HEBRON (Arrahmah.com) – Sebuah pengadilan militer “Israel” di pusat penahanan Ofer pada Senin (4/11/2013) memvonis seorang mahasiswa Palestina dengan hukuman satu bulan penjara setelah dia dinyatakan “bersalah” karena dianggap melakukan “panggilan telepon ilegal,” menurut sebuah kelompok tahanan Palestina, seperti dilansir Ma’an.
Nidal Zghayyar (21) adalah seorang pemuda Palestina yang berasal dari Hebron. Dia ditahan oleh penjajah “Israel” atas tuduhan berbicara dengan seorang petinggi Hamas melalui telepon, menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Pusat Ahrar bagi Studi dan HAM Tahanan pada Selasa (5/11).
Nidal diketahui tengah mempelajari jurnalistik dan media di Universitas Hebron. Dia ditahan setelah serangan tengah malam di rumahnya oleh pasukan penjajah “Israel” pada Senin (28/10) lalu.
Pernyataan tersebut menekankan bahwa penjajah “Israel” menganggap panggilan telepon itu sebagai ancaman bagi keamanan “Israel”.
“Pendudukan [Israel] mengarang berbagai tuduhan dan alasan dalam upaya untuk menghindari tanggung jawab atas penangkapan terhadap mahasiswa tersebut. Penangkapan ini sengaja memblokir jalur pendidikan mereka,” kata Fuad Al-Khuffash, direktur pusat Ahrar.
Dia juga menyoroti bahwa mayoritas tahanan sejak awal November adalah mahasiswa dan dia menyerukan agar mereka segera dibebaskan.
Pada bulan September, Razi Nabulsi (23) dari Haifa juga ditahan oleh polisi “Israel” karena posting yang dia buat di Facebook.
Nabulsi ditahan selama hampir seminggu dengan tuduhan “penghasutan”, tapi pemerintah penjajah “Israel” menolak untuk menentukan posting mana yang menjadi dasar penahanannya dan malah mengklaimnya sebagai bukti rahasia.
Reporters Without Borders mengurutkan “Israel” di peringkat 112 di dunia mengenai masalah kebebasan pers dalam laporan tahun 2013, dengan dasar bahwa sementara jurnalis “Israel” menikmati kebebasan berekspresi, ada hambatan struktural utama yang berhubungan dengan kontrol militer dan isu-isu keamanan mereka yang mencegah kebebasan pers yang lebih umum. (banan/arrahmah.com)