RIYADH (Arrahmah.id) — Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) bertemu di ibu kota Arab Saudi, Riyadh pada Selasa (27/8/2024) untuk membahas situasi di Gaza.
Presiden Abbas tiba pada Senin (26/8) dalam sebuah kunjungan yang tidak diumumkan sebelumnya, menurut kantor berita resmi Palestina, WAFA (28/8).
Dalam diskusi mereka, Abbas dan MBS meninjau perkembangan terbaru di wilayah pendudukan Palestina dan kawasan sekitarnya.
Mereka membahas upaya Palestina dan Arab untuk menghentikan agresi Israel yang terus berlanjut terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem, kata kantor berita tersebut.
Presiden Abbas memperingatkan bahaya yang ditimbulkan oleh pernyataan dan tindakan Israel terkait situs-situs suci Islam dan Kristen, khususnya pernyataan kepala otoritas keamanan Israel dari sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, tentang rencana pembangunan sinagog di Masjid Al-Aqsa, lapor WAFA.
Abbas juga memaparkan rencananya kepada MBS untuk mengunjungi Gaza bersama anggota kepemimpinan Palestina.
Kunjungan ke Gaza itu menurut Abbas bertujuan untuk “menghentikan genosida terhadap rakyat kami, memastikan penarikan pasukan pendudukan Israel dari seluruh Jalur Gaza, dan menegaskan bahwa Negara Palestina memiliki kedaulatan penuh atas seluruh tanah Palestina, termasuk Gaza dan Tepi Barat.”
Pada pertengahan Agustus, Abbas menyatakan niatnya di hadapan parlemen Turki untuk mengunjungi Gaza, dan mendesak Dewan Keamanan PBB serta komunitas internasional untuk mendukung kunjungan tersebut.
Menurut WAFA, kedua pemimpin juga menyoroti pentingnya aksi politik oleh Komite Menteri yang diberi mandat oleh KTT Luar Biasa Gabungan Arab-Islam dan dipimpin oleh Arab Saudi untuk mendapatkan pengakuan lebih lanjut atas Negara Palestina dan memperoleh keanggotaan penuh di PBB.
MBS menegaskan kembali sikap tak tergoyahkan Arab Saudi dalam mendukung rakyat Palestina dan hak-hak sah mereka berdasarkan hukum internasional, tambah kantor berita tersebut.
Israel terus melanjutkan serbuan brutalnya di Jalur Gaza setelah aksi kelompok Hamas Palestina pada 7 Oktober tahun lalu, meski ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Serbuan Israel di Jalur Gaza telah menyebabkan hampir 40.500 kematian warga Palestina, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, serta lebih dari 93.500 luka-luka, demikian menurut otoritas kesehatan setempat.
Blokade yang terus berlangsung di Gaza telah menyebabkan kekurangan pangan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, meninggalkan sebagian besar wilayah tersebut dalam kehancuran.
Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di kota Rafah bagian selatan, di mana lebih dari satu juta warga Palestina telah mencari perlindungan sebelum daerah tersebut diserang pada 6 Mei. (hanoum/arrahmah.id)