ANKARA (Arrahmah.com) – Serangan terhadap kedutaan AS di ibu kota Turki Ankara pada Senin pagi (20/8/2018) adalah provokasi gerakan Gulen, surat kabar Güneş yang pro-pemerintah melaporkan pada Kamis (23/8).
Dua tersangka, Ahmet Çelikten dan Osman Gündaş, ditahan setelah tembakan dilepaskan ke kedutaan dari sebuah kendaraan.
“Kami frustrasi oleh kenaikan dolar dan pernyataan oleh presiden AS baru-baru ini, itulah mengapa saya melakukannya,” kata Ahmet Çelikten kepada polisi.
Sejumlah posting di media sosial dari tahanan lainnya, Osman Gündeş, menunjukkan hubungannya dengan gerakan Gulen, klaim Güneş.
Gerakan Gulen adalah kelompok agama yang dituduh pemerintah Turki mendalangi upaya kudeta yang gagal pada tahun 2016 dan menyebutnya Organisasi Teror Fethullahis (FETO).
Pemimpin gerakan, Fethullah Gülen, bersama dengan sejumlah besar pengikutnya, hidup di pengasingan di Amerika Serikat. Ekstradisi Fethullah Gulen telah menjadi sumber ketegangan antara Turki dan Amerika Serikat sejak upaya kudeta.
“Polisi mulai menyelidiki ponsel dan akun media sosial dari dua orang ini, yang mengklaim bahwa mereka tidak memiliki hubungan dengan organisasi teroris. Hubungan mereka dengan FETO, yang mendapat dukungan penuh dari Badan Intelijen Pusat AS (CIA), ditemukan melalui serangan provokatif, dan memiliki waktu serangan yang mencurigakan,” kata surat kabar Güneş.
Menurut surat kabar tersebut, kaum Gulen menyerang misi diplomatik dengan tujuan memperdalam pertikaian diplomatik baru-baru ini antara Amerika Serikat dan Turki selama hampir dua tahun penahanan Pendeta AS, Andrew Brunson.
Brunson menghadapi hukuman seumur hidup di Turki karena diduga menjadi anggota organisasi teroris termasuk gerakan Gulen. (Althaf/arrahmah.com)