CHICAGO (Arrahmah.id) — Jaringan makanan cepat saji terbesar di dunia, McDonald’s gagal memenuhi target penjualannya untuk kuartal keempat tahun 2023, didorong oleh sentimen boikot karena dianggap sebagai pendukung utama Zionis Israel, ungkap BBC (6/2/2024).
Ini adalah pertama kalinya McDonald’s gagal memenuhi target penjualannya dalam hampir empat tahun terakhir karena buruknya perkembangan divisi bisnis internasionalnya.
CEO McDonald’s Chris Kempczinski mengatakan hari Senin bahwa agresi Israel telah memberikan dampak yang “mengecewakan” terhadap penjualan di negara-negara Timur Tengah dan negara-negara mayoritas Muslim lainnya seperti Malaysia dan Indonesia.
Menurut perusahaan tersebut, Agresi Israel ke Gaza berdampak besar pada kinerjanya di beberapa pasar luar negeri pada kuartal keempat tahun 2023.
“Selama konflik ini, perang ini, masih berlangsung… kami tidak mengharapkan adanya perbaikan yang signifikan dalam hal ini,” kata Kempczinski dikutip Al Jazeera (6/2).
“Ini adalah tragedi kemanusiaan, apa yang terjadi, dan menurut saya hal itu membebani merek seperti kami,” katanya.
Pertumbuhan penjualan divisi rantai makanan cepat saji untuk Timur Tengah, Tiongkok dan India selama Oktober-Desember mencapai 0,7 persen – jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 5,5 persen.
Sementara di sejumlah cabang McDonald’s termasuk Timur Tengah, Tiongkok, dan India, pertumbuhan penjualan sebesar 0,7 persen selama periode tersebut, jauh di bawah target yang ditetapkan.
Penjualan global secara keseluruhan meningkat kurang dari empat persen pada periode yang sama, turun dari 8,8 persen yang tercatat pada kuartal sebelumnya.
Menurut McDonald’s, kampanye boikot tersebut berasal dari kesalahpahaman terhadap waralaba.
“Selama perang ini (Israel-Gaza) berlanjut, kami tidak mengharapkan adanya pemulihan yang signifikan bagi pasar tersebut,” ujar Chris.
Bisnis McDonald’s bergantung pada sistem waralaba di mana ribuan perusahaan swasta beroperasi dan memiliki sebagian besar dari lebih dari 40.000 gerainya di seluruh dunia.
Perusahaan tersebut menuai kritik setelah waralabanya yang berbasis di Israel mengatakan telah memberikan ribuan makanan gratis kepada tentara Israel.
Perkembangan tersebut memicu boikot besar-besaran di negara-negara mayoritas Muslim seperti Kuwait dan Pakistan.
McDonald’s adalah salah satu dari sejumlah merek Barat yang terkena boikot karena dianggap mendukung Israel. Pekan lalu, jaringan kafe Starbucks memangkas perkiraan penjualan tahunannya karena kemerosotan bisnis di Timur Tengah.
Meskipun kondisinya lesu di negara-negara Muslim, McDonald’s membukukan hasil yang relatif kuat secara keseluruhan, dengan penjualan global tumbuh 3,4 persen, dibandingkan dengan 8,8 persen pada kuartal sebelumnya.
“Kami tetap yakin dengan ketahanan bisnis kami di tengah tantangan makro yang akan terus berlanjut pada tahun 2024,” kata Kempczinski (hanoum/arrahmah.id)