ANKARA (Arrahmah.com) – Sebagian besar warga Turki tidak lagi melihat AS sebagai sekutu Turki, menurut survei baru-baru ini yang dilakukan tak lama setelah Washington mengakui peristiwa 1915 sebagai “genosida”, lansir Daily Sabah kemarin (3/5/2021).
Sebanyak 94,5% responden mengakui kepada Areda Survey bahwa mereka tidak percaya AS adalah teman Turki dalam jajak pendapat yang dilakukan di antara 1.895 orang antara 29-30 April.
Survei yang bertajuk “Genosida Armenia” tersebut juga menemukan bahwa para responden menganggap pernyataan Presiden Joe Biden tentang insiden tersebut salah dan dibuat untuk menempatkan Turki pada posisi yang sulit.
Menanggapi pertanyaan tentang apakah mereka menganggap AS sebagai mitra strategis dan sekutu Turki, 93,3% mengatakan tidak, sementara 6,7% mengatakan mereka setuju.
Sementara itu, 90,9% peserta mengatakan mereka menganggap pernyataan genosida Biden salah, sementara 90,2% mengatakan mereka tidak percaya dengan klaim genosida tersebut.
Sekitar 91% peserta juga mengatakan bahwa mereka menganggap pernyataan genosida Biden dibuat sebagai sarana untuk menekan Turki secara politis, sementara 9% mengatakan dia membuat pernyataan karena menurutnya genosida adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan peristiwa 1915.
Survei tersebut juga menemukan bahwa orang-orang percaya bahwa Turki harus memberikan tanggapan yang diperlukan kepada AS setelah pengakuan genosida.
Sekitar 58,8% peserta mengatakan Turki perlu menutup pangkalan AS di negara itu, sementara 35,1% mengatakan reaksi diplomatik diperlukan, dan 6,1% mengatakan reaksi tidak perlu.
Biden menggambarkan pembunuhan orang-orang Armenia yang berada di bawah Kekhilafahan Utsmaniyah selama Perang Dunia I sebagai “genosida” minggu lalu.
“Kami mengingat kehidupan semua orang yang tewas dalam genosida Armenia era Utsmaniyah dan berkomitmen kembali untuk mencegah kekejaman seperti itu terjadi lagi,” papa Biden. “Dan kami ingat agar tetap waspada terhadap pengaruh korosif kebencian dalam segala bentuknya,” ujarnya.
“Kami melakukan ini bukan untuk menyalahkan tetapi untuk memastikan bahwa apa yang terjadi tidak pernah terulang,” kata Biden.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt Çavuşoğlu dengan cepat mengutuk pernyataan itu.
“Kami tidak memiliki apa pun untuk dipelajari dari siapa pun di masa lalu kami sendiri. Oportunisme politik adalah pengkhianatan terbesar terhadap perdamaian dan keadilan. Kami sepenuhnya menolak pernyataan ini hanya berdasarkan populisme,” Çavuşoğlu mengatakan dalam sebuah posting Twitter.
Dengan pengakuan tersebut, Biden menepati janji kampanye yang dia buat setahun lalu. Terutama berasal dari orang Armenia Utsmaniyah, orang Armenia di AS merupakan komunitas penting di East Coast dan California.
Posisi Turki pada peristiwa 1915 adalah bahwa kematian orang-orang Armenia di Anatolia timur terjadi ketika beberapa pihak berpihak pada invasi Rusia dan memberontak melawan pasukan Utsmaniyah. Relokasi orang-orang Armenia selanjutnya mengakibatkan banyak korban, ditambah dengan pembantaian dari militer dan kelompok milisi dari kedua belah pihak. Penangkapan massal terhadap politisi Armenia Utsmaniyah terkemuka, intelektual dan anggota masyarakat lainnya yang dicurigai memiliki hubungan dengan kelompok separatis, menyimpan sentimen nasionalis dan memusuhi kekuasaan Utsmaniyah di ibu kota Istanbul pada tanggal 24 April 1915, diperingati sebagai permulaan dari kekejaman di kemudian hari.
Turki keberatan dengan penyebutan insiden tersebut sebagai “genosida” tetapi menggambarkan peristiwa 1915 sebagai tragedi di mana kedua belah pihak menderita korban jiwa.
Ankara telah berulang kali mengusulkan pembentukan komisi bersama sejarawan dari Turki dan Armenia ditambah pakar internasional untuk menangani masalah tersebut. (Althaf/arrahmah.com)