TEL AVIV (Arrahmah.com) – “Israel” mengirim senjata ke Azerbaijan di tengah pertempuran paling sengit antara Baku dan Armenia selama beberapa tahun terakhir, menurut pejabat dan sumber intelijen.
Pertempuran sengit antara pasukan Armenia dan Azerbaijan atas wilayah Nagorno-Karabakh berlanjut selama empat hari berturut-turut pada Rabu (30/9/2020), dengan pernyataan dari kedua belah pihak menunjukkan bahwa sengitnya konflik yang telah menewaskan puluhan orang sejak hari Ahad, tidak mendekati akhir.
Kedua belah pihak saling menuduh menggunakan pejuang asing dan tentara bayaran. Turki, yang secara terbuka mendukung Azerbaijan dan menyebut Armenia sebagai “ancaman terbesar bagi perdamaian” di kawasan itu, dilaporkan telah mengirim pejuang dari Suriah ke Baku, lansir AP.
Rusia, yang memiliki pangkalan militer di Armenia, dituduh mengirim pejuang untuk membantu menopang pasukan Armenia. Turki dan Rusia membantah ikut campur.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya dari Prancis Emmanuel Macron menyerukan gencatan senjata segera selama panggilan telepon Rabu malam.
Tetapi ketika pertempuran berkecamuk, semakin banyak negara yang terlibat untuk berbagai kepentingan politik dan strategis.
“Israel” telah menjadi salah satu penyedia utama senjata ke Azerbaijan meskipun Armenia secara resmi membuka kedutaan besar di Tel Aviv pada bulan ini.
“Israel” dan Azerbaijan memiliki perdagangan besar antara minyak dan senjata.
Selama akhir pekan, sumber intelijen AS mengatakan kepada Al Arabiya bahwa “Israel” mengirim pesawat penuh senjata ke Azerbaijan.
“‘Israel’ memasok senjata ke [Azerbaijan], dua penerbangan kargo dari ‘Israel’ telah mendarat di Baku hari ini,” kata sumber itu.
Ditanya tentang campur tangan Turki, sumber itu mengatakan “Azeri akan memiliki kekuatan militer di atas angin, kecuali Rusia melakukan sesuatu.”
“Pesawat tak berawak Turki itu tidak bisa dihentikan,” tambah sumber tersebut.
Sementara itu, Penasihat Kebijakan Luar Negeri Presiden Azerbaijan Hikmet Hajiyev mengatakan kepada Axios bahwa kerjasama pertahanan Baku dengan “Israel” bukanlah rahasia.
Hajiyev juga dilaporkan mengatakan bahwa Azerbaijan menggunakan drone kamikaze “Israel” dalam pertempuran Nagorno-Karabakh.
Mengenai drone Turki, pejabat Azeri berkata: “Jika Armenia takut dengan drone yang digunakan Azerbaijan, ia harus menghentikan pendudukannya.”
Presiden Prancis juga mengutuk komentar terbaru dari Turki dengan menyebutnya “sembrono dan berbahaya” dan mengatakan dia “sangat disibukkan oleh pesan-pesan perang dari Turki dalam beberapa jam terakhir.”
Armenia dan Azerbaijan telah terkunci selama beberapa dekade dalam konflik di wilayah tersebut, di mana perang separatis terjadi pada awal 1990-an hingga tiga tahun setelah pecahnya Uni Soviet. Area di Pegunungan Kaukasus seluas sekitar 4.400 kilometer persegi (1.700 mil persegi), kira-kira seukuran negara bagian Delaware AS, berjarak 50 kilometer (30 mil) dari perbatasan Armenia. (haninmazaya/arrahmah.com)