JAKARTA (Arrahmah.com) – Ustadz Abu Bakar Ba’asyir menanggapi grasi yang diberikan kepada tahanan kasus narkotika Schapelle Corby oleh Presiden SBY sebagai intervensi Australia terhadap Indonesia.”Jelas hal ini ada intervensi Asing,” ujarnya .
Hal ini jelas sekali, sebab seperti pengalaman Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dahulu saat di Cipinang. Australi sampai mengirim kedutaannya ke tahanan untuk membatalkan remisi yang di dapatkan oleh Ustadz Abu. “Pernah dikasih remisi istimewa 4 bulan, malah Australi marah dan membatalkan remisi tersebut,” ungkapnya.
Intervensi terhadap hukuman tersebut, menurut Ustadz Abu juga pernah di lakukan oleh Amerika. “Hukuman sayakan diturunkan 9 tahun, Ansyad Mbay ketua BNPT antek Amerika ini tidak senang, lalu dia kerja sama dengan Amerika hingga Amerika mengelurkan isu, kalau saya sebagai teroris,” tuturnya.
Ia melanjutkan setelah ada isu tersebut beberapa hari kemudian diumumkan lagi hukuman penahanannya naik 19 tahun. “Isu itu berkembang hukuman saya naik lagi 19 tahun dan sampai sekarang belum ada surat resminya hanya pengumuman tok saja, jadi jelas ini ada kerja sama,” terangnya.
Perbedaan pemerintah menyikapi hukuman antara Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dan Corby. Menurut Ustadz Abu sebagai persoalan politik. “Masalah saya ini masalah politik karena saya ini memang musuh negara. Saya menuntut perubahan sistem negara menjadi Syariat Islam dan Khilafah. Inilah yang di anggap thogut itu saya keras. Oleh karena itu hukuman saya ini bukan masalah kejahatan tapi masalah politik,” paparnya.
“Memang rezim Yudhoyono ini sangat taat pada Amerika dan Australi,” imbuhnya (bilal/mediaumat/arrahmah.com)