Kekurangan senjata tidak membuat Mujahidin Suriah menyerah dan kehilangan kreatifitas. Mujahidin Suriiah memanfaatkan skill yang ada untuk membuat senjata untuk melawan tentara rezim Bashar Assad dan sekutunya. Salah satunya di pinggiran kota Aleppo, FRANCE 24 melihat ruang kerja sekelompok Mujahidin yang bekerja menciptakan senjata.
Dalam sebuah ruang kerja darurat di pinggiran kota Aleppo, anak-anak remaja Suriah sibuk menyortir potongan besi tua, sementara seorang pria, yang sedang duduk bersila di sebuah sudut ruangan, membuat roket buatan tangan sendiri, FRANCE 24 memaparkan.
“Rezim ini dudukung oleh semua negara-negara besar, yang kaya,” kata Samir, pemuda yang tidak pernah mengalihkan pandangannya dari tugas rumit yang sedang dijalaninya. “Yang kita miliki adalah pertolongan Allah,” lanjutnya.
Samir menambahkan bahwa negara-negara Barat dirumorkan mengirim senjata kepada Mujahidin Suriah, tetapi nyatanya tidak. Senjata mereka adalah buatan tangan mereka sendiri.
“Di sinilah kami. Kami harus membangun semuanya sendiri. Semua yang ada di sini adalah buatan sendiri – 100 persen buatan sendiri.”
Pertempuran dengan tentara musuh terlihat tidak mereda malah kian sengit, pasokan senjata yang memadai sangat dibutuhkan bagi para pejuang Suriah. Karena itulah kelompok Mujahidin Suriah memutar otak untuk menciptakan senjata sendiri selain mendapatkan senjata dari ghanimah (rampasan perang). Kini, puluhan pabrik darurat yang dikelola oleh Mujahidin itu sendiri telah menciptakan berbagai macam senjata bagi pasukan Mujahidin.
Dengan begitu, pria seperti Samir dan Yassir, pengelola pabrik darurat itu, telah bekerja keras memproduksi serangkaian senjata termasuk roket, granat, rudal dan mortir.
Sementara sekelompok pria mengemas peledak ke dalam pipa logam yang telah diubah bentuknya, Yassir mengawasi ketat proses itu.
“Itu adalah mortir 120 milimeter. Sepenuhnya buatan tangan. Tentara Bashar al-Assad menggunakan yang serupa. Bedanya, kami membuatanya sendiri bukan mendapatkannya dari Rusia atau Korea Utara,” kata pria yang telah kehilangan telapak tangan kirinya itu.
Meskipun demikian, kekurangan tetap ada. Sering granat yang mereka buat meledak tiba-tiba sehingga kehati-hatian ekstra harus diperhatikan agar tidak terjadi kecelakaan yang membahayakan pembuat dan penggunanya.
“Hati-hatilah dengan granatku,” Yassir memberitahu seorang komandan lokal ketika sekelompok Mujahidin sedang menangani granat-granat yang belum sempurna.
“Kami memiliki sedikit masalah tempo hari – sekitar 200 granat meledak tiba-tiba,” tambahnya.
Seorang komandan Mujahidin FSA, pelanggannya, bertanya mengapa granat-granat itu meledak tiba-tiba.
“Bagaimana itu bisa meledak?” tanyanya.
“Itu meledak karena panas,” jelas Yassir, yang kemudian menasehat komandan itu untuk menyimpan granat-granat di lemari es sebelum digunakan. (siraaj/arrahmah.com)