BEIJING (Arrahmah.id) — Duta Besar Afghanistan untuk Cina menyatakan mengundurkan diri dengan alasan para staf belum dibayar selama berbulan-bulan. Sementara seorang resepsionis ditinggalkan sendirian untuk menjawab telepon.
Dilansir AFP (10/1/2022), Duta Besar Afghanistan untuk Cina, Javid Ahmad Qaem, merinci di Twitter bagaimana dia harus menguras uang tunai dari rekening bank kedutaan Afghanistan untuk membayar staf.
“Karena kami tidak menerima gaji dari Kabul selama enam bulan terakhir, kami menugaskan sebuah komite dari antara para diplomat untuk menyelesaikan masalah keuangan,” tulis Qaem dalam sebuah surat kepada kementerian luar negeri Afghanistan tertanggal 1 Januari tetapi diunggah ke media sosial pada Senin (10/1).
Namun, dia meninggalkan sejumlah dana untuk penggantinya.
“Mulai hari ini, 1 Januari 2022, ada sekitar 100.000 dollar AS (Rp 1,4 miliar) tersisa di rekening.”
Dia tidak mengatakan ke mana dia akan pergi selanjutnya.
Dalam kedutaan yang hampir tidak berfungsi, surat Qaem mengungkapkan bahwa dia telah meninggalkan kunci lima mobil kedutaan di kantornya.
Seorang pekerja lokal juga telah ditugaskan untuk menjawab pertanyaan setelah semua diplomat lain pergi.
Banyak kedutaan Afghanistan kini berada dalam ketidakpastian diplomatik. Mereka dijalankan oleh staf yang masih setia kepada pemerintah dukungan Barat yang digulingkan oleh Taliban.
Menurut Qaem, beberapa diplomat Afghanistan telah meninggalkan pos mereka di Beijing sejak jatuhnya Kabul. Duta Besar Afghanistan untuk Cina itu pun menyebut pengunduran dirinya sebagai “akhir dari tanggung jawab yang terhormat”, dalam sebuah unggahannya di Twitter.
“Saya yakin ketika orang baru yang ditugaskan, Sadaat, tiba di Beijing, tidak akan ada diplomat lain yang tersisa,” kata surat itu, seraya menambahkan bahwa Cina telah “diinformasikan dengan baik”.
Tidak segera jelas keberadaan penggantinya, atau siapa yang telah menunjuknya, dan tidak ada komentar segera dari pejabat Taliban di Kabul.
Melansir AFP, Kedutaan Afghanistan di Beijing tampak buka seperti biasa pada Senin (10/1) sore. Bendera triwarna Afghanistan yang diakui secara internasional juga masih berkibar dan dua penjaga keamanan berada di luar.
Qaem, menjabat sebagai duta besar sejak November 2019, telah menyatakan keprihatinan tentang Taliban dalam wawancara media tak lama setelah Cina menjadi tuan rumah delegasi yang berkunjung pada Juli.
Beberapa pekan kemudian, Taliban merebut Kabul dan membentuk pemerintahan Islam baru.
Cina telah memberikan jutaan bantuan ke Afghanistan sejak pengambilalihan.
Rezim baru melihat Beijing sebagai sumber investasi yang penting. Namun, Taliban belum menunjuk perwakilan baru untuk sebagian besar misi diplomatiknya, dan pemerintah mereka belum banyak diakui negara lain.
Beijing bukan satu-satunya kedutaan Afghanistan yang tampaknya jatuh ke dalam kekacauan.
Polisi dipanggil ke kedutaan negara itu di Roma pekan lalu, ketika seorang diplomat Afghanistan yang dipecat menyerang duta besarnya setelah mengeklaim telah ditunjuk untuk menggantikannya, menurut klaimnya.
Kementerian luar negeri Taliban di Kabul mengatakan duta besar lama masih memiliki kontrak yang sah dan pemutusannya ilegal.
Ada juga kebuntuan diplomatik di PBB, dengan perwakilan dari rezim sebelumnya dan saat ini sama-sama mengeklaim kursi di Afghanistan.
Akhir tahun lalu, Dewan Keamanan PBB menunda pengambilan keputusan mengenai masalah tersebut tanpa batas waktu. (hanoum/arrahmah.id)