KABUL (Arrahmah.id) — Di satu permukiman di Afghanistan, warga mendirikan “sekolah rahasia” untuk anak-anak perempuan, tindakan yang jelas-jelas menantang kebijakan resmi pemerintah Taliban.
Di satu ruang kelas, puluhan remaja perempuan belajar matematika.
Seorang guru berujar, “Kami tahu dengan ancaman [Taliban] dan kami tentu saja khawatir.” Namun ia menambahkan para murid perempuan di sini siap dengan risiko apa pun.
Hampir di semua provinsi di Afghanistan, sekolah menengah untuk perempuan diminta ditutup oleh Taliban.
Di satu sekolah yang kami kunjungi, kami terkesan dengan ruang kelas. Terlihat meja-meja berwarna putih dan biru dijejer rapi.
“Kami berusaha sekuat tenaga untuk merahasiakan sekolah ini,” kata seorang guru perempuan, dilansir BBC (22/5/2022).
“Kalau pun nanti mereka menangkap dan memukuli saya [karena mengoperasikan sekolah rahasia], saya sudah siap,” imbuhnya.
Maret lalu, sepertinya sekolah untuk perempuan akan dibuka lagi. Tetapi, hanya satu jam setelah murid berdatangan, para pemimpin Taliban tiba-tiba saja mengumumkan perubahan kebijakan: sekolah tetap ditutup.
Bagi para murid yang sekarang belajar di sekolah rahasia, kepedihan akibat perubahan kebijakan di menit-menit terakhir tersebut masih sangat terasa.
“Dua bulan telah berlalu, dan sekolah-sekolah [untuk remaja perempuan] belum juga dibuka,” kata seorang murid perempuan berusia 19 tahun kepada kami.
“Itu membuat saya sangat sedih,” imbuhnya. Ia menutup wajah dengan tangannya dan kemudian menangis.
Pada saat yang sama terasa juga “nuansa penentangan”.
Seorang murid berusia 15 tahun mengatakan ia ingin mengirim pesan kepada anak-anak perempuan lain di Afghanistan. “Harus berani. Jika kita berani, tak ada yang bisa menghalangi kita,” katanya.
Sekolah dasar untuk perempuan telah dibuka kembali oleh Taliban dan sejak itu angka kehadiran terus meningkat seiring dengan makin kondusifnya situasi keamanan. Namun belum jelas kapan sekolah menengah untuk perempuan dibuka lagi.
Pemerintah Taliban beralasan “harus ada lingkungan yang Islami” sebelum sekolah menengah untuk perempuan bisa dioperasikan kembali.
Tak ada pihak yang bisa memahami apa yang dimaksud dengan pernyataan tersebut, apalagi sekolah di Afghanistan tidak mencampurkan antara murid laki-laki dan murid perempuan.
Para pejabat Taliban berulang kali mengatakan secara terbuka bahwa sekolah perempuan akan dibuka kembali, namun juga mengakui pendidikan untuk anak perempuan adalah “masalah yang sensitif”.
Saat mereka berkuasa pada 1990-an, anak-anak perempuan dilarang bersekolah “dengan alasan keamanan”.
Sekarang, sumber-sumber BBC mengatakan masih ada beberapa individu yang sangat berpengaruh di gerakan Taliban yang masih menentang pembukaan kembali sekolah untuk perempuan.
Secara pribadi, para anggota Taliban sebenarnya kecewa dengan langkah yang diambil oleh pemimpin mereka. Mereka yang kecewa termasuk sejumlah staf di Kementerian Pendidikan Afganistan yang sebelumnya kaget dengan keputusan melarang pembukaan sekolah untuk murid perempuan. (hanoum/arrahmah.id)