TRIPOLI (Arrahmah.com) – Tak kurang 17 mayat imigran ditemukan terdampar di pantai Libya. Diduga kapal mereka terbalik dalam upaya mencapai Eropa lewat jalur laut.
Libya merupakan titik keberangkatan utama para migran yang putus asa. Puluhan ribu diantaranya naik perahu yang tidak layak berlayar setiap tahun dalam upaya mencapai pantai Italia sejauh 300 kilometer.
“Selama 24 jam terakhir, 17 mayat migran ditemukan di pantai antara kota Zawiya dan Sorman, oleh tim Bulan Sabit Merah,” kata seorang pejabat penjaga pantai kepada AFP (7/10/2021).
Pejabat itu mengatakan, korban tenggelam setelah perahu mereka terbalik.
Jumlah migran yang meninggal di laut saat mencoba mencapai Eropa lebih dari dua kali lipat tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020. Angka tersebut disampaikan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) pada pertengahan Juli.
Pada September, IOM menghitung 1.369 migran yang tenggelam di Mediterania sejak awal tahun.
Kematian terbaru terjadi beberapa hari setelah ‘kampanye keamanan’ oleh otoritas Libya di pinggiran Tripoli. Sebagian besar menargetkan migran ilegal.
“Jumlah migran dan pengungsi yang ditahan di pusat-pusat penahanan di Tripoli, Libya, telah meningkat secara dramatis – menjadi lebih dari tiga kali lipat – selama lima hari terakhir,” kata kelompok bantuan Doctors Without Borders (MSF).
“Penangkapan dan perawatan selama penahanan sering kali disertai kekerasan, dengan banyak orang dipukuli, dilukai, dan bahkan dibunuh,” imbuh mereka.
Setidaknya 5.000 migran dan pengungsi ditangkap di seluruh Tripoli. Angka itu termasuk perempuan dan anak-anak, dengan banyak kasus kekerasan yang dilaporkan.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia terus memperingatkan kondisi mengerikan para migran di pusat-pusat penahanan di negara itu.
Para pelaku perdagangan manusia mendapat untung selama satu dekade kekerasan setelah jatuhnya Muammar Qaddafi pada 2011. Mereka ‘mengukir bisnis’ yang menguntungkan tetapi brutal. (hanoum/arrahmah.com)