KABUL (Arrahmah.com) – Dalam waktu 24 jam setelah kebocoran hasil assessmentnya di Afghanistan oleh The Washington Post, LongWarJournal edisi Senin (21/9) merilis kabar bahwa tim Jenderal Stanley McChrystal mengancam administrasi Obama dengan pengunduran diri.
Menurut McClatchy, perwira militer dekat dengan Jenderal McChrystal mengatakan bahwa dirinya siap untuk mengundurkan diri jika ia tidak diberikan sumber daya yang cukup (baca: tentara) untuk melaksanakan misi di Afghanistan.
Mereka mengklaim bahwa strategi yang dilakukan oleh militer Amerika Serikat di Afghanistan sama sekali berbeda daripada strategi yang mereka lakukan di Irak.
Untuk Afghanistan, keputusan untuk melakukan perubahan bermula pada bulan Maret, ketika Bruce Reidel ditugaskan untuk menilai situasi. Penugasan ini menyebabkan para pakar menilai bahwa Reidel tengah melakukan assessment bukan hanya terhadap Afghanistan, tapi juga terhadap Pakistan, atau lebih dikenal dengan AfPak Assessment.
Kemudian, pada bulan Mei, Jenderal David McKiernan dipecat dan digantikan oleh Jenderal McChrystal, yang mengambil posisi secara sah pada bulan Juni. Assessment yang telah dilakukan McChrystal ternyata mengejutkan Obama di akhir bulan Agustus, hampir tiga bulan setelah ia mengambil alih komando. Namun di paruh terakhir September, keputusan pasukan tambahan belum diserahkan kepada pemerintah.
Berbeda dengan Irak pada musim gugur 2006. Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld dipecat hanya sehari setelah pemilu pada awal Novemebr. Rencana Keane-Kagan bagi Irak diajukan kepada Presiden Bush tak lama setelah itu, termasuk kedua penilaian situasi dan tindakan yang direkomendasikan, termasuk rekomendasikan untuk menambah jumlah pasukan yang akan dikerahkan untuk ‘menangani situasi Irak’.
Jenderal David Petraeus menggantikan Jenderal George Casey pada awal bulan Februari 2007; strategi tersebut mendapatkan tempatnya, pasukan pun dikerahkan untuk menyebar di Irak, dan komandan di medan tempur pun mempersiapkan dan melaksanakan perintah yang baru. Strategi pertama kalinya dilaksanakan di Irak mulai bulan Maret.
Sedangkan hingga saat ini, pemerintah Amerika Serikat terus menggodog dan membahas apakah penambahan pasukan di Afghanistan akan dilakukan ataukah sebaliknya, dan bahkan timbul pertanyaan mengenai komitmen menuju keberhasilan di Afghanistan, akankah tercapai atau gagal.
Bocornya hasil penilaian McChrystal serta rencana pengunduran diri jika ia tidak diberikan apa yang ia butuhkan di Afghanistan diklaim sebagai reaksi publik yang cukup umum terhadap gelombang kebijakan pemerintahan Amerika Serikat di Afghanistan yang dinilai oleh militernya tidak konsisten karena menginginkan kesuksesan tetapi mengulur-ulur pemberian sumber daya yang memadai. (althaf/longwar/arrahmah.com)