KAIRO (Arrahmah.com) – Sejumlah dokumen menunjukkan bagaimana Washington berulang kali menekan Mesir untuk memberikan tindakan dan penanganan terhadap para pembangkang, meskipun pada saat yang sama AS mendesak agar sekutunya itu memberikan celah yang lebih besar bagi kebebasan berbicara.
Protes di Mesir, yang terinspirasi oleh demonstrasi yang berhasil menggulingkan pemerintah Tunisia, diperkirakan akan mencapai puncaknya hari ini, dimana ribuan jama’ah akan muncul setelah shalat Jumat.
Dalam sebuah wawancara yang disiarkan langsung di YouTube pada hari Kamis (27/1/2011), Obama mengatakan bahwa Presiden Mesir Hosni Mubarak merupakan sekutu AS yang paling banyak memiliki masalah.
Tetapi Obama menambahkan: “Saya selalu berkata kepadanya bahwa memastikan bahwa mereka terus bergerak menuju reformasi politik dan reformasi ekonomi, demi kesejahteraan jangka panjang Mesir.”
William Hague, Menteri Luar Negeri Mesir, juga mendesak Mubarak untuk segera menanggapi keluhan dari para demonstran secara resmi.
Sementara itu, rincian telegram diplomatik AS, yang diterbitkan oleh New York Times, menunjukkan bahwa AS terus mendorong Mesir untuk membebaskan untuk tiga blogger dan seorang pendeta Koptik yang menikah dengan seorang Kristen dari penjara. Namun permintaan itu ditolak oleh Mesir, harian itu melaporkan.
Dokumen itu pun mencakup kritik terhadap ibu negara Mesir, Suzanne Mubarak, yang dilaporkan memanfaatkan bus sekolah yang didanai AS selama jalan-jalannya ke Sinai. Meski pada saat yang sama, ia dipuji karena giat mengkampanyekan hak-hak perempuan dan pekerja anak. Fenomena serupa dengan yang terjadi di Tunisia dimana para pemrotes mengarahkan gugatannya terhadap Leila Trabelsi, istri Presiden Zine al-Abidine Ben Ali, yang selama ini selalu memanfaatkan tahta suaminya. (althaf/arrahmah.com)