JAKARTA (Arrahmah.com) – Syekh Mishbachul Munir (70) atau yang akrab dipanggil Mbah Munir, pemimpin Pondok Pesantren (Ponpes) Marzakul Falakikiyyah Dusun Semali, Desa Salamkanci, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, Jateng menyatakan awal puasa Ramadhan 1433 H jatuh pada Jumat, 20 Juli 2012.
Penetapan hari pertama puasa itu berdasarkan ilmu falak dan perhitungan yang ada di tiga kitab penghitungan hari secara Islam. Ketiga kitab itu adalah, Kitab Nurul Anwar, Rizatul Falakiyyah, dan Minjhajur Rosidin.
“Penetapan ini sudah saya beritahukan dan dikirim ke PBNU,” ungkap Mbah Munir saat ditemui merdeka.com di Ponpes Marzakul Falakikiyyah, Kamis (19/7/2012).
Mbah Munir sendiri adalah salah satu unsur ahli ilmu Falak (Lajnah Falakiyyah) yang ditunjuk oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Mbah Munir sudah menekuni ilmu falak sejak tahun 1960 yang dipelajarinya dari almarhum ayahnya KH Yasin asal Tegalrejo, Magelang. Setelah itu, Mbah Munir memperdalam ilmu falak dan thib di Ponpes Azzuhdiah, Kampung Kemaduh Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur selama dua tahun.
Selain itu, menurut pria yang menyebut dirinya guru besar ilmu falak ini, umur bulan puasa tahun ini adalah 30 hari. Untuk 1 Syawal 1433 H jatuh pada Ahad, 19 Agustus 2012.
Mbah Munir menjelaskan perbedaan penetapan awal Ramadhan dan Syawal memang sudah terjadi sejak dulu dan tidak perlu dibesar-besarkan.
“Kalau ada yang menetapkan 21 Juli ya monggo, silakan saja. Hanya saja, kalau saya menetapkan tetap tanggal 20 Juli 2012,” ujarnya.
Mbah Munir juga tidak menyalahkan penetapan 1 Ramadhan yang berdasarkan Kitab Nganahijul Hamidiyah dan Kholasoh yang sering digunakan oleh kaum Muslimin di Muhammadiyah untuk menetapkan jatuhnya puasa 1 Ramadhan dan hari raya lebaran 1 Syawal 1433 H ini .
“Dua kitab itu menyebutkan, 1 Ramadhan jatuh pada Sabtu (21/7/2012). Masalah itu tergantung pada keyakinan masing-masing. Yang penting, bisa sama-sama menjaga tali persaudaraan. Karena semua didasarkan pada ilmu yang bisa dipertanggungjawabkan,” ujar Mbah Munir yang sudah dikenal kaum Nahdliyin sebagai ahli hisab dan falak ini.
Tahun ini, pendapatnya tentang awal Ramadhan sama dengan Muhammadiyah yang menurut tafsir dan beberapa kitab yang menjadi acuan memang sama.
“Ini hanya kebetulan saja sama dengan Muhammadiyah. Saya sendiri orang NU, tapi soal penetapan 1 Ramadhan, sama dengan Muhammadiyah,” pungkasnya.
(salam-online/arrahmah.com)