QUETTA (Arrahmah.com) – Menurut koresponden harian Dawn Pakistan dari kota Quetta mengutip pernyataan saksi mata, pembunuhan terhadap lima warga Eropa tak bersenjata dilakukan oleh seorang polisi. Para korban tidak melakukan perlawanan bahkan memberikan aba-aba “menyerah”.
Tubuh dua laki-laki dan tiga perempuan ditemukan pada Rabu (18/5/2011) di pos pemeriksaan perbatasan yang dikelilingi oleh kawat berduri.
Menurut pejabat yang mencoba mengoreksi TKP, “para tersangka” telah pergi ke pos pemeriksaan untuk berlindun atau diduga untuk menyerah ketika mereka melihat personil kepolisian dengan senjata berat berlari ke Kili Khezi setelah menerima pesan nirkabel dari sebuah pos polisi di Jalan Bandara tentang masuknya orang asing yang “dicurigai”.
Menurut sumber, orang Eropa telah menyewa kendaraan di Kuchlak untuk datang ke Quetta dengan bantuan dua orang setempat. Mereka telah melewasti dua pos polisi, namun polisi tetap dikerahkan di pos ketiga, seorang dari mereka menyuruh mereka ke kantor polisi di dekat bandara.
Sementara dalam perjalanan ke kantor polisi, orang-orang lokal dan supir secara paksa diturunkan oleh polisi yang mendampingi mereka dan melesat pergi. Setelah beberapa waktu, supir, Ataullah, menghentikan kendaraan dan menolak untuk membawa mereka ke Quetta.
Warga Chechnya turun dari kendaraan, ditawarkan sholat di sebuah masjid Kili Khezi dan meminta penduduk setempat untuk membimbing mereka ke alamat tersebut.
Tiba-tiba mereka menemukan diri mereka dikelilingi oleh personil kepolisian dan korps perbatasan. Para warga Chechnya yang ketakutan pindah ke pos terdekat, pos FC nampaknya untuk mengungsi atau menyerah.
“Mereka mengangkat tangan mereka sebagai tanda menyerah, tetapi kepolisian boneka Pakistan tanpa pandang bulu menembaki mereka,” ujar saksi, Irfan Khan.
Sebuah saluran TV lokal menyiarkan tembakan oleh petugas keamanan dan seorang wanita yang terluka melambaikan tangannya dan meminta mereka untuk berhenti menembak (lihat foto).
“Penyelidikan tengah berjalan berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari beberapa ponsel dan buku harian,” ujar kepala polisi Quetta, Daud Junejo kepada Dawn pada Rabu malam.
Dia menegaskan bahwa warga Cechnya yang dibunuh polisi bersenjata dan telah melemparkan granat di pos pemeriksaan itu. Namun tidak ada perjabat lain dari badan keamanan yang terlibat dalam peristiwa tersebut bersedia berkomentar.
Orang-orang yang menyaksikan tindakan aparat penegak hukum penyatakan keraguan terhadap klaim polisi, mereka bersaksi bahwa tidak ada rompi martir, granat atau senjata lain yang ditemukan di tubuh jenazah.
“Saya tidak melihat jaket martir atau bom terikat di bagian tubuh,” ujar seorang wartawan senior yang berada di tempat pada saat insiden terjadi.
Seorang petugas polisi senior yang mencari-cari jenazah korban juga mengatakan bahkan pisau pun tidak ditemukan.
“Hanya lima paspor yang ditemukan di saku mereka,” tambahnya.
Laporan dari pejabat FC dan kepolisian bertentangan juga. Polisi mengatakan orang Chechnya membawa jaket martir, sementara pejabat FC mengatakan bahwa granat terdapat di tangan mereka.
Pertanyaan lain yang bergema di Quetta adalah mengapa mereka tidak ditahan ketika mereka telah terluka.
“Mereka bisa saja ditangkap hidup-hidup karena mereka tidak bersenjata,” ujar seorang petugas keamanan.
Ia mengatakan para tersangka bisa memberikan informasi yang bermanfaat.
Petugas itu mengatakan dia yakin bahwa aparat keamanan melepaskan tembakan karena takut bahwa para tersangka mungkin telah mengenakan rompi martir.
Pasukan keamanan mengklaim bahwa mereka memiliki informasi tentang kedatangan “teroris” yang bermaksud untuk melakukan serangan syahid, namun gagal untuk menjelaskan bagaimana para tersangka berhasil mencapai Kuchlak, dekat ibukota provinsi. (haninmazaya/arrahmah.com)