JAKARTA (Arrahmah.com) – Berita foto mujahidin Rohingya dengan judul “Hadiah Ramadhan Al-Mubarak: Foto Eksklusif Mujahidin Rohingya, Tiada jawaban kecuali dengan Jihad!” pada Rabu, 2 Ramadhan 1434 H / 10 Juli 2013 07:2 yang dipublikasikan secara eksklusif oleh situs arrahmah.com menuai banyak komentar pada situs-situs asing internasional berbahasa Inggris dan Burma.
Ada yang mencibir bahwa itu adalah tipuan dan trik media, seperti yang diungkapkan pejabat militer Myanmar. Namun di sisi lain hal ini membuat ketar-ketir rezim militer Myanmar, sehingga mereka menurunkan tim investigasinya.
Redaksi arrahmah.com memantau lebih dari 4 situs asing yang menanggapi pemberitaan tersebut, di antranya democracy forburma, the daily star, globalspot.com, irrawady.org, bt.com dan radio ABC Australia menanggapi cukup serius pemberitaan arrahmah.com
Tha Tha Maung seorang warga kota Maungdaw di negara bagian Rakhine membenarkan keberadaan RSO. Dia mengatakan kepada The Daily Star bahwa Rohingya Solidarity Organisation (RSO) adalah sebuah wujud keprihatinan bagi masyarakat lokal serta mengancam bagi pemerintah.
“RSO didirikan pada tahun 1982 dan menjadi lebih kuat setelah tahun 1988. Pada tanggal 13 Maret 1988 berusaha untuk menempati seluruh kota Maungdaw. RSO dan elemen bawah tanah telah meledakkan sembilan bom. Ada juga dua bom yang belum meledak. Anggota RSO dilatih oleh Thaliban di Afghanistan. Kami juga mendengar kursus pelatihan yang dilakukan di empat pos-pos RSO di bagian tenggara Bangladesh, “kata warga setempat Tha Tha Maung.
“RSO juga berinvestasi di Myanmar, dilaporkan memberikan pelatihan kepada Bengali. Sekarang hampir terbentuk persaudaraan dengan Bengali, persoalan menjadi rumit kita tidak bisa membedakan mereka. Ini adalah keprihatinan bagi masyarakat dan pemerintah. Pasukan keamanan pemerintah gagal untuk mengungkap masalah ini, “tambahnya.
Anggota RSO, tulis Daily, dilaporkan telah dilatih di Asia Timur. Pasukan imigrasi perbatasan, polisi dan militer terus bekerja untuk keamanan perbatasan. Perpanjangan pagar perbatasan antara Myanmar dan Bangladesh untuk sementara ditangguhkan karena musim hujan.
Situs democracyforburma menurunkan tulisan dengan judul bombastis ‘Banglades Siap Siaga khawatir akan serbuan Mujahidin ke Arakan’ menulis bahwa pada kunjungan mereka (tokoh RSO red) ke Jakarta akhir bulan lalu, para pemimpin Rohingya bersilaturahim kepada beberapa kelompok Islam seperti Majelis Mujahidin Indonesia, Forum Umat Islam dan Front Pembela Islam.
Pengamat intelejen Harry Purwanto mengatakan kepada The Straits Times bahwa pilihan bisa karena kelompok-kelompok ini telah paling bersimpati dengan perjuangan mereka, bahkan mengancam untuk menyerang kepentingan Myanmar di Indonesia.
Sedang analis terorisme Rohan Gunaratna mengatakan kepada The Straits Times bahwa kelompok Rohingya ekstremis menghidupkan kembali hubungan regional lantaran mereka tidak pernah memiliki banyak dukungan di rumah (dalam negeri).
Bahkan direktur Crisis Centre Asia Tenggara Sidney Jones, mengatakan dalam wawancara dengan Radio ABC bahwa pemerintah Myanmar harus mengakui Rohingya sebagai warga negara Myanmar.
Ketika ditanyakan kepadanya apakah anda melihat tanda-tanda bahwa pemerintah Myanmar mendengarkan pesan semacam ini?
Jones mengatakan: “Ada tampaknya, tidak akan ada langkah-langkah baru yang diambil melainkan menunjukkan bahwa setiap perubahan besar kebijakan sedang berlangsung, karena kebijakan yang paling penting yang pemerintah perlu lakukan adalah mengakui Rohinyga sebagai warga Myanmar, bukan hanya sebagai seorang imigran kelompok, sebagaimana pemerintah menyebut mereka sekarang. Sampai adanya pengakuan, selain itu tidak bisa diharapkan adanya perlindungan terhadap minoritas Arakan sebagai suatu bangsa.”
(azmuttaqin/arrahmah.com)