(Arrahmah.com) – Pasukan pimpinan AS-NATO di Afghanistan menjajah tanah Afghan dengan dalih memerangi “terorisme”. Faktanya, warga sipil Afghan lebih banyak menjadi korban atas serangan-serangan pasukan penjajah dan sekutu mereka. Menurut Mujahidin Imarah Islam Afghanistan (IIA), para penjajah melakukan tindakan terorisme dengan dalih memerangi “terorisme”, sebagaimana yang terjadi baru-baru ini di beberapa provinsi Afghanistan. Berikut penjabarannya yang diterjemahkan dari pernyataan resmi IIA yang dipublikasikan melalui situs resminya Al-Emarah:
**********
Belum lama ini pasukan penjajah asing dan sekutu bayaran mereka lagi-lagi melancarkan pemboman brutal di provinsi Zabul, Maidan Wardak, Takhar, Farah, Nangarhar dan Laghman serta beberapa daerah lainnya di Afghanistan. Sekitar seratus warga sipil telah gugur akibat pemboman ini yang mana sebagian besarnya adalah anak-anak, wanita. Lebih dari itu, tiga belas warga sipil juga telah gugur akibat pemboman terhadap sebuah proses pemakaman di distrik Urgun, provinsi Paktika, pada 13 Maret 2017. Beberapa foto tragedi tersebut telah muncul di social media.
Ini bukan pertama kalinya penjajah melakukan aksi brutal semacam itu. Mereka telah memiliki catatan pembunuhan brutal dan tindakan kekerasan terhadap warga sipil selama lima belas tahun terakhir. Sejak mereka (penjajah) melakukan tindakan yang keji atas nama “memerangi terorisme”, bisakah mereka menetapkan apa yang mengaitkan perempuan, anak-anak dan orang-orang tua denngan terorisme? Sayangnya, organisasi-organisasi yang mengklaim menjadi para pembela hak asasi manusia terus diam seperti biasa. Apakah mereka tidak melihat kekejaman dan kebrutalan para penjajah sebagai pelanggaran hak asasi manusia atau apakah mereka hanya menganggapnya sebagai pelanggaran hak asasi manusia saat hal itu merupakan kepentingan penjajah yang artinya itu merupakan semacam keterlibatan dalam kejahatan ini?
Bukanlah bagian dari terorisme jika para penjajah dan para sekutu lokal mereka menargetkan dan membunuh warga sipil atas nama Taliban di tempat-tempat kerja mereka, rumah dan ketika mereka tengah tertidur lelap? Atau dengan sengaja menghancurkan harta kekayaan rakyat seperti kebun dan sawah-sawah? Bagaimana hal ini dapat diterima bahwa para penjajah dan sekutu mereka yang datang dari ribuan kilometer jauhnya untuk mencap warga pribumi sebagai teroris dan membunuhi mereka, parahnya para pejabat boneka memberikan mereka medali penghargaan bagi para pembunuh ini? Kemanusiaan semacam apa ini? Pada kenyataannya, serangan-serangan [mereka] seperti itu menunjukkan sikap anti-Islam, anti-Afghan dan anti-kemanusiaan. Lebih dari itu, serangan-serangan demikian sekali lagi membuktikan klaim demokrasi dan hak asasi manusia mereka adalah palsu dan omong kosong.
Rakyat Muslim kita harus bangun dan bersatu berbagi tujuan bersama. Berapa lama tragedi kemanusiaan ini akan berlanjut di negara kita dengan dalih slogan-slogan palsu para penjajah sementara di sisi lain Muslim Afghan terus berguguran demi tujuan lemah imperialism?
Kami ingin memberitahu para penjajah bahwa jika kalian berpikir bahwa kalian akan sukses dalam menaklukan rakyat Afghan atau menjajah Afghanistan dengan melakukan pembantaian seperti itu, maka hal itu akan dicatat sebagai kesalah lain dan salah perhitungan pihak kalian. Lima belas tahun terakhir adalah contoh praktis bagi kalian dan orang-orang lokal bayaran kalian untuk belajar darinya. Inilah, reaksi kuat akibat berbagai penindasan dan penentuan untuk ketahanan peningkatan perlawanan lebih lanjut lagi. Sungguh, tindakan brutal semacam itu akan memberikan kekuatan lebih pada Jihad saat ini dan akan membawa kekalahan menghinakan bagi kalian di Afghanistan lebih dekat lagi, In syaaAllah.
Imarah Islam Afghanistan
(siraaj/arrahmah.com)