TEL AVIV (Arrahmah.com) – Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, mengklaim telah melonggarkan blokade Gaza sebelum pembantaian Freedom Flotilla terjadi, sebagaimana dikutip dalam Telegraph pada Jumat (4/6).
Kabar ini disampaikan bersamaan dengan terus meningkatnya kecaman internasional atas tindakan Israel yang melakukan penyerangan mematikan terhadap konvoi armada yang mengangkut bantuan untuk Gaza.
Netanyahu sebetulnya memberi kesempatan pada kapal-kapal itu untuk membawa barang ke Jalur Gaza, tetapi hanya setelah melewati pemeriksaan, lapor statsiun televisi Channel 10 dikutip Telegraph. Pemeriksaan itu dilakukan dengan dalih agar Israel bisa memastikan bahwa tidak ada senjata yang masuk Gaza.
Laporan tersebut seolah ingin membutikan bahwa Israel tidak bersalah atas serangan yang dilancarkan pada hari Senin lalu di perairan Mediterania tersebut.
Sementara itu pada hari Rabu sekretaris jenderal PBB, Ban Ki-moon, menuntut Israel mengangkat blokade secepat mungkin. Ban Ki-moon mengatakan blokade yang diberlakukan oleh negara Zionis terhadap wilayah Gaza sebagai kebijakan yang kontra-produktif dan fatal.
Dalam beberapa bulan terakhir, Ban secara konsisten mendesak Israel untuk mengangkat blokade dan mengizinkan PBB dan pasokan bantuan kemanusiaan lainnya tetap dikirim ke Gaza.
Usaha diplomatik antara empat pihak – Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat – yang menggagas perdamaian di Timur Tengah serta mempertegas perlunya meningkatkan situasi kemanusiaan di Gaza, ternyata tidak memberikan penyelesaian terhadap konflik yang terjadi di tanah Palestina.
Negara Yahudi itu mundur dari Gaza pada tahun 2005, tetapi terus-menerus menancapkan kontrolnya di seluruh tempat di Gaza, kecuali perbatasan Rafah, yang kini diawasi oleh Mesir.
Sejak tahun 2007, kehidupan Gaza telah ditopang oleh sebagian besar bantuan internasional dan penyelundupan barang melalui terowongan dari Mesir. (althaf/arrahmah.com)