JAKARTA (Arrahmah.com) – Akhir-akhir ini di media ramai pemberitaan tentang orang hilang yang ujung-ujungnya menuding NII sebagai biang keladi. Salah satu media bahkan dengan ekslusif membahas tentang metode hipnotis dan cuci otak yang digunakan dalam perekrutan.
Seperti yang ditulis oleh Metrotvnews.com pada hari Kamis (21/4/2011), “Tujuh dari sembilan mahasiswa Universitas Muhamadiyah Malang yang menjadi korban penipuan berkedok Negara Islam Indonesia (NII) saat ini menjalani proses rehabilitasi oleh pihak kampus.”
Dalam berita lain di hari yang sama, metrotvnews.com juga menuliskan, “Syaefudin yang tinggal di Jakarta telah kehilangan empat anak perempuannya sejak 2008 lalu. Proses menghilang keempat putrinya itu, terjadi satu per satu. Menurut Syaefudin, keempat anaknya hilang diduga terkait indoktrinasi jaringan NII.
Selain itu, Syaefudin juga menyebutkan ada perubahan pada anak-anaknya, setelah terindoktrinasi NII. Ketika sempat kembali ke rumah, menurutnya pakaian anaknya menjadi bercadar dan kepada orang tua pun tidak hormat lagi”.
Terlepas dari benar tidaknya berita di atas, mari kita berpikir terbuka. Banyak sekali jama’ah-jam’ah Islam. Banyak juga kaum muslimah di Indonesia yang sekarang dengan sadar dan suka rela mengenakan hijab (baca: cadar) setelah memahami islam.
NII sama dengan NII KW 9?
Namun media sepertinya menggiring masyarakat untuk selalu berwaspada pada wanita bercadar dan gerakan-gerakan yang menyeru pada kemurnian Islam. Lagipula, setelah Arrahmah menelisik lebih dalam, gerakan NII yang menggunakan cara perekrutan aneh dan neko-neko itu adalah NII KW 9. NII KW 9 pada dasarnya bukanlah bagian dari NII apalagi bagian dari ummat Islam.
Dari berbagai sumber disebutkan bahwa NII KW 9 tidak mewajibkan anggotanya sholat, puasa, dan memberlakukan pembayaran denda untuk penebusan dosa jika anggotanya berbuat maksiat sekalipun jenis maksiatnya sekaliber zina. Islam mana yang mengajarkan demikian? Kalau saja masyarakat paham ajaran Islam dengan baik dan benar tentu tidaklah mungkin ummat ini gampang ditipu daya dengan ajaran murahan semacam yang dianut NII KW 9.
Hal ini bisa dibaca dari banyak sumber seperti www.nii-alzaytun.blogspot.com, www.niikw9.blogspot.com, yang merupakan dua situs yang mewakili puluhan situs yang dibuat oleh mantan anggota NII kw9. Bahkan ada situs resmi yang bertujuan meng-counter, memberi edukasi dan pemahaman pada masyarakat tentang kesesatan NII KW 9 yang bisa dilihat di www.nii-crisis-center.com.
Namun pada faktanya, media menyajikan berita hanya dengan menyebutkan NII, tidak ada penjelasan di dalamnya bahwa gerakan aneh tersebut dilakukan oleh NII KW 9. NII KW 9 hanya sebuah gerakan yang dibentuk oleh oknum-oknum untuk memperburuk citra Islam, menggiring masyarakat pada opini bahwa “gerakan islam dengan wanita bercadar patut diwaspadai dan dicurigai”.
Melalui VIVAnews.com Pembantu Rektor II IAIN Sunan Ampel, Surabaya, Prof Dr. Abdul A’la, Surabaya, Kamis (21/4) mengatakan, “Yang pasti, cuci otak NII bukan merupakan gerakan Islam. NII itu gerakan politik yang ujung-ujungnya pada kekuasaan,”
Kaum muslimin sekarang seharusnya sadar akan perlunya menganalisa berita yang disajikan oleh media, baik media massa maupun media elektronik. Banyak info dan berita-berita disajikan tidak proporsional. Untuk itulah diperlukan kesadaran ummat untuk selalu mewaspadai setiap opini yang datang. Karena meskipun kita hidup di negara yang mayoritas penduduknya muslim, toh pemerintahannya tidak selalu memihak ummat apalagi bertujuan untuk membenahi ummat sesuai dengan aturan Islam.
Banyak kaum Muslimin yang memusuhi saudaranya sendiri karena perbedaan aliran. Ketika diberi ilmu tentang kemurnian Islam, mereka menyebut dengan kata-kata berkonotasi negatif, seperti kaum fundamentalis, kaum ekstrimis, militan, bahkan teroris. Untuk itulah diperlukan pemahaman kepada masyarakat tentang islam yang benar, karena kebanyakan orang-orang yang gampang tertipu adalah mereka yang tidak faham ajaran Islam.
Sementara kelompok-kelompok dari agama lain seperti zionis dan lembaga yang mengusung liberalisme, humanisme yang menafikan aturan Allah dielu-elukan dan didengar perkataannya. Berapa banyak berita dan laporan yang ditulis oleh Internatioanl Crisis Group (ICG) yang dibiayai oleh kaum Zionis didengar dan diamini tanpa berkeinginan untuk mengalisis kebenarannya.
Mungkinkah kaum terpelajar kita yang mengusai kursi media dan pengamat media yang berpendidikan lupa, bahwa Media pun bisa disetir. Tak ada media yang benar-benar merdeka dalam mengusung opini. Kalau tidak berporos pada Allah, ya mengabdi untuk kepentingan Dajjal. Dimanakah kita meletakkan posisi sebagai konsumen berita? Kearah mana kita rela dibawa? Selamat memilih. (m1/arrahmah.com)