Articels – Nama Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) menjadi buah bibir setelah peristiwa rusuh di silang Monas pada hari ahad siang, 1 Juni 2008. Sebelumnya, aliansi ini sering kali diidentikan dengan gerakan pembelaan terhadap kelompok sesat Ahmadiyah, sebuah kelompok yang mengaku bagian dari Islam namun memiliki kitab suci Tadzkirah—bukan al-Qur’an—dan Rasul Mirza Ghulam Ahmad, bukan Rasulullah Muhammad SAW.
Jika menilik perjalanan historis dan ideologi kelompok sesat Ahmadiyah dengan AKKBB, maka akan bisa ditemukan benang merahnya, yakni permusuhan terhadap syariat Islam, pertemanan dengan kalangan Zionis, mengedepankan berbaik sangka terhadap non-Muslim dan mendahulukan kecurigaan terhadap kaum Muslimin.
Ketika Ahmadiyah lahir di India, Mirza Ghulam Ahmad mengeluarkan seruan agar umat Islam India taat dan tsiqah kepada penjajah Inggris, dan mengharamkan jihad melawan Inggris. Padahal saat itu, banyak sekali perwira-perwira tentara Inggris, para penentu kebijakannya, terdiri dari orang-orang Yahudi Inggris seperti Jenderal Allenby dan sebagainya. Dengan kata lain, seruan Ghulam Ahmad dini sesungguhnya mengusung kepentingan kaum Yahudi Inggris.
Bagaimana dengan AKKBB? Aliansi cair ini terdiri dari banyak organisasi, lembaga swadaya masyarakat, dan juga kelompok-kelompok “keagamaan”, termasuk kelompok sesat Ahmadiyah. Mereka yang tergabung dalam AKKBB adalah:
* Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP)
* National Integration Movement (IIM)
* The Wahid Institute
* Kontras
* LBH Jakarta
* Jaingan Islam Kampus (JIK)
* Jaringan Islam Liberal (JIL)
* Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF)
* Generasi Muda Antar Iman (GMAI)
* Institut Dian/Interfidei
* Masyarakat Dialog Antar Agama
* Komunitas Jatimulya
* eLSAM
* Lakpesdam NU
* YLBHI
* Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika
* Lembaga Kajian Agama dan Jender
* Pusaka Padang
* Yayasan Tunas Muda Indonesia
* Konferensi Waligereja Indonesia (KWI)
* Crisis Center GKI
* Persekutuan Gereja-gereeja Indonesia (PGI)
* Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci)
* Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI)
* Gerakan Ahmadiyah Indonesia
* Tim Pembela Kebebasan Beragama
* El Ai Em Ambon
* Fatayat NU
* Yayasan Ahimsa (YA) Jakarta
* Gedong Gandhi Ashram (GGA) Bali
* Koalisi Perempuan Indonesia
* Dinamika Edukasi Dasar (DED) Yogya
* Forum Persaudaraan antar Umat Beriman Yogyakarta
* Forum Suara Hati Kebersamaan Bangsa (FSHKB) Solo
* SHEEP Yogyakarta Indonesia
* Forum Lintas Agama Jawa Timur Surabaya
* Lembaga Kajian Agama dan Sosial Surabaya
* LSM Adriani Poso
* PRKP Poso
* Komunitas Gereja Damai
* Komunitas Gereja Sukapura
* GAKTANA
* Wahana Kebangsaan
* Yayasan Tifa
* Komunitas Penghayat
* Forum Mahasiswa Syariahse-Indonesia NTB
* Relawan untuk Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (REDHAM) Lombok
* Forum Komunikasi Lintas Agama Gorontalo
* Crisis Center SAG Manado
* LK3 Banjarmasin
* Forum Dialog Antar Kita (FORLOG-Antar Kita) Sulsel Makassar
* Jaringan Antar Iman se-Sulawesi
* Forum Dialog Kalimantan Selatan (FORLOG Kalsel) Banjarmasin
* PERCIK Salatiga
* Sumatera Cultural Institut Medan
* Muslim Institut Medan
* PUSHAM UII Yogyakarta
* Swabine Yasmine Flores-Ende
* Komunitas Peradaban Aceh
* Yayasan Jurnal Perempuan
* AJI Damai Yogyakarta
* Ashram Gandhi Puri Bali
* Gerakan Nurani Ibu
* Rumah Indonesia
Menurut data yang ada, AKKBB merupakan aliansi cair dari 64 organisasi, kelompok, dan lembaga swadaya masyarakat. Banyak, memang. Tapi kebanyakan merupakan organisasi ‘ladang tadah hujan’ yang bersifat insidental dan aktivitasnya tergantung ada ‘curah hujan’ atau tidak. Maksudnya, kelompok atau organisasi yang hanya dimaksudkan untuk menampung donasi dari sponsor asing, dan hanya bergerak jika ada dana keras yang tersedia.
Namun ada beberapa yang memang memiliki ideologi yang jelas dan bergerak di akar rumput. Walau demikian, yang terkenal hanya ada beberapa dan inilah yang menjadi motor penggerak utama dari aliansi besar ini.
Keseluruhan organisasi dan kelompok ini sebenarnya bisa disatukan dalam satu kata, yakni: Amerika. Kita tentu paham, Amerika adalah gudang dari isme-isme yang “aneh-aneh” seperti gerakan liberal, gerakan feminisme, HAM, Demokrasi, dan sebagainya. Ini tentu dalam tataran ide atau Das Sollen kata orang Jerman.
Namun dalam tataran faktual, yang terjadi di lapangan ternyata sebaliknya. Kalangan intelektual dunia paham bahwa negara yang paling anti demokrasi di dunia adalah Amerika, negara yang paling banyak melanggar HAM adalah Amerika, negara yang merestui pasangan gay dan lesbian menikah (di gereja pula!) atas nama liberalisme adalah Amerika, dan sebagainya. Dan kita tentu juga paham, ada satu istilah yang bisa menghimpun semua kebobrokkan Amerika sekarang ini: ZIONISME.
Bukan kebetulan jika banyak tokoh-tokoh AKKBB merupakan orang-orang yang merelakan dirinya menjadi pelayan kepentingan Zionisme Internasional. Sebut saja Abdurrahman Wahid, ikon Ghoyim Zionis Indonesia. Lalu ada Ulil Abshar Abdala dan kawan-kawannya di JIL, lalu Goenawan Muhammad yang pada tahun 2006 menerima penghargaan Dan David Prize dan uang kontan senilai US$ 250, 000 di Tel Aviv (source: indolink.com), dan sejenisnya. Tidak terhitung berapa banyak anggota AKKBB yang telah mengunjungi Israel sambil menghujat gerakan Islam Indonesia di depan orang-orang Ziuonis Yahudi di sana.
Mereka ini memang bergerak dengan mengusung wacana demokrasi, HAM, anti kekerasan, pluralitas, keberagaman, dan sebagainya. Sesuatu yang absurd sesungguhnya karena donatur utama mereka, Amerika, terang-terangan menginjak-injak prinsip-prinsip ini di berbagai belahan dunia seperti di Palestina, Irak, Afghanistan, dan sebagainya.
Jelas, bukan sesuatu yang aneh jika kelompok seperti ini membela Ahmadiyah. Karena Ahmadiyah memang bagian dari mereka, bagian dari upaya pengrusakkan dan penghancuran agama Allah di muka bumi ini.
Bagi yang ingin mengetahui ideologi aliansi ini maka silakan mengklik situs-situs kelompok mereka seperti libforall.com, Islamlib.com. dan lainnya.
Walau demikian, tidak semua simpatisan maupun anggota AKKBB yang sebenarnya menyadari ‘The Hidden Agenda’ di balik AKKBB, karena agenda besar ini hanya diketahui oleh pucuk-pucuk pimpinan aliansi ini, sedangkan simpatisan maupun anggota di tingkat akar rumput kebanyakan hanya terikat secara emosionil kepada pimpinannya dan tidak berdasarkan pemahaman dan ilmu yang cukup.(bersambung/eramuslim.com)