(Arrahmah.com) – Tafsir At Tanwir Juz 1 yang dikeluarkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam menguraikan tafsir Surat Al-Baqarah [2] ayat 62 mengemukakan hal yang menyesatkan yaitu memberikan gambaran kepada pembacanya bahwa seolah-olah Al-Qur’an tidak membeda-bedakan agama. Hal ini diketahui setelah pada halaman 289-290, sub judul: E. Balasan bagi Orang yang Beriman dan Beramal Saleh, setelah menuliskan teks ayat dan terjemahannya:
إِنَّٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱلَّذِينَ هَادُواْ وَٱلنَّصَٰرَىٰ وَٱلصَّٰبِِٔينَ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِٱلۡأٓخِرِ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا فَلَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ٦٢
- Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabi’in dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Kemudian pada halaman 292 memberikan uraian:
“Persoalannya, bagaimana Yahudi, Nasrani, Sabean dan Majusi itu beriman kepada Allah dan hari akhir serta beramal shalih. Hal ini penting karena ayat tersebut tidak membeda-bedakan agama. Apakah bersama itu mereka tetap berpegang sepenuhnya dengan ajaran kitab suci mereka? Hal ini rasanya mustahil. Ataukah mereka mengamalkan ajaran agama lama mereka sejauh tidak bertentangan dengan iman dan amal shalih?”
1. Bahwa anggapan penyusun buku tafsir tersebut ambivalen dan telah keluar dari konteks sebab turunnya ayat, sebagaimana dinukil oleh Ibnu Katsir dalam kitab Tafsirnya dari As-Sudi.
As-Sudi mengatakan bahwa firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabi‘in, siapa saja di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta beramal saleh… (Al-Baqarah [2]: 62) diturunkan berkenaan dengan teman-teman Salman Al-Farisi. Ketika ia sedang berbincang-bincang dengan Nabi Saw., lalu ia menyebutkan perihal teman-teman yang seagamanya di masa lalu, ia menceritakan kepada Nabi berita tentang mereka. Untuk itu ia mengatakan, “Mereka shalat, puasa, dan beriman kepadamu serta bersaksi bahwa kelak engkau akan diutus sebagai seorang nabi.” Setelah Salman selesai bicaranya yang mengandung pujian kepada mereka, maka Nabi Saw. bersabda kepadanya, “Hai Salman, mereka termasuk ahli neraka.” Maka hal ini terasa amat berat bagi Salman. Lalu Allah menurunkan ayat ini.
Iman orang-orang Yahudi itu ialah barang siapa yang berpegang kepada kitab Taurat dan sunnah Nabi Musa as., maka imannya diterima hingga Nabi Isa as. datang. Apabila Nabi Isa telah datang, sedangkan orang yang tadinya berpegang kepada kitab Taurat dan sunnah Nabi Musa as. tidak meninggalkannya dan tidak mau mengikut kepada syari’at Nabi Isa, maka ia termasuk orang yang binasa.
Iman orang-orang Nasrani ialah barang siapa yang berpegang kepada kitab Injil dari kalangan mereka dan syariat-syariat Nabi Isa, maka dia termasuk orang yang mukmin lagi diterima imannya hingga Nabi Muhammad Saw. datang. Barang siapa dari kalangan mereka yang tidak mau mengikut kepada Nabi Muhammad Saw. dan tidak mau meninggalkan sunnah Nabi Isa serta ajaran Injilnya sesudah Nabi Muhammad Saw. datang, maka dia termasuk orang yang binasa.
2. Bahwa Ayat 62 surah Al-Baqarah ini tidak ada kaitannya dengan ayat sebelum dan sesudahnya yang membicarakan tentang perilaku Bani Israil terhadap Nabi Musa. Oleh karena itu tidak dapat diambil kesimpulan bahwa ayat ini menanamkan pemahaman bahwa Al-Qur’an ini mengakui kebenaran agama Yahudi, Nasrani dan Sabi’in sepanjang masa sekalipun setelah Nabi saw. diutus membawa risalah kenabian akhir zaman. Pemahaman semacam ini bertentangan diametral dengan Firman Allah (QS. Al-Bayyinah: 1 – 6):
لَمۡ يَكُنِ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ وَٱلۡمُشۡرِكِينَ مُنفَكِّينَ حَتَّىٰ تَأۡتِيَهُمُ ٱلۡبَيِّنَةُ ١رَسُولٞ مِّنَ ٱللَّهِ يَتۡلُواْ صُحُفٗا مُّطَهَّرَةٗ ٢فِيهَا كُتُبٞ قَيِّمَةٞ ٣وَمَا تَفَرَّقَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَتۡهُمُ ٱلۡبَيِّنَةُ ٤وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ ٥إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ وَٱلۡمُشۡرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمۡ شَرُّ ٱلۡبَرِيَّةِ ٦
- Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata
- (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran)
- Di dalamnya terdapat (isi) Kitab-kitab yang lurus
- Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al-Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata
- Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus
- Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
3. Bahwa anggapan penyusun buku tafsir tersebut mengingkari keterangan Ibnu Abbas tentang maksud ayat ini yang dinukil dalam Tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Abbas berkata:
أنالله لا يقبل من أحد طريقة ولا عملا إلا ما كان موافقًا لشريعة محمد صلى الله عليه وسلم بعد أن بعثه [الله] بما بعثه به، فأما قبل ذلك فكل من اتبع الرسول في زمانه فهو على هدى وسبيل ونجاة، فاليهود أتباع موسى، عليه السلام، الذين كانوا يتحاكمون إلى التوراة في زمانهم
Allah tidak akan menerima suatu cara dan suatu perbuatan seseorang kecuali yang sesuai dengan syari’at Nabi Muhammad saw. sesudah beliau diutus membawa risalah yang diembannya. Adapun sebelum itu, setiap orang yang mengikuti Rasul di zamannya, dia berada dalam jalan petunjuk dan jalan keselamatan.Orang-orang Yahudi adalah pengikut Nabi Musa as., yaitu mereka yang berpegang kepada kitab Taurat di zamannya.
4. Bahwa Ayat 62 surah Al-Baqarah ini tergolong ayat mutasyabihat, sehingga pemaknaannya tidak boleh berdasarkan akal. Allah melarang memaknai ayat-ayat mutasyabihat berdasarkan akal. Allah berfirman dalam QS. Ali ‘Imran [3]: 7
هُوَ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ مِنۡهُ ءَايَٰتٞ مُّحۡكَمَٰتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلۡكِتَٰبِ وَأُخَرُ مُتَشَٰبِهَٰتٞۖ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمۡ زَيۡغٞ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَٰبَهَ مِنۡهُ ٱبۡتِغَآءَ ٱلۡفِتۡنَةِ وَٱبۡتِغَآءَ تَأۡوِيلِهِۦۖ وَمَايَعۡلَمُ تَأۡوِيلَهُۥٓ إِلَّا ٱللَّهُۗ وَٱلرَّٰسِخُونَ فِي ٱلۡعِلۡمِ يَقُولُونَ ءَامَنَّا بِهِۦ كُلّٞ مِّنۡ عِندِ رَبِّنَاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٧
Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur´an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta´wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta´wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
Pemaknaan yang dilakukan penulis tentang ayat 62 ini termasuk kategori mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari ta´wilnya.Orang yang menakwilkan (menerka-nerka makna) ayat-ayat mutasyabihat adalah orang yang tidak punya akal.Sikap semacam ini bertentangan dengan sikap seorang mukmin yang dengan tegas dijelaskan oleh Allah pada ayat itu juga: Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami“. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
Majelis Mujahidin, Jl. Karanglo No.94, Kotagede, Yogyakarta
(azmuttaqin/arrahmah.com)