RIYADH (Arrahmah.com) – Pernyataan salah satu badan agama terkemuka Arab Saudi baru-baru ini yang memasukkan Ikhwanul Muslimin ke dalam daftar teroris, disinyalir merupakan keputusan politik yang dibuat berdasarkan perintah dari Putra Mahkota Mohammad bin Salman (MBS), kata seorang ahli.
Ismail Numan Telci, seorang profesor di Universitas Sakarya dan wakil presiden di Pusat Studi Timur Tengah (ORSAM), mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa MBS telah mengambil alih sebagian besar kendali di Dewan Cendekiawan Senior (CSS), salah satu pilar terpenting di negara Arab Saudi.
“Keputusan CSS baru-baru ini menunjukkan bahwa Mohammad bin Salman sekarang dapat menggunakan lembaga keagamaan ini untuk membuat keputusan yang sejalan dengan tujuan politiknya,” kata Telci.
Telci juga menggaris bawahi bahwa CSS bukan lagi lembaga yang sah, karena banyak anggotanya yang telah dijebloskan ke penjara dan diganti oleh mereka, yang bekerja langsung di bawah perintah MBS.
Dalam keadaan normal, tidak mungkin Dewan Cendekiawan Senior, yang merupakan badan agama tertinggi di negara Saudi, untuk mengambil keputusan yang menentang Ikhwanul Muslimin, yang memiliki banyak pendukung di dunia Muslim.
Menurut Telci, hasil pemilihan presiden AS tahun 2020 bisa menjadi salah satu faktor di balik keputusan Dewan Cendekiawan Senior Arab Saudi.
Pemerintah Arab Saudi menyadari bahwa setelah Presiden terpilih Joe Biden menjabat, pemerintah AS dapat mengubah sikapnya terhadap Ikhwanul Muslimin. AS mungkin tidak akan bersikap keras seperti di era Donald Trump, kata Telci, sebagaimana dilansir Daily Sabah pada Selasa (24/11/2020).
Telci juga menambahkan bahwa keputusan tersebut menyiratkan bahwa pemerintah Arab Saudi akan terus mendukung kebijakan “Israel” terhadap Ikhwanul Muslimin di wilayah tersebut. (rafa/arrahmah.com)