JAKARTA (Arrahmah.com) – KOEPAS (Komite Pembela Ahlul Bait dan Sahabat) mengadakan acara seminar dengan tema “Membentengi umat dari penyimpangan Syiah” di gedung DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) Jakarta, Ahad (18/5/2014). Seminar sehari ini menghadirkan pemateri yang berjumlah 4 orang dari berbagai latar belakang.
Pemateri pertama adalah DR. Amirsyah Tambunan, MA selaku Wakil Sekjen MUI Pusat. Dia melakukan sosialisasi buku panduan MUI ‘Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia’ yang diterbitkan oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) Pusat beberapa waktu lalu.
Wakil Sekjen MUI Pusat itu mengatakan, penerbitan buku panduan tersebut adalah sebuah upaya dari MUI yang memiliki kewajiban untuk mengarahkan umat Islam agar tidak tersesat dan terjerumus kepada ajaran menyimpang Syiah.
“Sejak tahun 1984, MUI sudah mengeluarkan fatwa terlarangnya ajaran Syiah masuk ke Indonesia, dan buku ini menindak lanjuti fatwa tersebut yaitu agar umat tidak tersesat dengan mengikuti ajaran Syiah,” kata Amirsyah, lansir situs koepas.org.
Sementara pemateri kedua, Ketua Forum Da’i Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Habib Salim Al Muhdar, Lc. MA, menyampaikan data dan fakta Syiah yang berkembang di Indonesia. Menurutnya, klaim Syi’ah tentang pengikut dan madzhab Ahlul Bait adalah sebuah kedustaan belaka.
“Madzhab Ahlul Bait itu bohong, itu bikinan dan strategi mereka agar bisa diterima dikalangan Habaib dan masyarakat,” katanya.
Habib lulusan Universitas Islam Madinah ini tak menampik bahwa banyak Habaib yang condong atau bahkan menjadi Syiah.
“Di Jakarta ini, keluarga besar saya adalah Syiah, bahkan marga saya, Al Muhdar hampir 99,99 persen adalah Syiah,” ujarnya.
Meski demikian, Habib yang aktif mengisi kajian rutin di masjid Al Fattah Jatinegara ini menuturkan bahwa tidak setiap habib adalah Syiah.
“Tidak setiap Habib itu Syiah, kita harus berbaik sangka dulu, kami banyak yang Sunni bahkan ada pula yang Salafi,” terangnya.
Sementara pemateri ketiga, DR. Muinudinillah Basri, MA, Ketua Dewan Syariah Kota Surakarta, menyampaikan pola dan gerakan Syiah di Indonesia. Dia mengatakan, ajaran Syiah telah lama masuk di Indonesia, bahkan dulu di Keraton Surakarta ada kambing dan anjing diberi nama dengan nama Sahabat Nabi.
“Dulu di keraton Surakarta ada anjing dan kambing diberi nama Abu Bakar dan Umar,” kata ketua Dewan Syariah Surakarta ini.
Saat ini, kata Dr. Muin, ‘Syiah telah bergerak kesegala lini, mulai dari kepolisian, parlemen dan lembaga-lembaga penting lainnya.’
Dia menambahkan, bahkan Jalaludin Rakhmat aktif mengisi pengajian di Mabes Polri dan TNI AL. “Informasi yang saya dapat, Jalaludin Rakhmat sering mengisi pengajian di Mabes Polri, sehingga banyak orang-orang terpengaruh dengan ajaran Syiah, bahkan salah satu petinggi TNI AL sudah memeluk ajaran Syiah” ungkapnya.
Pemateri keempat, Ustadz Agus Tri Sundani, menyampaikan tentang strategi dan cara yang tepat menghadapi gerakan Syiah di Indonesia.
Menurut Koordinator Dakwah Khusus Majlis Tabligh PP Muhammadiyah ini, umat Islam harus diajarkan akidah dan pemahaman yang benar tentang Islam agar tidak terpengaruh dengan ajaran Syiah, karena masih banyak umat Islam yang memiliki keterbelakangan dalam masalah aqidah.
Diapun berharap agar dakwah atau sosialisasi kesesatan Syiah dilakukan dengan cara santun. “Banyak umat Islam terpedaya dan terpengaruh ajaran Syiah karena mereka tidak mengerti ajaran yang benar, dan kewajiban kita kepada mereka adalah melakukan dakwah dengan cara santun dan tidak menggunakan kata-kata kasar,” ujarnya.
Acara seminar yang di mulai pukul 08.45 ini berakhir pada pukul 14.30 WIB. Peserta seminar terdiri dari berbagai perwakilan Ormas, Yayasan Islam, DKM, Majlis Taklim, LDK dan lain-lain. (azm/arrahmah.com)