KUALA LUMPUR (Arrahmah.com) – Tak banyak yag kita tahu tentang Kobane sebelum ISIS menyerangnya sedemikian gencar. Mengapa ISIS menyerang Kobane? Berikut penjelasan yang Tim Arrahmah kutip dari saduran dari sebuah artikel berbahasa Malaysia yang dibuat oleh Syed Mohd Radhi Syed Sakkaf yang beredar viral pada media sosial Whatsapp dan Facebook, Kamis (16/10/2014).
MENGAPA ISIS MENYERANG KOBANE?
DENGAN SIAPAKAH SEBENARNYA ISIS BERPERANG?
Kobane hanyalah sebuah kota kecil di utara Suriah yang berbatasan dengan Turki. Kobane bukan kota bersejarah, karena baru dibangun sekira tahun 1915 pada masa pembangunan jaringan rel kereta api. Penduduknya hanya berjumlah sekira 50.000 orang yang mayoritasnya adalah etnis Kurdi. Kobane dikenal juga dengan nama Ainul Arab (matanya Arab).
Pada awal revolusi Suriah, Kobane berhasil dibebaskan oleh Mujahidin gabungan dari pendudukan rezim Assad pada bulan Juli 2012. Jadi Kobane termasuk dari beberapa kota yang paling dahulu dibebaskan oleh Mujahidin. Setelah dibebaskan, Kobane kemudian dijaga People’s Protection Unit (YPG), sayap bersenjata dari Democratic Union Party, sebuah partai politik suku Kurdi di Suriah. YPG secara historis berbeda dengan PKK yang berideologi komunis, tapi sering disalahpahami bahwa keduanya merupakan satu kesatuan.
Suku Kurdi biasa disebut oleh mayoritas orang Suriah sebagai badui, dan dulu pada masa awal revolusi disebut sebagai suku yang mendua dalam bersikap, karena tidak mau membantu Mujahidin, tapi juga tidak mau bersama tentara rezim Assad. Tujuan utama suku Kurdi ketika revolusi ini hanyalah agar tidak terlibat di dalam kekacauan revolusi dan hanya mempertahankan diri. Mereka pun tidak berniat untuk meluaskan wilayah kekuasaannya.
Nama Kobane tadinya lenyap ditelan hiruk pikuk revolusi dan baru mendapat liputan luas sejak 3 minggu lalu ketika ISIS melakukan operasi penyerangan besar-besaran untuk menguasainya. Aksi kali ini bukanlah yang pertama. Sebelum ini, ISIS pernah beberapa kali berusaha menyerang tapi selalu gagal. Tapi memang aksi yang dimulai 16 September lalu ini merupakan yang terbesar.
ISIS mengepung Kobane dari arah barat, Selatan dan timur. Di utara Kobane sendiri adalah perbatasan Turki. Akibat pengepungan dan penyerangan besar-besaran ini lebih dari 60 perkampungan di sekitar Kobane telah dikuasai ISIS dan lebih dari 160,000 penduduknya terpaksa lari menyelamatkan diri.
Dari segi militer, Kobane sangat strategis bagi ISIS dalam rangka arus lalu lintas mereka dari Raqqa ke perbatasan Suriah-Turki. Menguasai Kobane sama artinya menutup satu pintu masuk internasional lagi menuju Suriah.
Dengan begitu, lawan-lawan mereka, yaitu para Mujahidin akan semakin terkucil di dalam Suriah dan hanya tersisa Babul Hawa di Idlib serta Yamadiyyah di Latakia saja. Menguasai kota perbatasan seperti Kobane juga memberi ISIS kemampuan untuk mengontrol arus masuk bantuan kemanusiaan serta militer bagi para Mujahidin.
ISIS musuh Muslim Suriah dan dunia
Di saat rakyat Suriah bangkit membebaskan diri dari kekejaman rezim Assad, ISIS malah menyerang kota-kota yang telah dikuasai Mujahidin. Mereka memotong bantuan kepada rakyat Suriah, menyebabkan ribuan masyarakat Suriah terpaksa lari dari rumah-rumah mereka dan menumpuk pengungsi. Itu jelas akan makin membebani Mujahidin yang selain harus berperang harus pula memikirkan kondisi rakyat sipil.
Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan besar bagi kita;
di pihak siapakah sebetulnya ISIS berperang?
Diakui atau tidak oleh ISIS dan para pendukungnya, ISIS sejatinya telah berkomplot dengan rezim Assad serta memberi keuntungan langsung bagi Syi’ah Nushairiyah. Tindakan ini menyebabkan musuh utama Mujahidin menjadi dua pihak: Rezim Assad dan ISIS. Secara militer dan psikologis pun sangat merugikan Mujahidin.
Berapa banyak nyawa Mujahidin terpaksa menjadi korban dalam konflik melawan ISIS? Berapa banyak persenjataan perang dan peluru yang terpaksa dihabiskan melawan ISIS? Kalaulah benar ISIS membela rakyat Suriah dan memusuhi Assad, seharusnya segala persenjataan dan peluru mereka bidikkan pada Assad, bukan malah membunuhi Mujahidin dan menimbulkan persoalan baru di Suriah yang semakin nestapa!
Hiruk-pikuk Kobane yang menyebabkan seluruh mata dunia internasional terpusat disana memberi kesempatan emas pada Assad untuk menyerang Mujahidin di wilayah lain. Dalam tempo 3 minggu terakhir, Assad telah maju sangat jauh ke Handarat di Aleppo, Dukhaniya di Damaskus, Adra di timur laut Damaskus. Dia juga lolos dari pengawasan dunia internasional dalam penggunaan senjata kimia di Handarat dan Tal-Hara !
Serangan atas Kobane ini adalah contoh terbaru yang semakin menguatkan prediksi bahwa ISIS bekerjasama dengan Assad. ISIS Menggembosi jihad Suriah, dan mengalihkan pandangan dunia dari ancaman lebih besar yang dihadapi oleh rakyat Suriah, yaitu rezim Assad.
Perihal catatan kesepatakan antara rezim Assad dengan ISIS, baik tertulis atau tidak, bukanlah hal yang baru diketahui rakyat Suriah. Itu bahkan telah diketahui Mujahidin sejak akhir 2013 dan awal 2014, di saat dunia masih belum mengenal ISIS.
Gabungan Mujahidin Suriah pada 10 Februari 2014 telah membongkar kesepakatan jahat antara rezim Assad dan ISIS. Antara keduanya selama ini tidak pernah didapati saling menyerang satu sama lain. Mereka saling melindungi dan saling membantu. Beberapa komandan ISIS ternyata merupakan tangan kanan Assad ketika perang Irak. Diantaranya Munahat Junaidi, seorang Alawite, penganut agama yang dianut Basshar Assad, yang merupakan amir ISIS di Idlib ketika itu.
Pengakuan mereka yang pernah disiksa oleh tentera Assad juga menyatakan bahwa teknik penyiksaan yang sama juga digunakan oleh ISIS. Bukti selongsong peluru ISIS juga menunjukkan dibuat di Institute of Defence Factories yang dimiliki Assad. Tidak kurang juga bukti yang dijumpai dari tawanan ISIS yang menunjukkan identitas intel Assad serta passport yang menunjukkan visa keluar masuk Iran, negara pendukung kuat Assad.
Hampir setengah tahun sebelum ISIS dikenali dunia, Mujahidin dan tentara pembebasan Suriah telah mengetahui bahwa rezim Assad melindungi, menyokong dan membantu ISIS. Sungguh keberadaan ISIS adalah musuh Islam sebenar-benarnya bagi Suriah dan Ummat Islam sedunia.
Maka dari tulisan di atas, hanya dunia luar yang luput dari pengetahuan bahwa ISIS sengaja disempalkan ke dalam cabang Al-Qaeda oleh musuh Islam. Pun dengan ini, kita ketahui bagaimana perasaan Muslimin dan Mujahidin Suriah, serta Al-Qaeda yang dikhianati ISIS dengan sedemikian liciknya. Sedikit demi sedikit kedok para agen dajjal terbuka satu persatu. Wallahua’lam bishowab. (adibahasan/arrahmah.com)