ANKARA (Arrahmah.id) – Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengeluarkan pernyataan marah pada Jumat (3/2/2023) kepada Duta Besar AS untuk Ankara Jeffry Flake, dengan mengatakan: “Singkirkan tangan kotor Anda dari Turki.”
Menurut surat kabar Haberturk, Soylu menambahkan: “Setiap duta besar AS yang tiba di Turki bergegas untuk mencari tahu bagaimana cara melakukan kudeta di Turki.”
Berbicara kepada Duta Besar AS saat ini, Flake, Soylu menegaskan: “Saya berbicara kepada duta besar AS dari sini. Saya tahu para jurnalis yang Anda suruh menulis artikel. Singkirkan tangan kotor Anda dari Turki. Saya sudah sangat jelas.”
Dalam tuduhan lain kepada duta besar AS, menteri dalam negeri Turki menyatakan: “Saya sangat tahu bagaimana Anda ingin menciptakan perselisihan di Turki. Singkirkan wajah menyeringai Anda dari Turki,” lansir MEMO (4/2).
“Setiap duta besar AS bertanya pada diri sendiri bagaimana mereka bisa menyakiti Turki. Ini merupakan salah satu kemalangan terbesar Turki selama bertahun-tahun. Mereka mengumpulkan para duta besar lain dan mencoba memberi mereka nasihat. Mereka melakukan hal yang sama di Eropa sebagaimana kedutaan besar AS mengelola Eropa,” kata Soylu menanggapi peringatan Kedutaan Besar AS baru-baru ini kepada warganya di Turki terhadap bahaya serangan teroris di Istanbul. Hal ini disampaikan dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kedutaan-kedutaan besar negara-negara Barat. Beberapa negara mengeluarkan pernyataan terpisah namun tetap mengacu pada peringatan langsung dari AS.
Pernyataan Kedutaan Besar AS dikeluarkan pekan lalu sehubungan dengan aksi individu-individu radikal sayap kanan yang membakar mushaf Al Qur’an di Eropa.
Setelah itu, banyak negara Barat mengumumkan bahwa mereka akan menutup konsulat mereka di Istanbul karena “alasan keamanan” dan untuk mengantisipasi “kemungkinan serangan balas dendam”, termasuk Jerman, Belanda, dan Inggris.
Pada Jumat, Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu menganggap keputusan beberapa negara Barat untuk menutup sementara konsulat mereka tanpa mendiskusikannya dengan Ankara sebagai sesuatu yang “disengaja”.
“Mengapa mereka menutup pintu mereka? Mereka mengatakan ada ancaman teroris. Sekarang jika ada ancaman teroris, bukankah seharusnya mereka -terutama jika mereka adalah sekutu- memberi tahu kami dari mana ancaman ini berasal?” Cavusoglu bertanya.
Dia meminta negara-negara yang menutup konsulat mereka: “Bagikan informasi ini kepada kami, yaitu kepada unit keamanan kami, kepada unit intelijen kami, dan jika ada ancaman seperti itu, ancaman tersebut harus dihilangkan sebelum berubah menjadi serangan.”
Cavusoglu membantah adanya pembagian informasi konkret dengan Turki oleh negara-negara Barat, dan menuduh mereka hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri. Ia menambahkan bahwa para duta besar dari negara-negara tersebut telah dipanggil untuk memberitahukan hal ini kepada mereka.
Insiden-insiden ini menyebabkan ketegangan diplomatik antara Turki dan beberapa negara Eropa, terutama Swedia, yang menyaksikan pembakaran Al-Qur’an di depan kedutaan besar Turki. Swedia menghentikan pertemuan tripartit untuk membahas bergabungnya Stockholm ke dalam aliansi NATO. (haninmazaya/arrahmah.id)