ancaman serius ini disampaikan Gadahn alias Azzam Al Amriki ketika Presiden AS George W. Bush berencana berkunjung ke Israel untuk membicarakan upaya perdamaian Israel-Palestina.
MAC dalam rilisnya di bagian akhir melemparkan sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada masyarakat barat, “Apakah membunuh presiden Barack Obama diperbolehkan?”, yakni atas apa yang telah dilakukannya terhadap Islam dan kaum Muslimin. Jika jawabannya tidak, maka kami bertanya mengapa?
Dan jika jawabannya adalah ya, maka kami bertanya kembali berapa banyak orang yang cenderung (berani) untuk mengulang kengerian pada tahun 1963 (pembunuhan presiden Amerika, John F. Kennedy, pada tanggal 22 November, 1963) terhadap orang yang sangat jahat ini?
Apakah aksi Oscar Ortega Hanandez (21), seorang warga negara AS pada hari Jum’at malam (11/11) yang menembaki kantor Obama di Gedung Putih merupakan jawaban atas pertanyaan di atas?
Lucunya pihak kepolisian Pennsylvania yang menahan Oscar langsung menuduh dirinya mengalami ganggunan jiwa dan dilaporkan hilang oleh keluarganya sejak minggu lalu. Padahal kalau melihat foto Oscar yang telah dipublikasikan, tentu siapapun akan berpendapat bahwa Oscar bukanlah orang yang mengalami gangguan jiwa, bahkan sangat sehat dan sadar sekali akan apa yang dilakukannya, yakni menembak Obama!
AS tempatkan pasukan perang salib di Australia
Sebelum berkunjung ke Bali hari ini (17/11), Obama sudah terlebih dahulu menemui sekutu perang salibnya di kawasan Asia Pasifik, yakni Australia. Kesepakatan yang terjadi, AS akan menempatkan pasukan salibnya sebanyak 2.500 marinir di Darwin, Northern Territory, Australia. Lokasi ini hanya berjarak 820 Km dari wilayah dimana kaum Muslimin terbesar di dunia tinggal, Indonesia. Apa yang akan dilakukan AS?
Presiden pembantai kaum Muslimin Obama dan PM Australia Julia Gillard sebagai antek-antek sekutu telah mengumumkan rencana peningkatan peran militer AS di Asia Pasifik. Langkah yang dilakukan dengan menempatkan 2.500 pasukan marinir AS di Darwin, Australia. Apakah ini sebuah petanda AS akan segera melancarkan perang salib ke negeri kaum Muslimin terbesar di dunia ini?
Pengamat terorisme, Al Chaidar berpendapat ancaman kepada Obama serius. Menurutnya, Obama adalah “hajat besar” bagi jaringan “teroris” Indonesia. Karena, bila terjadi apa-apa dengan Obama di Indonesia, dianggap sebagai prestasi besar untuk ditunjukan kepada mujahidin-mujahidin lainnya di Timur Tengah.
Kehadiran orang nomor satu negeri ‘Paman Sam’ di Indonesia, bagi para mujahid itu sebagai sebuah peluang membunuh Obama tanpa harus jauh-jauh datang ke AS. “Bagi mereka ini (Obama) sasaran empuk, dan mereka (teroris) sudah mempersiapkan tentunya,” jelasnya.
Karena selalu menjadi sasaran tembak, maka tidak aneh jika penjagaan Obama super ketat. Dua mobil limousine yang berkode “Cadillac One” dan juga berjulukan “The Beast” dikabarkan sudah nongkrong di Bali sejak Selasa (15/11) siang.
The Beast atau mobil yang akan membawa Obama ini dikabarkan anti peluru tercanggih, dengan harga US$300 ribu, dan juga anti serangan roket granat. Kaca antipeluru supertebal juga ampuh menangkal serangan gas air mata dan senapan gas. Saking tebalnya, suara kerumunan orang di luarnya hanya terdengar melalui pengeras suara internal.
Untuk melengkapi kaca antipeluru itu, bodi mobil setangguh kendaraan militer dengan ketebalan sampai 5 inchi. Bannya bisa melaju dalam jarak relatif jauh meski tertusuk benda tajam. Sementara, berat pintunya setara dengan pintu kabin Boeing 757.
Tentu saja, seluruh gembar-gembor kecanggihan dan kehebatan pengawalan Obama tetaplah upaya dan hasil kerja manusia yang kadang-kadang “gagal” dan memiliki human error. Peristiwa lolosnya seorang tukang kebun, I Nyoman, dengan sepeda onthelnya di kawasan steril depan podium SBY pada acara Aerobatik ASEAN Fair 2011 di Nusa Dua Bali, adalah contohnya. Apakah kejadian serupa akan terjadi lagi pada kunjungan Obama kali ini?
Wallahu’alam bis showab!
By: M. Fachry
International Jihad Analysis
Kamis, 21 Dzulhijjah 1432 H/ 17 November 2011 M
Ar Rahmah Media Network
http://arrahmah.com
The State of Islamic Media
© 2011 Ar Rahmah Media Network