(Arrahmah.com) – Tafsir At Tanwir Juz 1 yang dikeluarkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam menguraikan tafsir Surat Al Fatihah[1] ayat 7, penyusun buku Tafsir tersebut mengemukakan pemaknaan yang menyesatkan khususnya mengenai kalimat الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِم (al-maghdlubi ‘alaihim) dengan memaknainya sebaga i“memperbodoh masyarakat dan menyebabkan malas bekerja.“Dalam buku tersebut halaman.71 disebutkan:
“Dimaksudkan dengan “ghairil maghdlubi ‘laihim” غَيْرِالْمَغْضُوبِ عَلَيْهِم (bukan jalan mereka yang dimurkai), yaitu orang-orang yang telah disampaikan kepada mereka agama yang benar, yang disyari’atkan kepada hamba-hamba-Nya, tetapi mereka menolaknya dan membuangnya jauh-jauh, dan mengambil ajaran-ajaran peninggalan nenek moyang mereka secara taqlid, tanpa alasan yang benar, dan akhirnya mereka dikutuk dan dimasukkan ke dalam neraka Jahanam. Dengan demikian, jalan al-maghdlub ‘alaihim adalah kebalikan dari jalan yang memberi manfaat, ilmu dan kecerdasanserta kerja keras, yaitu jalan yang cenderung merusak, bertentangan dengan kebenaran ilmu dan logika, serta memperbodoh masyarakat dan menyebabkan malas bekerja.”
1. Bahwa penyusun tafsir yang memberikan uraian yang menyesatkan yaitu “jalan al-maghdlub ‘alaihim adalah kebalikan dari jalan yang memberi manfaat, ilmu dan kecerdasan serta kerja keras.”Sebab jika demikian halnya, maka menurut penyusun tafsir tersebut “orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka” (“alladziina an’amta ‘alaihim“) adalah “orang yang memberi manfaat, ilmu dan kecerdasan serta kerja keras.”Tafsir sedemikian ini di samping tidak memiliki dasar baik naqilyah (nash) maupun secara ‘aqliyah (akal), sama-sekali tidak berkaitan dengan akidah keagamaan dan bersifat sangat materialistik yang justru bertentangan dengan firman Allah (QS. Maryam [19]: 58
أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۧنَ مِن ذُرِّيَّةِ ءَادَمَ وَمِمَّنۡ حَمَلۡنَا مَعَ نُوحٖ وَمِن ذُرِّيَّةِ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡرَٰٓءِيلَ وَمِمَّنۡ هَدَيۡنَا وَٱجۡتَبَيۡنَآۚ إِذَا تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُ ٱلرَّحۡمَٰنِخَرُّواْۤ سُجَّدٗاۤ وَبُكِيّٗا۩ ٥٨
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.
2.Bahwa kalimat “yaitu jalan yang cenderung merusak, bertentangan dengan kebenaran ilmu dan logika, serta memperbodoh masyarakat dan menyebabkan malas bekerja” sebagai penjelasan kata “jalan al-maghdlub ‘alaihim” adalah salah dan menyesatkan karena hanya bersifat materialistik, tanpa ada kaitkannya dengan akidah keagamaan. Sebab Rasulullah saw. menjelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad:
عَنْ رَجُلٍ مِنْ بُلْقِينَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ هَؤُلَاءِ قَالَ هَؤُلَاءِ الْمَغْضُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَشَارَ إِلَى الْيَهُودِ قَالَ فَمَنْ هَؤُلَاءِ قَالَ هَؤُلَاءِ الضَّالِّينَ يَعْنِي النَّصَارَى قَالَ وَجَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ اسْتُشْهِدَ مَوْلَاكَ أَوْ قَالَ غُلَامُكَ فُلَانٌ فَقَالَ بَلْ يُجَرُّ إِلَى النَّارِ فِي عَبَاءَةٍ غَلَّهَا
Seseorang dari Bulqin bertanya kepada Rasulullah saw.,: “Siapakah golongan yang dimurkai itu?” Nabi saw. menunjuk kepada golongan Yahudi. Lalu orang itu bertanya, “Siapakah golongan yang sesat itu?” Nabi saw. menjawab: “Kaum Nasrani.” Lalu ada orang lain datang kepada Nabi saw. lalu beliau berkata: “Apakah bekas budakmu, atau pelayanmu si Fulan dianggap mati syahid?” Tidak, dia dimasukkan ke dalam neraka karena menggelapkan sehelai jubah. (HR. Ahmad)
Pemaknaan ayat Al-Qur’an sebagaimana uraian dalam buku Tafsir At-Tanwir yang menyalahi penjelasan Nabi SAW ini menyesatkan masyarakat pembacanya.
Majelis Mujahidin, Jl. Karanglo No.94, Kotagede, Yogyakarta.
(azmuttaqin/arrahmah.com)