Oleh: Abdullah Shiddiq
Sebenarnya, bisa dikatakan wajar, para remaja sekarang sangat menggandrungi Super Junior. Lihat saja bagaimana Super Junior serius dalam menghibur para penonton, teliti dalam mengkonsep, tak kenal lelah dalam berkarya.
Ingin mengatakan kalo remaja kita sangat labil? Kayaknya nggak juga. Banyak juga kok remaja yang cerdas, rajin, dan sudah banyak berkarya juga menjadi ELF (Ever Lasting Friend, sebutan untuk penggemar setia Super Junior). Bahkan isunya banyak juga jilbaber yang cukup rajin mengoleksi karya mereka. Walaupun mungkin jumlahnya sedikit dan mungkin mereka itu kurang rajin ngajinya :P .
Ingin mengatakan Super Junior itu gak mutu, banci, lipsync, lebay? Toh mereka banyak menyabet gelar-gelar penghargaan di dunia hiburan, musik, dan lain-lain. Banyak menjadi icon bahkan dalam produk-produk skala internasional. Menjadi duta di bidang-bidang penting. Dipercaya bahkan oleh pemerintah Korea Selatan untuk kontribusi dalam even-even besar Negara.
1. Performansi dan Kualitas
Tak diragukan lagi performansi mereka yang wah. Terlihat dari lantunan lagu, kekuatan vokal, skill menari, dan lain-lain. Tidak kalah juga kekompakan mereka yang semakin membuat para penonton betah untuk mengikuti perkembangan group ini.
Tentu saja hal-hal tersebut bukannya diperoleh dengan latihan sebulan dua bulan. Bahkan konon katanya mereka dilatih semenjak masih berusia belia. Dalam waktu pelatihan hingga menjadi suatu group boyband yang terkenal hingga sekarang sudah tidak terbayang lagi “cucuran keringat” yang telah dikeluarkan. Kerja keras dan kedisiplinan yang tidak terlihat kecuali setelah bertahun-tahun lewat. Godaan untuk putus asa akan terus ada. Tapi Super Junior mampu melewatinya.
Lebih dari itu, juga dikabarkan dalam proses maintenancenya, para personel didisiplinkan untuk menjaga berat badan, makanan, hiburan, jadwal istirahat, dan lain-lain. Mendengarnya saja mungkin kita sudah stress. Juga untuk menjaga kesetiaan fans, tak heran berlaku larangan untuk menjalin hubungan pacaran kepada setiap personelnya.
2. Membaca Objek Pasar
Pada awal munculnya Super Junior, ada 13 personil di dalamnya. Dari 13 itu bukan lah personil dengan tipekal yang mirip. Ada jenis personel yang gagah perkasa, ada yang agak feminin, ada yang cool, ada yang banyak omong, ada yang jenaka, dan lain-lain. Dengan bermacam-macamnya kriteria tersebut, dapat dipastikan memperoleh fans lebih banyak ketimbang satu artis vokal solo.
Terlebih lagi, dengan banyaknya personil, akan terbentuk kelompok-kelompok fans yang saling mem-flame (menghina kelompok fans tertentu lewat idola nya ataufans-nya). Dari situ, justru akan semakin menguatkan kecintaan pada idolanya masing-masing, seperti kita lihat difans sepak bola atau fans aliran musik.
Begitu hebatnya mereka membaca ketertarikan pasar. Penulis yakin, untuk membuat group Super Junior ini, pihak pendirinya terlebih dahulu membuat suatu studi yang mendalam untuk membaca pasar. Hal-hal seperti analisis segmentation, targeting, positioning sudah lumrah untuk menunjukan keseriusan dalam pemasaran.
Pada intinya, mereka sangat serius dalam membaca pasar. Semua hal-hal yang mereka lakukan bukanlah sesuatu yang baik atau keren atau indah menurut mereka saja, tetapi juga berupaya untuk mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan, dibutuhkan, dan disetiai oleh pasar.
3. Inovatif dan Dinamis
Seberhasil apapun suatu produk, apabila tidak ada inovasi, akan ditinggalkan oleh pasarnya. Hal ini yang penulis lihat dipegang kuat oleh manajemen Super Junior. Lihat saja cara berpakaian mereka, gaya rambut, genre music, dan seterusnya. Setiap single hampir berbeda jauh dengan single sebelumnya. Dengan begitu, fans semakin penasaran dan setia di dalamnya.
4. Biaya Besar-besaran (High Budget, High Impact)
Kira-kira berapa banyak yang mereka habiskan dalam setiap karyanya. Berjuta-juta rupiahkah? Bermilyar-milyar rupiahkah? Yang pasti tidak sedikit. Membayar tenaga ahli, menyediakan fasilitas, mencetak album, gaji personil.
Belum lagi ketika konser. Panggung yang mewah, peralatan audio visual yang canggih, konsep yang luar biasa. Tentu saja menghabiskan dana besar-besaran.
Setelah itu, hasilnya. Ribuan penonton bersedia merogoh kocek dalam-dalam, histeris ketika Super Junior mulai beraksi, bersedia mengoleksi album, souvenir , dan lain-lain.
Evaluasi dan Renungan
Sudah saatnya kita berhenti mengkritik orang lain tetapi melupakan kinerja kita sendiri. Semua orang jika ia bekerja cerdas, keras, ikhlas, tuntas pasti mendapat probabilitas keberhasilan yang sama. Jangan harap upaya kita dalam syiar Dakwah yang setengah-setengah bisa menandingi syiar maksiat Super Junior.
Pernahkah kita mengevaluasi performansi dan kualitas kita dalam menyampaikan seruan Islam. Bagaimana pakaian kita ketika khutbah. Intonasi dalam ucapan lisan, atau penggunaan kata-kata nya. Begitu juga dengan Dakwah bil qolam. Belum lagi kegiatan-kegiatan atau program-program yang kita laksanakan. Pantaskah untuk bisa menarik perhatian orang banyak.
Pernahkan kita mengevaluasi tentang kebutuhan mad’u kita? Pernahkah kita mengevaluasi tingkat inovasi kita dalam menyampaikan Islam? Seberapa besar dana kita dalam infaq fi sabilillah dalam rangka Dakwah Islam?
Bukan berarti penulis menginginkan para asatidz, atau murobbi atau kakak mentor kita untuk menjadi boyband. Bukan itu. Akan tetapi kita tingkatkan kinerja kita. Salah satunya fungsi Dakwah kan mencoba untuk mengcountergodaan syetan keduniawian dan fitnah-fitnah syahwat dan syubhatnya. Apabila syetan dengan segala kekuatan mengajak orang kepada neraka. Lalu kenapa kita hanya setengah-setengah menjauhkan orang lain dari neraka dan mengajak ke surga.
Teringat perkataan dosen dalam kuliah komunikasi pemasaran. Saat itu pak dosen menjelaskan bagaimana usaha-usaha pabrik rokok dalam mengiklankan produknya. Bermilyar-milyar bahkan bertrilyun-trilyun mereka habiskan. Dimana-mana kita liat iklan rokok. Di even musik, acara olahraga sepakbola dan olah raga lain, iklan tv yang memukau dan budget tinggi. Akan tetapi, setelah itu pihak kampus dengan gampangnya dan rendah budgetnya melarang merokok. “kayak PKI” canda pak dosen. Gak berimbang. Mana mau masyarakat meninggalkan rokok hanya dengan itu.
Lalu mungkin ada anggapan, “yah wajar aja, Super Junior itu kan profit nya gede banget. Makanya mereka mau aja capek-capek.”
Apakah kita masih meragukan ganjaran dari Allah. Surga yang mengalir air susu dan madu di dalamnya. Bidadari yang cantik jelita. Keindahan dan kenikmatan yang tidak akan tertandingi oleh kenikmatan dunia apapun itu. Apalagi hanya profit keuangan.
وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ ۖ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ ۖ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Janganlah kamu berhati lemah dalam menghadapi suatu kaum. Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (An Nisa: 104)
Wallahu a’lam.
(shoutussalam/arrahmah.com)