Di banding Mesir dan Tunisia, gelombang demonstrasi rakyat Suriah menentang rezim Suriah menemui tembok penghalang yang lebih tebal, berat, dan tinggi. Ribuan muslim sunni telah gugur diterjang timah panas aparat keamanan Suriah selama masa demonstrasi yang telah berlangsung lebih dari empat bulan ini. Puluhan ribu muslim sunni lainnya mengalami luka-luka berat, dan jumlah yang lebih besar lagi terpaksa mengungsi ke daerah-daerah perbatasan Turki.
Oleh: Muhib Al Majdi / Arrahmah.com
Tidak banyak kaum muslimin yang mengetahui hakekat peristiwa yang tengah terjadi di Suriah. Banyak di antara kaum muslimin yang menyangka kebiadaban rezim Suriah tersebut semata-mata didasari oleh kepentingan politik untuk menyelamatkan kekuasaan rezim Partai Baath, partai sosialis yang telah mencengkeram rakyat Suriah selama puluhan tahun dengan kekuatan senjata. Belum banyak yang tahu bahwa kebiadaban rezim partai Baath juga dilatar belakangi oleh faktor ideologi dan agama. Ya, partai Baath telah didominasi oleh kelompok Nushairiyah sejak era Hafizh Asad. Kelompok Nushairiyah merupakan bagian dari sekte Syi’ah esktrim yang telah dihukumi murtad dari Islam oleh seluruh ulama kaum muslimin. Jadi, rezim Syi’ah esktrim tengah mempertontonkan kebiadannya kepada mayoritas rakyat yang beragama Islam, ahlus sunnah wal jama’ah. Demonstrasi damai versus kebiadaban militer di Suriah sejatinya adalah pertaarungan dua agama: Islam versus Nushairiyah.
Tidak heran bila Iran yang beragama Syi’ah Imamiyah (biasa juga disebut Syi’ah Itsna Atsariyah atau Syi’ah Ja’fariyah) getol memberikan dukungan militer, politik, dan ekonomi kepada rezim Syi’ah Suriah. Dua aliran Syi’ah ekstrim telah bertemu untuk menghabisi musuh bersama; mayoritas rakyat Suriah yang beragama Islam aliran Ahlus Sunnah. Bila ditambah kekuatan Syi’ah Lebanon (dengan milisi Hizbul Laata —plesetan dari nama sebenarnya, Hizbullah), kekuatan Israel, dan Kristen Libanon yang juga memusuhi Ahlus Sunnah; maka rakyat muslim sunni Suriah tengah terkepung dari seluruh penjuru. Umat Islam sedunia sudah seharusnya terus memberikan dukungan kepada perjuangan rakyat Suriah, sebagaimana dukungan mereka kepada perjuangan rakyat muslim Mesir, Tunisia, dan Palestina. Para ulama dan tokoh umat Islam wajib membongkar kedok rezim Nushairiyah Suriah, sehingga wala’ dan bara’ kaum muslimin jelas. Berikut ini sebagian fatwa ulama Islam yang menjelaskan hakekat kelompok Nushairiyah dan partai Baath.
Fatwa tentang Sekte Nushairiyah
Fadhilah syaikh Hamud bin ‘Uqla Asy-Syu’aibi hafizhahullah
As salaamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh
Siapa sebenarnya kelompok Nushairiyah itu? Kepada siapa mereka menisbahkan diri? Kapan kelompok ini muncul? Di negeri mana saja keberadaannya? Bagaimana ajaran agama mereka? Bagaiamana pendapat para ulama tentang mereka? Bolehkah memberikan ucapan selamat atas hari-hari kebahagiaan mereka dan memberikan ucapan bela sungkawa atas musibah yang menimpa mereka? Bolehkah menshalatkan jenazah mereka?
Berilah kami fatwa dalam masalah ini, semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan
Jawab:
Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga, dan seluruh shahabatnya. Amma ba’du…
Jawaban atas beberapa pertanyaan di atas membutuhkan satu jilid buku tersendiri. Untuk itu, kami akan menjawab secara ringkas saja:
Nushairiyah adalah salah satu kelompok Syi’ah ekstrim yang muncul pada abad ketiga Hijriyah. Berbagai aliran keagamaan yang kafir seperti Bathiniyah, Ismailiyah, Budha, dan sekte-sekte kafir yang berasal dari agama Majusi masuk bergabung ke dalam kelompok Nushairiyah. Nushairiyah banyak terdapat di Suriah dan negara-negara yang bertetangga dengan Suriah.
Nushairiyah menisbahkan kelompoknya kepada seorang yang bernama Muhammad bin Nushair An-Numair, yang mengklaim dirinya sebagai nabi dan menyatakan bahwa Abul Hasan Al-Askari —-imam ke-11 kelompok Syi’ah— adalah Tuhan yang telah mengutus dirinya sebagai nabi.
Ajaran agama Nushairiyah tegak di atas dasar akidah yang rusak dan ritual-ritual ibadah yang usang hasil pencampur-adukkan dari ajaran Yahudi, Nashrani, Budha, dan Islam. Di antara akidah sesat kelompok Nushairiyah adalah:
1. Kultus individu yang esktrim terhadap diri sahabat Ali bin Abi Thaib dengan meyakini beliau adalah Rabb (Tuhan Yang Maha Menciptakan, Maha Mematikan, Maha Memberi rizki, Maha Mengatur alam—edt), Ilah (Tuhan yang berhak disembah—edt), dan Pencipta langit, bumi, dan seluruh makhluk. Di antara bentuk penyembahan mereka kepada Ali bin Abi Thalib adalah semboyan agama mereka:
( لا إله إلا حيدرة الانزع البطين ، ولا حجاب عليه إلا محمد الصادق الأمين ، ولا طريق إليه إلا سلمان ذو القوة المتين ..)
“Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Haidarah (Singa betina, julukan Ali—edt) ksatria yang terpercaya
Tiada hijab (penghalang) atasnya kecuali Muhammad Ash-Shadiq Al-Amin (yang jujur lagi terpercaya)
Dan tiada jalan menujunya kecuali Salman Dzul Quwwatil Matin (pemilik kekuatan yang perkasa).“
Dari semboyan mereka ini nampak jelas bahwa kelompok Nushairiyah lebih kafir dari kaum Yahudi, Nasrani, dan kaum musyrik sekalipun karena dengan ucapan ini mereka menyandarkan penciptaan dan pengaturan seuruh makhluk kepada Ali bin Abi Thalib. Sedangkan kaum Yahudi, Nasrani, dan musyrik mengakui bahwa Allah SWT adalah Sang Pencipta dan Sang Pengatur urusan seluruh makhluk.
2. Mereka meyakini reinkarnasi, yaitu meyakini bahwa jika seorang manusia meninggal dunia maka ruhnya berpisah dengan jasadnya dan memasuki jasad makhluk lain. Baik jasad manusia maupun jasad hewan, sesuai jenis amal perbuatannya saat ia masih hidup. Jika amal perbuatannya baik, maka ruhnya akan menempati jasad manusia atau hewan yang mulia. Adapun jika amal perbuatannya buruk, maka ruhnya akan menempati jasad hewan yang hina, seperti anjing dan lain sebagainya. Hakekat dari keyakinan ini adalah meyakini bahwa dunia ini tidak akan rusak, tidak akan pernah berakhir, tidak ada kebangkitan setelah mati, tidak ada surga, tidak ada neraka…ruh akan senantiasa berpindah dari satu jasad ke jasad lainnya sampai suatu saat yang tidak akan pernah berakhir. Keyakinan yang rusak ini mereka ambil dari agama Budha, karena keyakinan reinkarnasi adalah salah satu pokok ajaran agama Budha.
3. Di antara pokok ajaran akidah mereka yang sangat mengakar kuat adalah kebencian dan permusuhan yang sangat keras terhadap Islam dan kaum muslimin. Sebagai bentuk permusuhan dan kebenciaan mereka kepada Islam, mereka menjuluki shahabat Umar bin Khatab dengan julukan ‘Iblisul Abalisah’ (rajanya para iblis). Adapun tingkatan iblis setelah Umar menurut keyakinan mereka adalah Abu Bakar kemudian Utsman.
4. Mereka mengharamkan ziarah ke kuburan Nabi Muhammad SAW karena di samping makam beliau SAW terdapat makam shahabat Abu Bakar Ash-Shidiq dan Umar bin Khathab.
Pada zaman dahulu keberadaan agama sesat Nushairiyah ini terbatas pada sebuah tempat di negeri Syam dan mereka tidak diberi peluang untuk memegang posisi dalam bidang pemerintahan maupun bidang pengajaran, berdasar fatwa syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Keadaan itu terus berlanjut sampai akhirnya penjajah Perancis menduduki negeri Syam. Perancis memberi mereka julukan baru ‘Al-Alawiyyin’ (keturunan atau pendukung Ali bin Abi Thalib—edt), memberi mereka kesempatan mendiami seantero negeri Syam, dan mengangkat mereka sebagai pemegang jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan penjajah Perancis di Syam.
Adapun pendapat para ulama Islam tentang kelompok Nushairiyah…sesungguhnya para ulama Islam telah menyatakan Nushairiyah adalah kelompok yang telah keluar dari agama Islam (kelompok murtad—edt), karena agama mereka tegak di atas dasar syirik, keyakinan reinkarnasi, pengingkaran terhadap kehidupan setelah mati, surga, dan neraka.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah telah ditanya tentang status kelompok Nushairiyah, maka beliau menjawab:
الحمد لله رب العالمين .. هؤلاء القوم المسمون بالنصيرية هم وسائر أصناف القرامطة الباطنية اكفر من اليهود والنصارى بل اكفر بكثير من المشركين ، وضررهم على أمة محمد صلى الله عليه وسلم أعظم من ضرر الكفار المحاربين فإن هؤلاء يتظاهرون عند جهال المسلمين بالتشيع وموالاة أهل البيت وهم في الحقيقة لا يؤمنون بالله ولا برسوله ولا بكتابه ولا بأمر ولا بنهي ولا ثواب ولا عقاب ولا بجنة ولا بنار ولا بأحد من المرسلين قبل محمد صلى الله عليه وسلم ولا بملة من الملل ولا بدين من الأديان السالفة بل يأخذون من كلام الله ورسوله المعروف عند علماء المسلمين ويتأولونه على أمور يفترونها ويدعون أنها علم الباطن من جنس ما ذكره السائل …)
“Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Kelompok yang dinamakan Nushairiyah tersebut dan seluruh kelompok Qaramithah Bathiniyah (salah satu sekte Syi’ah yang ekstrim—edt) yang lain adalah orang-orang yang kekafirannya lebih parah dari kekafiran kaum Yahudi dan Nashrani, bahkan kekafirannya lebih berat dari kekafiran kebanyakan kaum musyrik. Bahaya mereka (kelompok Nushairiyah dan Qaramithah Bathiniyah—edt) terhadap kaum muslimin lebih besar dari bahaya kaum kafir yang memerangi Islam, karena mereka menampakkan dirinya sebagai orang-orang Syi’ah yang loyal kepada ahlul bait di hadapan kaum muslimin yang bodoh. Padahal sejatinya mereka tidak beriman kepada Allah, rasul-Nya, kitab-Nya, perintah, larangan, pahala, siksa, surga, neraka, maupun seorang rasul pun sebelum Muhammad SAW. Mereka juga tidak mengimani adanya ajaran rasul dan agama samawi terdahulu apapun. Mereka hanya mengambil sebagian firman Allah dan sabda rasul-Nya yang dikenal di kalangan ulama Islam, lantas mereka melakukan ta’wil sesat yang mereka ada-adakan dan mereka klaim sebagai ilmu bathin semisal yang telah disebutkan oleh penanya di atas…”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah melanjutkan jawabnnya sampai pada perkataan beliau: “Sudah diketahui bersama bahwa pesisir pantai negeri-negeri Syam jatuh ke tangan pasukan Nasrani (tentara Salib—edt) dari arah mereka (kelompok Nushairiyah). Mereka selalu membantu setiap musuh Islam. Menurut mereka, di antara musibah terbesar yang menimpa mereka adalah kemenangan kaum muslimin atas pasukan Tartar…” Fatwa beliau cukup panjang, dan kami cukupkan dengan kutipan pendek di atas.
Adapun mengucapkan selamat atas hari-hari bahagia mereka, mengucapkan bela sungkawa atas musibah yang menimpa mereka, dan menshalatkan jenazah mereka adalah perbuatan yang diharamkan dan tidak diperbolehkan, karena menyelisihi kaedah wala’ dan bara’ yang merupakan salah stau ajaran pokok yang urgen dalam pokok-pokok ajaran tauhid.
Demikian jawaban ringkas yang bisa saya sampaikan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para shahabatnya.
Hamud bin ‘Uqla Asy-Syu’aibi
25 Rabi’ul Awwal 1421 H
Fatwa tentang Partai Baath
Soal:
Fadhilah syaikh…kami mengharapkan Anda berkenan menuliskan fatwa tentang partai sosialis Ba’ath Arab dan hukum bergabung dengan partai tersebut. Semoga Allah SWT membalas Anda dengan kebaikan
Jawab:
Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam.
Partai sosialis Baath Arab adalah sebuah partai nasionalis rasis sekuleris permisif, tegak di atas dasar memisahkan agama dari negara, politik, dan aspek kehidupan. Partai ini dengan seluruh dasar-dasarnya, tujuan-tujuannya, sarana-sarananya, pembentukannya, dan seluruh bagian-bagiannya bertolak belakang dan menyelisihi syariat dan ajaran Islam. Partai ini hanya mampu menyeret umat Islam kepada kehinaan, keterbelakangan, kemiskinan, dan kekalahan demi kekalahan.
Lebih dari itu, dari dahulu sampai sekarang partai ini menjadi topeng bagi kekuasaan kelompok Nushairiyah yang kafir, keluar dari Islam, dan berkhianat di Suriah. Melalui partai kafir ini, kelompok Nushairiyah yang berkuasa melampiaskan seluruh kedengkian kelompoknya yang keji terhadap Islam dan kaum muslimin. Sejarah kontemporer kelompok Nushairiyah menjadi saksi atas hal ini.
Dengan demikian, ia adalah partai kafir dari aspek pembentukan, sarana, tujuan, dan organisasinya. Seorang yang memahami hakekat Islam dan hakekat partai ini serta pengikutnya tentu tidak akan ragu sedikit pun atas hukum ini. Maka tidak boleh berkoalisi, bergabung, atau mengkampanyekan partai ini.
Barangsiapa melakukan hal itu atas dasar sukarela tanpa ada paksaan yang dibenarkan oleh syariat, hanya karena mencari mata pencaharian, jabatan, atau alasan semisal meskipun ia tidak meyakini dasar-dasar dan tujuan-tujuan partai ini, maka ia telah kafir keluar dari agama Islam (murtad) sampai ia bertaubat dan berlepas diri secara lahir dan batin dari partai ini dan para pengikutnya. Ia dihukumi kafir murtad, sekalipun lisannya mengakui dirinya adalah seorang muslim, namun perbuatannya mendustakan pengakuan lisannya tersebut. Allah SWT berfirman:
{ مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْأِيمَانِ وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْراً فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ }
Artinya:
Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. (QS. An-Nahl (16): 106)
Barangsiapa menampakkan kekafiran dengan ucapan atau perbuatan tanpa ada paksaan atau penghalang lainnya yang diakui oleh syariat…maka ia telah kafir, membuka hatinya lebar-lebar untuk menerima kekafiran, terkena murka Allah dan siksaan yang pedih di akhirat.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan seluruh shahabatnya.
Syaikh Abu Bashir Abdul Mun’im Musthafa Hulaimah Ath-Thathusyi
(Muhib Al Majdi / Arrahmah.com)