Kelompok sayap kanan Eropa berjanji mengumpulkan 20 ribu orang berdemo di depan gedung Uni Eropa di Belgia, sehari sebelum datangnya Ramadhan guna menentang apa yang ia sebut “Islamisasi Eropa”. Perkembangan Islam membuat mereka resah.
Aksi massa “menentang Islamisasi Eropa” yang berlangsung di Brussels ibukota Belgia, diwarnai bentrokan antara aparat kepolisian dan peserta aksi. Dalam bentrokan itu, polisi Belgia menangkap sejumlah orang termasuk dua pemimpin kelompok kanan dari Partai Vlaams Belang.
Pelaksanaan aksi massa “menentang Islamisasi Eropa” pada Selasa (11/9) bertepatan dengan peringatan enam tahun serangan 11 September di AS. Penyelenggara mengklaim sekitar 20. 000 orang akan hadir dalam aksi massa tersebut. Tapi ternyata hanya sekitar 200 orang yang datang dalam aksi massa kemarin, bahkan lebih banyak wartawan yang datang meliput dan polisi yang berjaga-jaga.
Sejak bulan Agustus lalu, Walikota Brussels Freddy Thielemens sudah menyatakan melarang aksi “menentang Islamisasi Eropa” tersebut, dengan alasan aksi massa itu akan mengganggu ketentraman publik.
Polisi menangkap sekitar 154 orang dalam aksi kemarin dengan alasan melakukan pelanggaran administratif. Seorang anggota kelompok “Stop Islamisation of Europe” (SIOE) mengaku syok atas penangkapan dirinya.
“Saya syok. Saya pikir saya tinggal di negara yang demokratis, ” kata Anders Gravers.
Ketua Council of Europe-yang bertugas memantau pelaksanaan hak asasi manusia- Terry Davis menyebut para pengunjuk rasa itu sebagai “orang-orang fanatik” yang mengancam nilai-nilai kehidupan di Eropa.
“Sangat penting diingat bahwa kebebasan berkumpul dan berekspresi bisa dibatasi untuk melindungi hak-hak dan kebebasan orang lain, termasuk kebebasan berpikir, menyampaikan pendapat dan beragama, ” kata Davis dalam pernyataannya.
“Hal ini berlaku bagi semua orang di Eropa, termasuk bagi jutaan pemeluk Islam di Eropa yang hari ini menjadi target kefanatikan dan ketidaktoleransian yang sangat memalukan, ” tegasnya