Oleh: Ustadz Irfan S. Awwas
Semakin lama rezim SBY berkuasa, ancaman kemiskinan, dekadensi moral, kriminalitas, dan tentu saja korupsi, semakin keras mendera kehidupan rakyat Indonesia. Segala retorika apologis yang dikemukakan penguasa, menghadapi kritik rakyat, justru disikapi dengan rasa muak dan sumpah serapah masyarakat. Bahkan sejumlah tokoh lintas agama, menyerukan tahun 2011 sebagai tahun perlawanan terhadap kebohongan penguasa.
Setelah terbukti pemerintahan SBY tidak efektif memberantas korupsi dan menyejahterakan kehidupan rakyatnya, bahkan sebaliknya memperpuruk kondisi negeri. Maka Indonesia sepanjang masa reformasi, seakan ditakdirkan nasib binasa dan nista. Dalam hal ini SBY telah menjadi penguasa dari rezim durjana yang digambarkan dalam Al-Qur’an:
“Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru manusia ke neraka dan di hari kiamat mereka tidak akan ditolong. Dan Kami ikutkanlah la’nat kepada mereka di dunia ini, dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orangyang dijauhkan dari rahmat Allah.” (Qs. Al-Qashas, 28:41-42).
Lahirnya pemimpin yang tidak becus mengurus negara, pejabat-pejabat yang rakus, tidak bermoral, mati rasa dan kesat hati, menjerumuskan rakyatnya kelembah nista dan teraniaya, merupakan tanggungjawab rakyat yang memilihnya. Dosa terbesar justru ditanggung oleh rakyat karena pemimpin durjana seperti itu lahir dari pilihan langsung oleh rakyat atas nama demokrasi.
Jika sekarang, penguasa yang mereka pilih, ternyata tidak peduli dengan nasib pemilihnya, lalu apa yang akan diperbuat? Bayangkan, apa yang ada diotak SBY, jajaran eksekutif dan juga legislatif. Ketika rakyatnya dalam kondisi sengsara, menderita gizi buruk, ditimpa bencana, hidup ditenda darurat, kekurangan gizi, langka air bersih. Para nelayan berhenti melaut karena badai, petani berhenti bertani karena gempa, tsunami, maupun lahar dingin merapa. Eeh, tiba-tiba SBY curhat, sudah tujuh tahun gajinya tidak dinaikkan. Sebelumnya ketua DPR RI Marzuki Ali ngotot membangun gedung mewah. Bahkan zalimnya mereka, usulan pengadaan mobil mewah bagi tamu penting DPRD DKI, juga disetujui untuk anggaran 2011.
Masya Allah, apa yang ada di otak mereka anngota wakil rakyat, dan apa yang bersemayam di hati Presiden SBY? Tidak ada rasa malu dan tak ada pula kesedihan menyaksikan derita rakyatnya. Sabda Nabi Saw, agaknya tepat bagi mereka. ” Idza lam tastahi’ fashna’ ma syi’ta (Jika rasa malu sudah tidak ada, maka berbuatlah sesukamu).”
Prilaku hedonistik, berfoya dalam kemewahan, gembira di atas penderitaan rakyat, adalah karakteristik pejabat negara RI, sehingga mereka tidak sungkan menjadi koruptor. Mereka diserahi amanah mengurus kepentingan rakyat, tapi malah menjarah harta rakyat. Benarlah mahfudzat yang menyatakan: “Hamiha haramiha, mereka penjaganya mereka pula malingnya.”
Ancaman kehancuran menghadang Indonesia masa depan, yang lebih dahsyat dengan apa yang menimpa sekarang. Apabila tidak ada perbaikan serta kesadaran obyektif rakyat Indonesia, maka Nasib bangsa Indonesia seperti digambarkan dalam wahyu Ilahy:
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati perintah Allah). Tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadap mereka ketentuan Allah. Niscaya Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Qs. Al-A’raf, 17:16).
Hari ini SBY minta naik gaji, gedung DPR dibangun dengan biaya 300 trilyun, dan DPRD DKI bertekad beli mobil mewah. Sedang kaum agamawan, kaum intelektual dan rakyat mayoritas mengoreksi dan menasihati penguasa, agar hidup hemat, sederhana. Jangan biarkan terus menerus rakyat hidup melarat, ternyata tidak digubris juga. Lalu, apa yang akan terjadi nanti?.
(Gambar: ilustrasi)