(Arrahmah.com) – Umat Islam yang dipimpin Ormas dan para tokohnya mendesak untuk segera menangkap Ahok atas tuduhan pelecehan terhadap al Qur’an. Aksi Bela Islam I dan II sudah dilakukan.Ketika hukum bergerak lamban, aksi Bela Islam III atau dikenal Aksi 212 berencana digelar, secara mengejutkan tuduhan makar dilontarkan, hanya karena memprotes kasus pelecehan al Qur’an.
“Isu makar baca saja google, siapa yang ingin menjatuhkan pemerintah, jatuhkan Pak Jokowi, nah itulah dia. Enggak usah ngomongin ini lagi, baca saja di media, itu ada beberapa pihak yang katakan ‘kita akan duduki DPR’, itu inkonsitusional,” katanya usai acara Istighotzah Akbar di Masjid Agung Kota Tasikmalaya, Selasa (22/11) sebagaimana yang dilansir Republika.co.id.
Menanggapi tuduhan tersebut, sebagaimana yang diberitakan tempo.co bahwa Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat akan memanggil Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian terkait pernyataannya mengenai ada potensi makar dalam aksi demonstrasi pada Jumat, 25 November 2016.”Perlu penjelasan secara terbuka, apa alasan Kapolri membuat pernyataan seperti itu,” kata Wakil Ketua Komisi III DPR Benny K. Harman.Politikus Partai Demokrat itu mengaku kecewa dengan kinerja Kapolri yang melontarkan isu yang sangat berbahaya di tengah masyarakat tanpa dikaji terlebih dahulu kebenaran isu tersebut. Benny menilai kalau benar ada laporan intelijen maka sebaiknya dikaji terlebih dahulu secara matang, baru disampaikan kepada publik.”Karena pernyataan yang dikeluarkan tanpa di cek akurasinya, cenderung membuat politik dan ekonomi kita panik. Akibat pernyataan itu secara sosial menciptakan spekulasi di tengah masyarakat,” ujarnya.
Sorotan kritis
Sesungguhnya berbagai aksi protes yang dilakukan masyarakat dan permintaan mereka untuk mengadili Ahok ini menunjukkan dengan jelas kesadaran masyarakat tentang realitas dan pentingnya menjaga aqidah, di saat yang sama masyarakat mulai sadar bahwa mengungkap kebenaran resikonya adalah di bawah tekanan.Tuduhan keliru dan stereotip dilontarkan oleh sebagian pihak bahwa Aksi demi Aksi yang dilakukan umat Islam sebagai wujud kepedulian dan kesadaran, dicap ditunggangi kekuatan pro- ekstremisme dan (terorisme), tidak membuat mental masyarakat jatuh, tampaknya masyarakat sudah kebal.
Ingat, kepedulian umat Islam terhadap urusan agamanya sebagai modal untuk membangun peradaban tangguh, kuat, bangga dengan agamanya, dan mencari kemuliaan untuk bangsanya. Namun, keberhasilan semua rencana rezim pro liberalisasi hanyalah mimpi, sebab rakyat telah memiliki kesadaran yang terus bertambah, dan itu akan menjadi kekuatan mereka yang tidak terkalahkan, insya Allah.
Jangan lupa, protes demi protes juga telah dilakukan oleh berbagai elemen umat atas kebijakan zalim rezim neolib. Protes terbesar semisal Aksi 411 ataukah 212 nantinya, mengungkapkan betapa rezim telah mengabaikan perannya dalam menjaga martabat rakyat , yang diwajibkan oleh Islam, yang mewajibkan penguasa melakukan tindakan yang baik dan adil. Sementara rakyat telah melihat adanya ketidakadilan rezim yang terus-menerus dan janji-janji palsu yang meminggirkan dan melakukan tindakan tidak layak dalam menjaga kesejahteraan dan aqidah rakyat.
Umat semakin tahu siapa saja yang telah peduli terhadap umat, dan mereka menawarkan sesuatu yang berharga dan demi kehormatan dan kemuliaan mereka. Dan bahwa membela Islam bukanlah membela kejahatan atau tindak pidana, sebaliknya umat makin sadar siapa saja yang mengemban dakwah untuk Allah dengan tulus bagi Din-Nya; dengan memerintahkan yang ma’ruf, mencegah kemunkaran, dan mengatakan kebenaran dan tidak takut kecuali kepada Allah.
Hendaknya seluruh masyarakat agar jangan tertipu oleh remah-remah dan solusi tambal sulam yang ditawarkan pemerintah pro kapitalis maupun Barat. Karena itu hanyalah obat penenang dan pengalihan perhatian; tujuannya hanya untuk mengurangi sebagian rasa sakit selama beberapa waktu dan kemudian akan kembali sakit.
Tuduhan dan tekanan psikologis yang tersamar dalam pengungkapan kebenaran, membuktikan untuk ke sekian kalinya, bahwa kebebasan dan demokrasi di negeri-negeri Muslim lainnya, sangat konsern melindungi kepentingan Barat, bukan untuk umat. Bahkan di Barat sendiri, kebebasan dan demokrasi adalah dusta jika menyangkut kepentingan Islam dan kaum Muslim. Mereka bebas menghina Islam dan kaum Muslim. Sebaliknya, mereka menghalang-halangi kebebasan kaum Muslim untuk menjalankan keyakinan dan hukum agamanya. Larangan atas jilbab hanyalah secuil bukti betapa Barat dengan kebebasan dan demokrasinya hanyalah pembual.
Pemerintah Jokowi maupun negeri-negeri muslim lainnya perlu memahami jelas tentang kecintaan Muslim yang terus meningkat terhadap Dinul Islam sebagai ancaman bagi kepentingan ekonomi Barat di seluruh wilayah negeri muslim. Apakah tindakan-tindakan represif Baratdimana-mana, termasuyk intervensinya di Indonesia akan menghapuskan Islam atau menghentikan pertumbuhan dan kebangkitannya?Maka sungguh tertipu. Walaupun ditimpa kebijakan-kebijakan represif ratusan tahun pada masa kolonialisme, kaum Muslim Indonesia justru meningkatkan rasa cinta dan ketaatan mereka terhadap hukum-hukumNya.Jadi kami mengajak Anda untuk memegang teguh Din Islam, menjaga dari berbagai macam pelecehan, dan berjuang untuk mengembalikan Khilafah yang di sanalah kemuliaan din ini terjaga.
Umar Syarifudin (Syabab Hizbut Tahrior Indonesia)
(*/arrahmah.com)