GAZA (Arrahmah.id) – Selama beberapa hari terakhir, pasukan pendudukan ‘Israel’ mengintensifkan operasi mereka di Gaza tengah, dengan fokus khusus di kamp pengungsi Nuseirat, salah satu kamp pengungsi terbesar dan terpadat di antara semua kamp pengungsi.
Setelah mengebom sebuah sekolah yang dikelola oleh UNRWA, yang menampung lebih dari 50.000 pengungsi, saat fajar pada Kamis (6/6/2024) yang menyebabkan sedikitnya 40 orang syahid, tentara ‘Israel’ terus menargetkan daerah permukiman kamp dan infrastruktur sipil.
Pada Kamis malam (6/6), serangan udara ‘Israel’ membunuh Wali Kota Nuseirat, Dr. Iyad Maghari.
Ini bukan pertama kalinya ‘Israel’ menargetkan otoritas sipil di Gaza tengah.
November lalu, pasukan pendudukan ‘Israel’ membunuh Wali Kota Al-Zahraa, Marwan Hamad, dan seluruh anggota keluarganya.
Awal April 2024, Wali Kota Al-Maghazi, Hatem Al-Ghamri, juga dibunuh.
Selain itu, kantor Wali Kota Al-Bureij, Al-Zawayda, Al-Mughraqa, dan Al-Zahraa hancur total, sedangkan kantor Wali Kota Nuseirat dan Deir Al-Balah rusak parah akibat serangan ‘Israel’.
Walikota Terbaik
Sebelum perang, Nuseirat adalah rumah bagi lebih dari 120.000 warga, menjadikannya salah satu kamp pengungsi terbesar di Jalur Gaza.
Namun, sejak dimulainya perang genosida ‘Israel’ pada 7 Oktober, kamp pengungsi Nuseirat telah menjadi tujuan puluhan ribu pengungsi. Jumlah penduduk Nuseirat saat ini diyakini meningkat dua kali lipat, bahkan tiga kali lipat sejak dimulainya perang.
Baru-baru ini, semakin banyak pengungsi mencapai wilayah tengah, menyusul invasi ‘Israel’ ke Rafah, di Jalur Gaza selatan, pada 6 Mei.
Wali Kota Nuseirat, Dr. Maghari terus melayani penghuni kamp dan para pengungsi dengan sabar hingga saat dia dibunuh.
“Maghari adalah salah satu Wali Kota terbaik yang kami miliki selama bertahun-tahun. Dia sangat kompeten, dekat dengan warga, dan terus bekerja untuk melayani kami,” kata Abu Hisham Haroun kepada The Palestine Chronicle.
“Kami sangat sedih atas terbunuhnya Wali Kota kami. Pendudukan sengaja membunuhnya untuk menambah penderitaan kami dan merampas layanan penting yang disediakan oleh pemerintah kota sejak awal perang kepada ratusan ribu pengungsi,” tambahnya.
Manajemen Heroik
Yahya Abu al-Jidian adalah salah satu orang pertama yang mencapai lokasi pembunuhan Wali Kota Nuseirat.
“Saya menemukannya tengah memegang Al-Quran, tergeletak di tanah layaknya seorang syuhada,” katanya kepada The Palestine Chronicle, dengan penuh emosi.
“Di bawah kepemimpinan Maghari, pemerintah kota mampu memberikan layanan dasar kepada kami, khususnya air,” katanya.
“Semua orang di Nuseirat berterima kasih kepada Wali Kota dan pekerja kotamadya. Bahkan selama kondisi perang yang paling sulit sekalipun, pengelolaannya sangat cerdik sehingga air sampai ke rumah kami setidaknya sekali sepekan.”
Musa al-Da’lasa menampung puluhan pengungsi di rumahnya. Ia juga mengakui kepahlawanan Maghari dalam menangani urusan Nuseirat, khususnya yang berkaitan dengan air.
“Meskipun air langka di Gaza, kami mampu menampung banyak pengungsi dan menyediakan air bagi mereka setiap hari”.
Menurut al-Da’lasa, ‘Israel’ sengaja membunuh Maghari dalam perangnya yang bertujuan mencegah segala bentuk kehidupan di Jalur Gaza.
Tidak Terhalang
Pemerintah kota Nuseirat berduka atas Wali Kotanya dalam sebuah pernyataan resmi.
“Dengan rasa duka yang mendalam, pemerintah kota Nuseirat berduka atas syahidnya Wali Kota Dr. Iyad Ahmed Maghari, yang menjadi syuhada dalam serangan udara ‘Israel’ yang pengecut yang secara langsung menargetkannya saat dia berada di fasilitas layanan kota.”
“Pemkot Nuseirat mengucapkan selamat tinggal kepada pemimpinnya yang dengan berani terus memenuhi tugasnya sampai saat-saat terakhirnya, dengan dedikasi dan pengabdian untuk melayani rakyat kami,” tambah pernyataan itu.
“Kesyahidan Wali Kota tidak akan menghalangi kami untuk terus menjalankan tugas untuk rakyat. Kami akan melanjutkan peran nasional, etika, dan profesional kami untuk melayani mereka dan mendukung ketabahan mereka dalam menghadapi agresi ini.” (zarahamala/arrahmah.id)