JAKARTA (Arrahmah.com) – Islamic Book Fair 2013 menggelar Talkshow Menuju Umat Berkarakter Qur’ani Perspektif Keluarga, yang menghadirkan para tokoh dan konsultan muslimah dalam masalah keluarga. Wiryaningsih, ibu pencetak sepuluh anak penghafal Alqur’an mengatakan bahwa, istilah hafidz saat ini mengalami pergeseran.
“Istilah hafidz seharusnya bukan hanya hafal Qur’an tapi juga hafal hadits,” ungkapnya di panggung utama IBF 2013, Istora Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta, Selasa (5/3/2013).
Masyarakat kita, lanjutnya, menganggap bahwa orang yang menghafal Al-qur’an/hafidz dianggap luar biasa. “Ini karena Alqur’an memang luar biasa serta di sisi lain, umat dirasa masih jauh dari Alqur’an,” ujarnya.
Menurutnya, setiap melahirkan anak itu menambah pengalaman sehingga memperbaiki pola mengasuh anak untuknya dan suami. Baginya kesuksesan mendidik anak harus membutuhkan sinergi antara suami dan istri. “Saya tidak sendiri melainkan bersama suami, maka suami-istri harus memiliki satu visi, ayah merancang GBHK/Garis Besar Haluan Keluarga dan ibu menjadi UPT/Unit Pelaksana Teknis untuk merealisasikannya,” terangnya.
Ia juga menjelaskan bahwa yang pertama rumah itu harus jadi sekolah, artinya punya target, kurikulum, sistem, serta evaluasi. Selain itu poin pentingnya adalah harus ada visi yang jelas, kerjasama yang kompak, istiqomah, lingkungan baik, serta tutup dengan do’a.
Sementara itu, juru bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, Iffah Ainur Rochmah, menyatakan bahwa saat ini telah terjadi serangan melalui media untuk merusak generasi kita.
“Tantangan ada di orang tua dan orang tua harus punya kesiapan dan ilmu, serta kesabaran untuk melakukannya,” ujarnya.
Indonesia, sambungnya, dalam data tercatat di tahun 2012 sebagai negara pemasok PSK anak terbesar di Asia Tenggara. Tidak bisa dipungkiri anak-anak saat ini mudah tersulut sehingga melakukan tindakan kriminal yang membahayakan yang lainnya.
Senada dengan Iffah, Konsultan Keluarga Islam, Ratu Erma Rahmayanti, menuturkan bahwa, generasi itu suatu komunal yang tidak hanya berlangsung 1-2 tahun saja tapi terus menerus. Generasi Berkarakter Qur’ani, menurutnya adalah generasi yang di dalamnya terdapat pemikirannya mengenai hukum Islam yang terdiri dari hukum-hukum Alqur’an, hadits, ijma’, dan qiyas.
“Sosok Generasi Berkarakter Qur’ani ialah generasi yang pada setiap pemenuhan hidup mereka disesuaikan dengan Qur’an/Islam yang secara ringkas generasi berkarakter Qur’ani adalah anak manusia yang memiliki kepribadian Islam yakni yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islami,” jelasnya.
Selain itu, dosen Universitas Indonesia, Dr. Sitaresmi Sulistyawati Soekanto, mengatakan, tantangan itu memang berat tapi kita bisa merubahnya menjadi peluang-peluang, bahkan setiap anak ketika lahir sudah diberikan potensi untuk condong keberpihakan pada Allah SWT.
“Pastikan dalam mendidik anak harus ada cinta, kasih sayang, komunikasi, disiplin, dan konsistensi,” pungkasnya.
Di akhir diskusi, Ratu Erma, menegaskan bahwa aqidah adalah landasan paling utama dan terpenting. Selain Ratu, Iffah Ainur Rochmah juga menegaskan bahwa, untuk membentuk umat berkarakter Qur’ani, tidak hanya keluarga yang melakukan upayanya.
“Harus ada sebuah pola yang sistematis, antara keluarga yang membentuk keluarganya menjadi Islami dan terpaut pada Al-Qur’an, masyarakat juga kondusif untuk menegakkan amar ma’ruf nahyi munkar, serta yang tidak kalah penting adalah negara dalam menerapkan hukum-hukum Al-qur’an/Islam di tengah-tengah kehidupan kita,” pungkasnya. (bilal/mahdi/arrahmah.com)