MAGELANG (Arrahmah.com) – Menteri Agama Surya Dharma Ali mengharap seluruh pesantren dan madrasah di Indonesia menjadi benteng pencegah masuknya paham terorisme ke lembaga pendidikan Islam. Untuk merealisasikanya, Kementerian Agama terus melakukan pendekatan ke sejumlah pesantren.
“Kita melakukan berbagai cara termasuk pendekatan ke pondok pesantren dan madrasah agar menjadi benteng pencegah masuknya terorisme,” katanya saat menghadiri peringatan maulid nabi di Ponpes Watucongol Muntilan, Ahad, (14/3).
Menurut Surya, paham terorisme bertentangan dengan Islam. Islam tidak mengajarkan perjuangan dengan cara kekerasan. Sedangkan, terorisme menghalalkan segala cara dalam perjuangan termasuk menghilangkan nyawa warga tak berdosa.
Selain itu, dalam konsep perjuangan Islam, musuh dihadapi nyata dan jelas, sementara terorisme memiliki musuh tak jelas. “Sekarang, terorisme musuhnya siapa? Yang mati orang Islam juga, bahkan orang tidak berdosa,” katanya.
Pertentangan terorisme dengan Islam juga ditunjukkan dengan perbedaan ajaran disebarkan. Terorisme menebarkan ketakutan melalui tindakana menghilangkan nyawa, sedangkan Islam mengajarkan perdamaian. Namun, para pelaku teroris di tanah air sering mengatasnamakan Islam dalam aksi mereka. “Padahal, dalam Islam, membunuh itu dosa besar. Islam juga menghormati begitu besar atas hak asasi dan nyawa manusia,” katanya.
Karena itu, gerakan terorisme di Indonesia juga tidak mencerminkan aspirasi seluruh masyarakat Muslim tanah air. Jumlah pendukung gerakan anarkis itu diperkirakan kurang dari setengah persen dari total populasi. “Tapi menjadi kelihatan karena menarik perhatian, maka jadi (isu) besar,” kata Surya.
Untuk memberantas paham terorisme, menurut Surya, masyarakat terutama pesantren dan madrasah berperan penting dalam memberantas paham terorisme di tanah air. Hal itu dilakukan melalui peningkatan dan perluasan pemamahan bahwa terorisme bukan termasuk ajaran Islam. (rep/arrahmah.com)