Oleh: Ustadz Budi Ashari, Lc.
(Arrahmah.com) – Apakah kita bisa membaca zaman? Apakah disebut paranormal jika kita bisa membaca zaman? Seseorang bisa membaca zaman dengan syarat berpedoman pada wahyu, yang sumbernya dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Selain itu, kita juga bisa melihat dari teraplikasikannya sepanjang sejarah kebesaran Islam sehingga semuanya ini bisa menjadikan panduan untuk kita terhadap zaman terkait apa yang sebenarnya sedang terjadi, apa yang akan terjadi, dan yang terpenting apa yang harus kita siapkan dan kita lakukan.
Nabi Muhammad SAW telah menyampaikan dalam hadisnya yang ada di dalam Musnad Imam Ahmad tentang 5 fase zaman, kemudian di dalam hadits itu Nabi Muhammad membaginya secara berurutan sebagai berikut: Pertama, fase Kenabian. Kedua, fase khilafah ala minhajin nubuwwah. Ketiga, fase mulkan ‘adhon. Keempat, fase mulkan jabariyyah. Dan fase kelima, fase kebesaran muslimin yang menyerupai fase kedua, dan Nabi menyebutnya khilafah ala minhajin nubuwwah.
Fase pertama disebut fase kenabian, fase ini belangsung sampai wafatnya Rasulullah SAW pada tahun ke-11 H.
Fase kedua disebut fase khilafah ala minhaj nubuwwah, para pengganti Rasulullah yaitu khulafaur rasyidin, fase ini berakhir pada bulan rabiul awwal tahun ke-41 H dan ditutup dengan peristiwa ammul jama’ah (tahun persatuan umat muslimin).
Fase ketiga disebut mulkan ‘adhon (kerajaan yg menggigit), fase ini tidak disebut khilafah lagi tetapi sudah masuk sistem kerajaan (Mulk: kerajaan), fase ini bermula tahun 41 H (akhir khilaf minhajin nubuwwah), Nabi tidak menyebut berapa lamanya, fase ini berakhir pada kepemimpinan kaum muslimin tahun 1924 M ketika berakhirnya kekhalifahan pada masa Turki utsmani.
Fase keempat disebut Mulkan jabariyyah kerajaan memaksa atau kepemimpinan diktator (bertangan besi), kepemimpinan terserah pemimpin.
Fase kelima disebut fase kebesaran muslimin yang menyerupai dengan fase kedua, Nabi menyebutnya “khilafah ala minhaj nubuwwah”. Maksudnya, fase khilafah akan terwujud kembali.
Maka timbul pertanyaan, di fase mana kita berada?
Kita berada di fase keempat, yang dikuasi oleh yahudi. Dimana kepemimpinan terserah siapa yang memimpin. Yahudi sangat suka dengan sistem ini.
Saat ini kita hidup dengan sistem yahudi. Dimana hampir seluruh aspek dalam kehidupan kita, kita memakai gaya hidup orang yahudi.
Lantas, apa yang harus kita lakukan dan persiapkan di fase kepemimpinan diktator ini?
Apakah kita harus menyanyikan lagu kesedihan setiap hari? Atau hanya mampu berkata “kita susah hidup di zaman sekarang, zaman sudah rusak, moral rusak, teknologi rusak, tv rusak, semua rusak, atau haruskah kita ber-uzlah?
Jawaban paling baik adalah seharusnya kita berpikiran positif bahwa kita adalah hamba pilihan Allah untuk menghadirkan fase ke-5 yaitu fase kebesaran kaum muslimin (khilafah ala minhajin nubuwwah).
Maka, hari ini mari kita samakan, mari kita menyesuaikan diri dengan para sahabat dan tabi’in, memperbaiki diri dan mempersiapkan diri sehingga hadirnya khilafah kembali. Tidak mungkin kita mengikuti hukum yahudi untuk menegakkan khilafah. Jalannya berarti harus ala minhajin nubuwwah, bukan dengan jalan yahudi. Kalau ingin mencapai khilafah ala minhaj nubuwwah maka harus pakai jalan khilafah ala minhaj nubuwwah.
Sekarang tugas kita bukanlah “MENUNGGU” dan bukan menjadi “PENONTON”. Kita orangnya, maka mari kita menyesuaikan diri dengan konsep nabi SAW dengan mempersiapkan diri dan memperkaya ilmu .
Sumber: Youtube
(fath/arrahmah.com)